Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 6

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Innal ladzīna kafarū sawā’un ‘alayhim a’an dzartahum am lam tundzirhum lā yu’minūna.

Artinya, “Sungguh, orang-orang kafir itu–sama saja apakah kauberi peringatan atau tak–tak beriman.”

Orang-orang kafir (seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan selain keduanya)–sama saja kauberi peringatan atau tak–tak beriman (sebab Allah memang telah mengetahui mereka sehingga kau tak perlu mengharapkan keimanan mereka. Indzār atau peringatan ialah penyampaian pesan yg disertai kabar menakutkan). (Tafsirul Jalalain).

 

Baca juga:      Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 1

Az-Zuhayli dalam At-Tafsirul Munir membahas secara bahasa, kufrun ialah menutup atau menghalangi sesuatu. Siapa saja yg kafir, maka ia ialah orang yg menutupi kebenaran dan nikmat Allah kepadanya. Siapa saja yg tak beriman kepada Al-Qur’an, niscaya ia ialah kafir. Ayat perihal orang kafir disebutkan setelah penjelasan ayat perihal orang beriman sebab terdapat perbandingan antara orang beriman dan orang kafir. Kafir ialah lawan dari iman. Orang beriman selamat. Orang kafir celaka dan kekal di neraka jahanam.

Dua ayat Al-Baqarah ini, berdasarkan riwayat paling shahih yg diriwayatkan At-Thabari dari Ibnu Abbas dan Al-Kalbi, turun perihal pemuka-pemuka agama Yahudi Madinah, salah satunya, Huyay bin Akhthab, Ka’ab bin Asyraf, dan pemuka Yahudi lainnya. (Az-Zuhayli).

 

Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 2

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini menerangkan secara teologi perihal orang kafir yg menutupi kebenaran. Sementara Allah telah menetapkan kekufuran mereka sehingga mereka tetap tak mau beriman meski diperingatkan atau tak, sebagaimana Surat Al-Baqarah ayat 145 dan Surat Yunus ayat 96-97. Orang yg telah ditetapkan Allah sebagai orang celaka (kafir), niscaya tak ada yg dapat membahagiakannya (memberi jalan bahagia di akhirat melalui keimanan).

Orang yg telah ditentukan tersesat oleh Allah, niscaya tak ada yg dapat memberinya petunjuk sehingga kau (Muhammad) jangan bawa dirimu pada penyesalan atas mereka. Cukup sampaikan risalah. Siapa saja yg menerima risalahmu, niscaya dia menerima bagian (karunia Allah) yg melimpah. Siapa saja yg berpaling, jangan kausesali mereka dan jangan juga hal itu membuatmu padam menyampaikan risalah sebagaimana Surat Ar-Ra’du ayat 40 dan Surat Hud ayat 12. (Ibnu Katsir)

 

Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 3

Ibnu Katsir mengutip Ali bin Abu Thalhah dari Ibnu Abbas perihal Surat Al-Baqarah ayat 6, Rasulullah SAW pernah mengharapkan keimanan semua orang dan mengharapkan mereka semua mengikuti jalan hidayah. Lalu Allah mengingatkannya bahwa tak ada yg beriman kecuali mereka yg telah ditetapkan sebelumnya oleh Allah sebagai orang bahagia. Tiada yg tersesat kecuali mereka yg telah ditentukan sebelumnya oleh Allah sebagai orang celaka.

Dalam menjelaskan Surat Al-Baqarah ayat 6, Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil menyebut empat jenis kufur: kufur ingkar, kufur juhud, kufur inad, dan kufur nifaq.

1. Kufur/kafir ingkar. Kufur ingkar ialah kekafiran orang yg tak mengenal Allah dan tak mengakui-Nya sama sekali.

2. Kufur/kafir juhud. Kufur juhud ialah kekafiran orang yg mengenal Allah dgn batinnya, tetapi tak mau mengikrarkan melalui lisannya. Mereka yg masuk dalam kategori kufur ini ialah Iblis dan sebagian Yahudi Madinah yg mengenal kerasulan Nabi Muhammad lalu mengingkarinya seperti keterangan Surat Al-Baqarah ayat 89.

