Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan bagaimana cara berdakwah dgn ramah di media sosial. Naskah khutbah ini mengajak kepada semua orang, terutama bagi pada juru dakwah supaya selalu mengedepankan moral dalam berdakwah di media sosial.
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Khutbah I
اَلْØَمْد٠لÙلّٰه٠Øَمْدًا ÙŠÙوَاÙÙÙŠ Ù†Ùعَمَه٠وَيÙكَاÙÙئ٠مَزÙيْدَه، يَا رَبَّنَا Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠كَمَا يَنْبَغÙيْ Ù„Ùجَلَال٠وَجْهÙÙƒÙŽ الْكَرÙيْم٠وَلÙعَظÙيْم٠سÙلْطَانÙÙƒÙŽ. سÙبْØَانَكَ اللّٰهÙمَّ لَا Ø£ÙØْصÙÙŠ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى Ù†ÙŽÙْسÙÙƒÙŽ. وَأَشْهَد٠أَنْ لَا Ø¥Ùلهَ Ø¥Ùلَّا الله ÙˆÙŽØْدَه٠لَا شَرÙيْكَ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ وَأَشْهَد٠أَنَّ Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠وَصَÙÙيّÙه٠وَخَلÙيْلÙÙ‡. خَيْرَ نَبÙيّ٠أَرْسَلَهÙ. أَرْسَلَه٠الله٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الْعَالَـم٠كÙلّÙه٠بَشÙيْرًا ÙˆÙŽÙ†ÙŽØ°Ùيْرًا. اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠وَسَلّÙمْ وَبَارÙكْ عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى آل٠سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَاةً وَسَلَامًا دَائÙمَيْن٠مÙتَلَازÙمَيْن٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْم٠الدّÙيْن. أَمَّا بَعْد٠ÙَإنÙّي Ø£ÙوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙÙŠ بÙتَقْوَى الله٠الْقَائÙÙ„Ù ÙÙÙŠ ÙƒÙتَابÙه٠الْقÙرْآنÙ: رَبّ٠هَبْ Ù„ÙÙŠ ØÙكْمًا وَأَلْØÙقْنÙÙŠ بÙالصَّالÙØÙينَ، وَاجْعَلْ Ù„ÙÙŠ Ù„Ùسَانَ صÙدْق٠ÙÙÙŠ الْآخÙرÙينَ Â
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dunia media sosial telah memberi kamudahan dalam mengakses informasi sebanyak mungkin. Hanya saja, informasi yg melimpah itu tak seluruhnya baik buat kita akses. Termasuk di antaranya ialah konten dakwah. Tidak sedikit konten dakwah yg justru berisi provokasi, uajaran kebencian, hoaks, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, sebagai pendakwah yg baik, telah semestinya kita pandai-pandai menyampaikan pesan dakwah supaya diterima dgn baik dan berdampak baik pula bagi banyak orang. Dakwah harus disampaikan dgn ramah dan penuh kasih sayg. Rasulullah SAW sendiri telah mempraktikkan dakwah dgn demikian saat mengajak orang-orang Kafir Quraisy buat memeluk agama Islam.
Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159, Allah SWT berfirman:
ÙَبÙمَا رَØۡمَةٖ مّÙÙ†ÙŽ ٱللَّه٠لÙنتَ Ù„ÙŽÙ‡ÙÙ…Û¡Û– ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙˆÛ¡ ÙƒÙنتَ Ùَظًّا غَلÙيظَ ٱلۡقَلۡب٠لَٱنÙَضّÙواْ Ù…ÙÙ†Û¡ ØÙŽÙˆÛ¡Ù„ÙÙƒÙŽÛ– ÙَٱعۡÙ٠عَنۡهÙÙ…Û¡ وَٱسۡتَغۡÙÙرۡ Ù„ÙŽÙ‡ÙÙ…Û¡ وَشَاوÙرۡهÙÙ…Û¡ ÙÙÙŠ ٱلۡأَمۡرÙÛ– ÙÙŽØ¥Ùذَا عَزَمۡتَ Ùَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهÙÛš Ø¥Ùنَّ ٱللَّهَ ÙŠÙØÙبّ٠ٱلۡمÙتَوَكّÙÙ„Ùينَ Â
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dgn mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg bertawakkal kepada-Nya.â€
Dengan dakwah yg ramah, hanya dgn waktu relatif singkat, Rasulullah berhasil menyebarkan Islam ke penjuru dunia.
Untuk menghasilkan dakwah yg ramah di media sosial, ada beberapa hal yg harus kita lakukan. Pertama ialah menggunakan kalimat yg santun, baik tertulis maupun lisan. Mungkin kita dapat berkaca pada cara dakwah Nabi Musa kepada Firaun. Sebagaimana kita tahu, Firaun merupakan seorang raja yg sangat lalim dan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Tapi Nabi Musa diperintahkan buat tetap berkata dgn lembut. Dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 44, Allah berfiman:
ÙÙŽÙ‚Ùولَا Ù„ÙŽÙ‡ÙÛ¥ قَوۡلٗا لَّيّÙنٗا لَّعَلَّهÙÛ¥ يَتَذَكَّر٠أَوۡ يَخۡشَىٰ
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dgn kata-kata yg lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.â€
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan, maksud kata-kata yg lemah lembut di atas ialah menggunakan kalimat yg halus, bukan dgn kata-kata yg kasar. Sebab, kata-kata yg halus mau membuat orang luluh. Sebaliknya, kata-kata kasar mau membuat orang lain menjauh.
