Partai setan belakangan ini muncul dalam frasa politik di Indonesia. Partai setan diungkapkan buat menyebut sejumlah partai tertentu yg menjadi lawan politik si pengucap. Istilah ini dikutip begitu saja dari Al-Quran buat kepentingan politik praktis. sebenarnya, istilah ini dalam Al-Quran ditujukan ke siapa? Beberapa tafsir yg dikutip berikut ini mau menjelaskan.
Istilah partai setan dalam Al-Quran dapat ditemukan pada Surat Al-Mujialah ayat 19. Partai setan diterjemahkan dari frasa “hizbus syaithanâ€, padanan frasa yg sejatinya dapat diterjemahkan apa saja selain partai. Tetapi terjemahan sendiri dapat dilakukan dgn motif politik tertentu sesuai kepentingannya. Kata “hizbus syaithan†dapat diterjemahkan kelompok setan, golongan setan, pengikut setan, teman setan, partai setan, dan seterusnya.
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita kutip secara lengkap Surat Al-Mujialah ayat 14-19 berikut ini:
Artinya, “Apakah tak kau perhatikan orang-orang (munafik) yg menjadikan sekelompok kaum yg telah dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari kamu dan bukan dari mereka. mereka bersumpah atas kebohongan, sedang mereka menyadarinya (14). Allah telah menyediakan azab yg keras buat mereka. Sungguh, betapa buruknya apa yg telah mereka kerjakan (15). Mereka menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menhalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Bagi mereka azab yg menghinakan (16). Harta dan anak mereka tak berguna sedikitpun dari siksa Allah. Mereka penghuni neraka dan kekal di dalamnya (17). Ingatlah pada hari di mana Allah membangkitkan mereka semua, lalu mereka bersumpah kepada-Nya sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menygka bahwa mereka mau memperoleh sesuatu. Ketahuilah, mereka ialah orang-orang pendusta (18). Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa buat mengingat Allah. Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, golongan setan itu golongan yg rugi (19).â€
Konteks ayat ini membicarakan posisi orang munafik di zaman Rasulullah SAW yg menyatakan keislaman mereka secara lahiriah tetapi menyembunyikan kekufuran terhadap semua ajaran Islam.
Sekelompok orang munafik ini suka membawa perbincangan umat Islam ke forum komunitas sekelompok Yahudi Madinah. Tetapi setelah ketahuan telah membocorkan perbincangan, kelompok munafik ini bersumpah dgn nama Allah bahwa mereka tak melakukannya sebagai keterangan dalam At-Tafsirul Wajiz berikut ini:
Artinya, “Wahai Nabi, apakah kau tak memperhatikan orang-orang munafik dan tak heran dgn mereka yg menjadikan sekelompok Yahudi yg dimurkai oleh Allah sebagai teman dekat dan kekasih mereka? Orang munafik itu bukan bagian dari kelompok kalian wahai orang yg beriman dan bukan dari sekelompok Yahudi itu. Mereka ialah kelompok yg bimbang di antara dua kelompok tersebut. Mereka bersumpah dalam kebohongan, yaitu pengakuan agama islam dan pengakuan sebagai Muslim. Mereka sendiri sadar bahwa mereka berdusta dalam sumpahnya. Muqatil dan As-Suddi mengatakan, sebuah riwayat telah sampai pada kami bahwa ayat ini turun terkait Abdullah bin Nabtal (seorang munafik). Ia duduk bersama Rasulullah kemudian menceritakan semua percakapan tersebut kepada sekelompok Yahudi. Rasulullah kemudian menegurnya. Tetapi ia bersumpah dgn nama Allah atas apa yg tak dia lakukan. Allah lalu menurunkan ayat ini,†(Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhaily, At-Tafsirul Wajiz, [Damaskus, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan kedua, halaman 545).
Dari beberapa ayat di atas dan konteks turunnya, kita mencoba buat menyimpulkan bahwa partai setan atau kelompok setan yg dimaksud dalam Al-Quran merujuk pada sekelompok orang yg rela bersumpah dgn nama Allah atas sebuah dusta yg mereka lakukan.
Partai setan atau kelompok setan ialah sekelompok orang yg biasa berdusta (menyebar hoaks dalam konteks sekarang ini) dan berbuat kerusakan meskipun harus mengatasnamakan agama. Partai setan merujuk pada seleompok orang yg diperbudak setan dgn kenikmatan duniawi dan diperhamba oleh hawa nafsu buat keselamatan jiwa serta harta dan kemenangan-kemenangan semu sebagai keterangan di dalam Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil berikut ini:
Artinya, “(Setan telah menguasai mereka) setan bertakhta atas mereka hingga dusta dan kerusakan menjadi tabiat mereka. (lalu menjadikan mereka lupa buat mengingat Allah) dgn godaan kenikmatan fisik, syahwat tubuh, dan keindahan serta keelokan dunia di mata mereka. (mereka itu golongan setan), yaitu pengiktu setan dalam berbuat kerusakan buat diri mereka dan menciptakan mafsadat umum. (ketahulah, golongan setan itulah golongan yg merugi) sebab luputnya kebahagiaan di dunia dan akhirat,†(Lihat M Jamaluddin Al-Qasimi, Tafsirul Qasimi atau Mahasinut Ta‘wil, [tanpa catatan kota dan tahun], cetakan pertama, juz XVI, halaman 5728).
Dari sini, kita mendapat gambaran bahwa partai setan dalam Al-Quran merujuk pada sekelompok orang yg memanipulasi agama (termasuk nama Allah) buat kepentingan kelompoknya. Partai setan merujuk pada mereka yg menjadikan dusta dan kerusakan sebagai keseharian sehingga menimbulkan mafsadat bagi publik secara luas. Meskipun demikian, sebaiknya kita menghindari penyematan frasa “partai setan” buat partai-partai tertentu sebab dapat jadi sifat-sifat partai setan itu terdapat di dalam diri kita atau di dalam kelompok kita sendiri. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)