Rasulullah Pun Pernah ‘Ditembak Duluan’ Diajak Nikah

Suatu hari dalam sesak kereta rel listrik, “Duh, mbak artis yg cantik ini, kok telah menikah saja ya,” terang seorang pemuda pada teman di sampingnya.

“Lha terus kenapa?”

“Ya… siapa tahu. Secara, ia kan idola banyak pria. Termasuk aku. Bisa saja kan aku ungkapkan cinta lebih dulu, kisah mau berubah, haha,” ia tergelak.

“Yah, ngimpi kali,” timpal temannya, agak mencibir. “Kamu ketemu saja tak pernah. Saranku, biar mendingan, kamu ikut saja meramaikan tagar #HariPatahHatiNasional.”

Di era modern sekarang, mencari idola ialah lumrah lagi mudah. Jagat maya dan media massa membuat seorang dapat mencari tahu lebih jauh tentang orang-orang yg digemarinya. Siapa pun yg diidolakan dapat sebab kelebihan yg dimiliki, baik penampilan, suara, keterampilan, tulisan, dan lain sebagainya.

Mengidolakan sosok ialah soal kecenderungan perasaan. Bisa pada awalnya gemar belaka, namun lambat laun jadi cinta. Masalahnya, seorang idola kerap kali ialah sesuatu yg berada dalam kedudukan berbeda, maka mendekatinya hanya angan dan impian belaka. Pepatahnya dalam bahasa Jawa: “cebol nggayuh lintang” (cebol meraih bintang), sebuah kemusykilan.

Apakah menyukai idola, sampai mencintai, ada kisahnya dalam ajaran Islam? Bagaimana bila sampai diungkapkan?Rupanya hal ini juga terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya, menyukai hal-hal yg baik dari seseorang tak dilarang oleh Islam. Kesalehan, kepribadian, juga pesona, ialah hal-hal yg lumrah buat disukai. Nah, sahabat Nabi di kalangan perempuan, tentu mengidolakan Nabi Muhammad dgn segala kemuliaan beliau. Saking mengidolakannya sampai jadi cinta, ada perempuan yg berani mengaku terang-terangan kepada Nabi supaya beliau menikahinya.

Perihal kisah perempuan yg memohon dinikahi Rasulullah SAW ini diriwayatkan dalam Shahihul Bukhari. Suatu ketika, Anas bin Malik sedang bersama Rasulullah SAW. Kemudian, datanglah seorang perempuan kepada Nabi.

“Wahai Nabi, apakah Anda, punya maksud buat kiranya menikahi saya?”

Imam Ahmad al Qasthalani mengomentari hadits tersebut dalam kitab Irsyadus Sari li Syarh Shahih al-Bukhari. Dalam periwayatan hadits tersebut, disebutkan bahwa Anas bin Malik menceritakan keberanian perempuan itu kepada putrinya. Mengetahui bahwa pernah ada seorang perempuan yg “macam-macam” seperti itu pada Nabi Muhammad, putri Anas bin Malik itu mencibir, “Duh, tak punya malu. Buruk sekali perangai seperti itu.”

Nah, sahabat Anas menimpali komentar anaknya, “Hei, perempuan itu, lebih baik ketimbang kamu, lho. Ia menyukai Rasulullah, kemudian dgn jujur, meminta kesediaan beliau supaya menikahinya.”

Kita dapat tahu bahwa perempuan ini mengidolakan Nabi sebagai seorang Rasul, dan dalam taraf tertentu, ia mencintai Nabi dan berharap mau menjadi istri beliau. Mengenai ini, Imam al Qasthalani berkomentar:

فيه جواز عرض المرأة نفسها على الرجل الصالح وأنه لا عار عليها في ذلك بل فيه دلالة على فضيلتها نعم إن كان لغرض دنيوي فقبيح

“Dibolehkan bagi perempuan buat menyerahkan dirinya kepada orang saleh. Hal itu tak tercela, malah menjadi dalil terkait keistimewaan sifatnya. Namun bila tujuannya ialah perkara dunia semata, maka itu tercela.”

Kisah perempuan tersebut bukan satu-satunya orang yg menyerahkan diri kepada beliau. Dalam hadits lain yg diriwayatkan Aisyah radliyallahu’ anha dalam Shahih al-Bukhari, disebutkan seorang perempuan bernama Khaulah binti Hakim, ialah salah satu dari sekian perempuan yg menyerahkan dirinya kepada Rasulullah. Dan sahabat Khaulah ini mendapat cibiran dari Aisyah.

Dari kisah tersebut, maka mengidolakan sosok yg baik itu diperkenankan dalam Islam. Bahkan bila memang sampai cinta dan bertujuan mulia, mengungkapkan rasa itu diperbolehkan. Kita melihat bahwa sahabat perempuan pun saking menyukai Nabi, sampai sangat berani berterusterang kepada beliau. Nah, bagaimana dgn idola Anda? Wallahu a’lam. (Muhammad Iqbal Syauqi)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.