3. Kufur/kafir inad. Kufur inad ialah kekafiran orang yg mengenal Allah dgn batinnya, mengakui-Nya secara lisan, tetapi enggan memeluk agama-Nya. Mereka yg masuk dalam kategori kufur ini ialah salah satunya ialah Abu Thalib.

Abu Thalib pernah mengatakan, “Aku tahu bahwa agama (yg disampaikan) Muhammad ialah sebaik-baik agama manusia. Kalau tak ada hinaan dan menghindari cacian, kau mau mendapatiku toleran jelas dgn itu.”

4. Kufur/kafir nifaq. Kufur nifaq ialah kekafiran orang yg mengikrarkan Islam secara lisan, tetapi batinnya tak mengakuinya. Mereka yg masuk dalam kategori kufur ini ialah sebagian Yahudi Madinah seperti keterangan Al-Baqarah ayat 8 dan seterusnya. 

وَجَمِيعُ هَذِهِ الْأَنْوَاعِ سَوَاءٌ فِي أَنَّ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ تَعَالَى بِوَاحِدٍ مِنْهَا لَا يُغْفَرُ لَهُ

Artinya, “Orang yg mati dalam keadaan salah satu dari empat jenis kafir ini tak mau diampuni.” (Al-Baghowi, Ma’alimut Tanzil).

 

Baca juga: Tafsir Ayat Al-Baqarah Ayat 4

Menurut Al-Baghowi, kufur bermakna harfiah menutup. Oleh sebab itu, malam disebut kafir sebab malam menutupi segala sesuatu lantaran kegelapannya. Petani juga disebut kafir sebab ia menutupi benih dgn tanah. Sementara orang kafir menutupi kebenaran sebab keingkarannya. Sebagaimana Ibnu Katsir, Al-Baghowi mengatakan bahwa Surat Al-Baqarah ayat 6 turun perihal kaum yg telah ditentukan sebelumnya sebagai orang celaka (dgn kekekalan mereka di neraka) dalam ilmu Allah yg azali.

Al-Qurthubi dalam Tafsirnya, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, mengutip contoh jenis kafir nikmat dari hadits riwayat Imam Bukhari. Kafir atau kufur memiliki banyak makna. Tetapi kafir yg dimaksud dalam ayat ini ialah kufur dalam arti lawan kata dari keimanan. Pasalnya, kafir juga bermakna pengingkaran atas kebaikan orang lain sebagaimana hadits riwayat Bukhari. “Aku bermimpi, di neraka melihat pemandangan lebih berat yg belum pernah kusaksikan seperti hari ini. Kulihat kebanyakan penghuninya ialah perempuan.” “Sebab apa ya Rasulullah?” tanya sahabat. “Sebab kekufuran mereka.” “Apakah mereka mengingkari Allah?” tanya sahabat. “Mereka mengingkari suami dan mengingkari kebaikan. Seandainya kau berbuat baik kepada salah satu dari mereka sepanjang waktu, lalu dia melihat sedikit kekuranganmu, niscaya dia mau mengatakan, ‘Aku belum pernah melihat kebaikan sedikit pun.’” (HR Bukhari dan lainnya).

 

Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 5

Al-Baidhawi dalam Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, kufur secara bahasa menutup nikmat. Asalnya al-kafru, yaitu menutup. Kata kafir dapat disematkan pada petani dan malam. Menurut syariat, kufur ialah pengingkaran atas ilmu darurat agama, yaitu kedatangan Rasulullah. Sementara indzar ialah peringatan yg disertai kabar menakutkan mau azab Allah. Sedangkan faidah dari indzār padahal telah diketahui tak mau berhasil ialah penetapan hujjah atas mereka dan capaian Rasulullah atas keutamaan iblagh/penyampaian risalah. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.