Peran Fundamental Sistem Sanad bagi Ajaran Islam

Islam ialah ajaran yg memerhatikan sanad keilmuan. Kalangan ulama penting mengetahui asal suatu ajaran agama, sehingga apa yg didapatkan dapat dipertanggungjawabkan. Seorang ulama bernama Abdullah bin Al-Mubarak menyebutkan, “Isnad ialah sebagian dari agama. Tanpa adanya sanad, maka siapa saja mau berbicara apa saja yg ia kehendaki.”

Ajaran Islam disampaikan dari generasi ke generasi, dari kalangan ulama ke murid-muridnya. Semua ajaran ini diharapkan tersambung hingga Rasulullah SAW, supaya ajaran Islam benar-benar terjaga. Lebih-lebih dalam bidang hadits, para ahli sangat ketat bersikap.

Adanya sistem sanad dalam riwayat ini begitu diperhatikan ulama. Salah satu wujud perhatian ini ialah salah satu syarat hadits shahih yaitu tersambungnya sanad dari satu perawi hadits dgn lainnya, hingga sampai kepada Nabi. Meski pengumpulan hadits baru berkembang pada kurun kedua hijriyah, namun perhatian kepada sanad ini telah dilakukan sejak masa sahabat.

Imam Muslim mencatat dalam pengantar kitab Shahih Muslim dari riwayat Abdullah bin ‘Abbas, “Sungguh kami menghapal hadits, dan hadits itu dihapalkan di sisi Rasulullah.”

Lebih lanjut Abdullah bin Abbas menuturkan bahwa bila seseorang berkata, “Rasulullah bersabda ini…”, maka para sahabat mau sangat mencermatinya. Jika mereka tak mengetahui asalnya dari Nabi, maka mereka tak mau menyampaikannya. Demikian perhatian para sahabat kepada penyandaran sanad kepada Nabi.

Persebaran hadits semakin meluas setelah wafatnya Nabi, seiring perluasan dakwah Islam. Sanad hadits semakin diperhatikan, terlebih pada masa memanasnya perpolitikan di masa Khalifah Ali bin Abu Thalib, yg oleh para ulama disebut sebagai masa fitnah. Karena konflik politik ini mulai disertai klaim-klaim atas Nabi, umat Islam tersadar mau pentingnya sanad dalam ajaran agama.

Berlanjut ke era tabiin, salah satu pemuka tabiin bernama Muhammad bin Sirin menyatakan setelah terjadinya masa fitnah tersebut, “Sungguh ilmu ini (yaitu tentang hadits dan sanadnya) ialah bagian dari agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil ajaran agama.”

Salah satu peletak dasar ilmu hadits, yakni Imam Al-Hakim An-Naisaburi menyebutkan dalam Ma’rifatu ‘Ulumil Hadits bahwa bila tiada orang yg memerhatikan sanad, serta orang-orang enggan mempelajari dan menjaganya, maka ajaran Islam tak mau berbekas dan orang-orang mau abai pada hadits. Bahkan turut membikin-bikin hadits dan memalsukan sanad.

Berkat upaya generasi awal umat Islam, maka sunah Nabi dapat tersampaikan dan dipertanggungjawabkan sanadnya. Terlebih sejak berkembangnya pencatatan dan pengumpulan hadits pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, sistem penulisan sanad semakin ketat buat menyeleksi kualitas hadits yg beredar di masyarakat. Dalam kajian hadits, sistem sanad ialah satu elemen yg diteliti secara ketat buat menjaga eksistensi hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam. (Muhammad Iqbal Syauqi)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.