Muhasabah Ramadhan: Puasa Tumbuhkan Kejujuran

Dr KH Zakky Mubarak

Salah satu hikmah dari pelaksanaan puasa Ramadhan ialah menumbuhkan sikap jujur, rajin menegakkan keadilan dan kebenaran. Ibadah puasa pada dasarnya memerlukan kejujuran dari setiap orang yg melaksanakannya, baik jujur terhadap dirinya atau terhadap orang lain. Tanpa kejujuran tak mungkin ada ibadah puasa, sebab ibadah itu dilakukan dgn keinsyafan dan tak ada pengawasan dari manusia lain.

Allah s.w.t. memerintahkan kepada kita supaya menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang yg beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yg selalu menegakkan (kebenaran) sebab Allah, menjadi saksi dgn adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu buat berlaku tak adil. Berlaku adillah, sebab adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan”. (QS. al-Maidah, [5]: 8).

Ayat tersebut memerintahkan kepada kita agar: (1) Selalu menegakkan kejujuran serta kebenaran sebab Allah semata. Maksudnya kita berlaku jujur dan menegakkan kebenaran itu, tak mengharapkan pamrih materi atau kemewahan dunia lainnya, tetapi hanya mengharap keridhaan Allah s.w.t. (2) Menjadi saksi yg adil, apabila kita diperlukan buat memberikan kesaksian, dalam rangka mencari kejelasan suatu perkara hendaknya bersedia menjadi saksi yg adil. Kita harus selalu terpanggil buat ikut andil dalam melahirkan keputusan-keputusan yg benar dan jujur. (3) Janganlah kebencian terhadap suatu kaum, mendorong kita buat berbuat tak adil. Menetapkan suatu hukum harus selalu berdasarkan keadilan, baik terhadap orang yg dicintai ataupun yg dibenci.

Yang dimaksud dgn jujur pada kajian ini ialah sikap yg tulus dalam melaksanakan sesuatu yg diamanatkan, baik berupa harta atau pun tanggung jawab. Orang yg melaksanakan amanat dijuluki dgn sebutan “al-Amin” artinya orang yg terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai demikian sebab segala sesuatu yg diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan dan rongrongan, baik yg datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yg sangat dipentingkan dalam segala kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan dan hidup bermasyarakat.

Dalam kehidupan rumah tangga, kejujuran harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga itu, demi ketentraman dan kebahagiaan yg sama-sama didambakan. Sekiranya tak ada kejujuran dalam kehidupan suatu keluarga, maka tatanan keluarga itu menjadi porak-poranda. Baygkan, sekiranya anggota keluarga saling tak jujur, suami terhadap istri demikian pula sebaliknya, anak terhadap orang tua, demikian juga orang tua terhadap anak, pasti rumah tangga itu mau menjadi berantakan.

Dunia perdagangan dan perniagaan juga memerlukan kejujuran, dgn kejujuran perniagaan itu mau memperoleh kemajuan yg tinggi, sebab tak ada orang yg dirugikan. Penjual ataupun pembeli sama-sama memperoleh keuntungan yg bermanfaat bagi kelompoknya masing-masing. Perdagangan yg tak disertai dgn kejujuran, pasti mau menimbulkan penipuan-penipuan, dgn jalan memalsu barang, mengurangi takaran, yg kesemuanya itu mau mengakibatkan kerugian dan perdagangannya mau bangkrut.

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara juga memerlukan kejujuran semua pihak, bila tak ada kejujuran niscaya mau menimbulkan kegoncangan dan kekacauan di tengah-tengah kehidupan dari masyarakat atau bangsa tersebut. Di antara faktor yg menyebabkan Rasulullah Muhammad s.a.w. berhasil dalam membangun masyarakat Islam ialah sebab sifat-sifat dan akhlaknya yg terpuji. Salah satu sifatnya yg menonjol ialah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayatnya, sehingga beliau mendapat gelar “al-Amin” (orang yg terpercaya atau orang yg jujur).

Dalam mempertahankan dan menegakkan keadilan haruslah dilakukan sejujur mungkin dan seobyektif mungkin, kepada siapa saja dgn tak memandang bulu. Kita harus bersikap adil meskipun terhadap orang-orang yg tak kita sukai, keadilan harus ditegakkan kepada seluruh lapisan masyarakat, tak boleh melakukan diskriminasi.

Mengenai hal ini dijelaskan dalam firman Allah s.w.t.: “Wahai orang-orang yg beriman, jadilah kamu orang yg benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi sebab Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak(mu) dan kaum kerabat(mu). Jika ia (yg terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu sebab mau menyimpang dari kebenaran. Dan bila kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan memberi saksi, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yg kamu kerjakan”. (QS. al-Nisa, [4]: 135).

Ibadah puasa yg dikerjakan sesuai dgn tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah mau membentuk para pelakunya menjadi orang-orang yg bersikap adil, menegakkan kebenaran, dan berlaku jujur dalam segala aspek kehidupannya.

Dr KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah PBNU





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.