Sejarah Perang Khandaq: Kecerdikan Nu’aim bin Mas’ud & Kepastian Janji Allah

Di antara sejarah besar dalam Islam yg terjadi pada bulan Syawal ialah perang Khandaq. Yaitu peristiwa bersejarah yg terjadi pada tahun kelima Hijriah. Peristiwa Khandaq membuat umat Islam mendapatkan kedudukan lebih kuat dan strategis dalam konstalasi politik suku Arab. Perang antara 3.000 personel umat Islam melawan koalisi kaum kafir dgn kekuatan 10.000 personel, bahkan menurut Syekh Wahbah Zuhaili, jumlah personel kaum kafir 15.000 pasukan, dgn koalisi antara orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi.

 

Baca juga: Jihad itu Menghidupkan: Teladan Rasulullah

Perang Khandaq dipicu oleh seruan dan ajakan orang-orang Yahudi saat itu kepada beberapa kelompok dan pembesar suatu suku, lantaran mereka sangat emosi dan merasa sangat terhina ketika melihat kaum Muslimin semakin luar biasa dan semakin luas dalam menyebarkan agama Islam. Tidak hanya itu, kaum Yahudi merasa iri ketika melihat keuntungan yg selalu diraih umat Islam. Kaum Yahudi mulai membangun strategi, dgn cara melakukan konspirasi baru buat mengumpulkan pasukan yg banyak, guna menyerang kaum Muslimin.

Syekh Wahbah Zuhaili menyebutkan dalam kitabnya,

وكان سبب الوقعة اليهود. فقد خرج نفر من بني النضير وبني قريظة، فقدموا على قريش بمكة، فدعوهم إلى حرب رسول الله ﷺ ، وقالوا لهم: إن دينكم خير من دينه، ثم جاؤوا غطفان وقيسا وعيلان وبني مرة وأشجع، فدعوهم إلى الحرب في المدينة، فتوافق المعسكران: الوثني والكتابي على تكوين جيش موحد بقيادة أبي سفيان.

Artinya, “Sebab terjadinya perang Khandaq ialah ulah orang Yahudi. Keluar sebagian golongan dari Bani Nudair dan Bani Quraizhah, kemudian menghadap orang-orang Quraisy di Makkah, lantas mereka mengajaknya buat memerangi Rasulullah ﷺ. Mereka berkata kepada orang-orang Quraisy: sesungguhnya agama kalian lebih baik dari agama Muhammad. Setelah itu, mereka menghadap kelompok Ghatafan, Kaisan, Ilan, Bani Marrah, dan Asja’, dan mengajaknya buat berperang ke Madinah, maka kedua kelompok (kafir penyembah barhala, dan ahli kitab) sepakat buat membentuk tentara di bawah kepemimpinan Abu Sufyan” (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir liz Zuhaili, juz 21, h. 263).

Rencana jahat itu terdengar oleh kaum Muslimin, dan disampaikan kepada Rasulullah ï·º. Kemudian Nabi mengajak para sahabat buat bermusyawarah. Dalam musyawarah itu, Salman al-Farisi menawarkan sebuah gagasan yg cemerlang. Seorang sahabat pendatang dari Persia itu mengusulkan supaya kaum Muslimin menggali parit di wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yg dapat menghubungkan antara kedua ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah. Daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh. Sedangkan sisi lainnya telah menjadi benteng, sebab terdapat gunung-gunung tinggi, yg dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga dapat menyulitkan unta dan pejalan kaki buat melewatinya (Tafsir Munir liz Zuhaili, juz 21, h. 263).

Strategi yg diusulkan sahabat Salman al-Farisi diterima Rasulullah ﷺ  beserta para sahabat yg lain, mengingat jumlah pasukan tentara musuh yg begitu besar. Kemudian, dimulailah proses penggalian.

Di bawah panasnya terik Matahari, Rasulullah ﷺ  dan para sahabatnya menggali tanah dgn ukuran panjang mencapai mencapai 5.000 dzira’ (sekitar 3 kilometer), lebarnya 7-10 dzira’ (sekitar 4-6 meter), dan kedalaman 9 dzira’ (sekitar 5,5 meter). Dan yg perlu dijadikan teladan dalam penggalian parit ini, bahwa Rasulullah tak hanya memerintahkan para sahabatnya, melainkan menjadi pengawal dan ikut bergotong royong sampai penggalian itu selesai.

Ketika pasukan Quraisy dan berbagai konspirasinya tiba di Madinah, mereka dikagetkan dgn parit yg menghalangi jalan mereka buat memasuki kota Madinah guna menyerang kaum Muslimin. Berbagai upaya mereka lakukan buat menerobos parit, namun selalu gagal, mereka berkata:

هذه مكيدة ما كانت العرب تكيدها، فوقعت مصادمات، وحاول بعض المشركين اقتحام الخندق، فرمي بالحجارة، واقتحمه بعضهم بفرسه فهلك أو قتل

Artinya, “Ini (parit) ialah tipu daya. Tidak ada orang Arab yg dapat tertipu. Maka, terjadilah benturan, sebagian kaum Musyrikin menembus pertahanan parit, melempari dgn batu, dan ada juga yg menerobos dgn kudanya, namun ia celaka bahkan ada yg mati” (Tafsir Munir liz Zuhaili, juz 21, h. 263).

Kecerdikan Nu’aim bin Mas’ud
Sebelum pertempuran berkecamuk antara kaum Muslimin dan pihak musuh, Rasulullah dan para sahabat merasakan ketakutan. Kemudian datanglah Nu’aim bin Mas’ud dari golongan bani Ghatafan, ia berkata pada Rasulullah:

يا رسول الله إني قد أسلمت وإن قومي لم يعلموا بإسلامي فمرني بما شئت فقال رسول الله ﷺ : إنما أنت فينا رجل واحد، فخذّل عنا إن استطعت، فإن الحرب خدعة.

Artinya, “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah masuk Islam. Dan kaumku tak mengetahui bahwa aku telah masuk Islam. Perintahkanlah kepadaku, apa saja yg engkau kehendaki. Rasulullah ﷺ  menjawab: engkau hanya seorang dari pihak kami, kembalilah kepada kaummu, sebab sesungguhnya perang ini (Khandaq) ialah tipu daya.”

 

Baca juga: Merenungkan Kisah Perang Zaman Nabi

Setelah itu, Nu’aim berangkat menuju kubu bani Quraizhah , dan ia berhasil meyakinkan mereka buat tak ikut dalam pertempuran melawan Rasulullah ﷺ . Nu’aim berkata kepada mereka: “Jangan kalian membantu mereka (Quraisy) memerangi Nabi Muhammad sebelum kalian minta jaminan kepada kedua sekutu kalian, yaitu pemuka atau bangsawan terpandang dari mereka, sebagai jaminan atas peperangan ini, atau kalian mati bersama-sama dgn mereka.”

Selanjutnya, Nu’aim segera beranjak menuju kubu Quraisy dan Ghatafan dan ia kembali berhasil merayu mereka supaya tak melanjutkan serangannya pada Nabi Muhammad. Nu’aim berkata bahwa bani Quraizhah menyesal memutus perjanjian dgn Nabi Muhammad, bahkan mereka berjanji mau membantu Rasulullah menghadapi pasukan Ahzab.

Kepastian Janji Allah
Tidak berakhir sampai di situ, setelah Nu’aim yakin bahwa pasukan Ahzab tak mau melancarkan serangan kepada kaum Muslimin, diam-diam ia pergi bergabung dgn pasukan Rasulullah ﷺ . Dan datanglah pertolongan yg Allah subhanahu wata’ala janbilan kepada nabi-Nya, berupa badai pasir yg meluluhlantakkan tenda-tenda dan menakut-nakuti tunggangan musuh. Akhirnya, mereka memutuskan buat menghentikan pengepungan dan kembali ke negerinya masing-masing dgn kekalahan yg memalukan.

Kejadian itu menjadi bukti kebenaran firman Allah, yg telah menjanbilan kemenangan pada nabi-Nya dan bahkan mau meluluhlantakkan pihak sekutu. Dalam Al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala berfirman:

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ، إِذْ جاءَتْكُمْ جُنُودٌ، فَأَرْسَلْنا عَلَيْهِمْ رِيحاً وَجُنُوداً لَمْ تَرَوْها، وَكانَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ بَصِيراً

Artinya, “Wahai orang-orang yg beriman! Ingatlah mau nikmat Allah (yg telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yg tak dapat terlihat olehmu. Allah maha melihat apa yg kamu kerjakan”( Al-Ahzab: 9).

Imam Ibnu Katsir ad-Dimisqi dalam kitab tafsirnya mengatakan, bahwa angin yg Allah kirimkan saat itu ialah angin saba, yaitu angin yg sangat dmau dan keras tiupannya. Pendapat ini diperkuat oleh hadits Rasulullah, yaitu:

نصرت بالصبا، وأهلكت عاد بالدبور

Artinya, “Aku diberi pertolongan melalui angin saba, dan kaum ‘Ad dibinasakan dgn angin dabur (puyuh).”

Ibnu Katsir juga menyampaikan sebab diberangkatkannya angin saba pada malam itu, bahwa angin selatan (angin saba) berkata pada angin utara (angin yg berhawa panas) di malam pasukan Ahzab mau menyerang Rasulullah: ‘marilah kita pergi buat menolong Rasulullah ﷺ ’. Namun, angin utara menjawab: ‘sesungguhnya, hawa panas tak dapat mengalir di malam hari.’ Oleh sebab itu, menurut Ibnu Katsir akhirnya angin saba-lah yg berangkat buat membinasakan pasukan Ahzab (Imam Abul Fida Ibnu Katsir ad-Dimisqi, Tafsir Ibnu Katsir, juz 6, h. 384).

Sunnatullah, santri sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.
 





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.