Selain berdakwah dgn kata-kata yg lembut, dalam berdakwah di media sosial juga tak boleh berisi tentang ujaran kebencian. Seseorang boleh saja tak suka dgn pihak lain. Tapi jangan sampai ketaksukaannya itu ia ekspresikan dgn kata-kata yg penuh kebencian. Apalagi bila didengar publik secara luas. Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 19, Allah berfirman:
Ø¥Ùنَّ ٱلَّذÙينَ ÙŠÙØÙبّÙونَ Ø£ÙŽÙ† تَشÙيعَ ٱلۡÙÙŽÙ°ØÙØ´ÙŽØ©Ù ÙÙÙŠ ٱلَّذÙينَ ءَامَنÙواْ Ù„ÙŽÙ‡ÙÙ…Û¡ عَذَابٌ Ø£ÙŽÙ„Ùيمٞ ÙÙÙŠ ٱلدّÙنۡيَا وَٱلۡأٓخÙرَةÙÛš وَٱللَّه٠يَعۡلَم٠وَأَنتÙÙ…Û¡ لَا تَعۡلَمÙونَ Â
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yg mau supaya (berita) perbuatan yg amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yg beriman, bagi mereka azab yg pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tak mengetahui.â€
Menurut Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya, salah satu riwayat mengatakan bahwa ayat ini merupakan ancaman bagi orang yg gemar menebar ucapan buruk.Â
Jamaah shalat Jumat yg dimuliakan Allah
Etika berikutnya ialah tak menebar informasi palsu. Pesan-pesan dakwah telah seharusnya merupakan informasi yg valid. Jangan sampai sebab berisi informasi palsu, akhirnya dakwah yg seharusnya mencerahkan publik justru menyesatkan banyak orang. Allah SWT sendiri dalam Al-Qur’an telah meawanti-wanti buat menjaga kebenaran informasi sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hujurat ayat 6:
يَٰٓأَيّÙهَا ٱلَّذÙينَ ءَامَنÙوٓاْ Ø¥ÙÙ† جَآءَكÙÙ…Û¡ ÙَاسÙÙ‚ÙÛ¢ بÙنَبَإٖ ÙَتَبَيَّنÙوٓاْ Ø£ÙŽÙ† تÙصÙيبÙواْ قَوۡمَۢا بÙجَهَٰلَةٖ ÙَتÙصۡبÙØÙواْ عَلَىٰ مَا ÙَعَلۡتÙÙ…Û¡ نَٰدÙÙ…Ùينَ Â
Artinya: “Hai orang-orang yg beriman, bila datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dgn teliti supaya kamu tak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yg menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.â€
Ayat ini menegaskan kepada kita buat tak gampang dalam menerima informasi, sebab bila tak mengecek benar atau taknya, khawatir termakan berita hoax. Demikian juga dalam berdakwah di media sosial. Materi dakwah kita mau menjadi konsumsi publik. Jika mengandung informasi bohong, dapat berbahaya bila masyarakat percaya begitu saja.
Etika berikutnya ialah berbicara sesuai dgn ruang publik yg kita tuju. Jangan sampai kita salah sasaran dan salah ruang. Bisa jadi, materi yg kita sampaikan terdengar normal di kelompok tertentu, tapi tak layak bila didengar oleh kelompok lain. Oleh sebab itu, dalam berdakwah, kita harus pandai-pandai melihat siapa saja yg mau membaca atau mendengar materi dakwah kita.
Rasulullah SAW sendiri telah bersabda:
خَاطÙبÙوْا النَّاسَ عَلَى قَدْر٠عÙÙ‚ÙوْلÙÙ‡Ùمْ
Artinya: “Berbicaralah dgn manusia sesuai dgn kadar pemahaman mererka masing-masing.†(HR Ad-Dailami).
Hadits ini menegaskan bahwa kondisi setiap orang tak sama. Oleh sebab itu, kita harus pandai-pandai melihat situasi dan kondisi, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Boleh jadi pesan yg kita sampaikan bermanfaat bagi satu kelompok, tapi mau akan menyinggung kelompok lain bila disampaikan pada ruang yg bukan semsetinya.
Dikatakan dalam satu pepatah:
Ù„ÙÙƒÙلّ٠مَقَام٠مَقَالٌ، ÙˆÙŽ لَيْسَ ÙƒÙلّ٠مَا ÙŠÙعْلَم٠يÙقَالÙ
Artinya: “Setiap ruang ada bahasanya sendiri, dan tak setiap yg diketahui harus disampaikan.â€
Baca Juga: Khutbah Jumat: Hendaknya Bijak saat Bermedia Sosial
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita hamba-hamba-Nya yg selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dgn cara-cara yg santun dan bijaksana.
بَارَكَ الله٠لÙيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙŠ الْقÙرْاٰن٠الْعَظÙيْم٠وَنَÙَعَنÙÙŠ وَاÙيَّاكÙمْ بÙمَا ÙÙيْه٠مÙÙ†ÙŽ الْاٰيَات٠وَالذّÙكْر٠الْØÙŽÙƒÙيْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙنّÙيْ ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلَاوَتَه٠اÙنَّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙيْع٠الْعَلÙيْمÙ. وَأَسْتَغْÙÙر٠اللهَ الْعَظÙيْمَ Ù„Ùيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙسَائÙر٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠Ùَيَا Ùَوْزَ الْمÙسْتَغْÙÙرÙيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائÙبÙيْنَ
Khutbah II
اَلْØَمْد٠لله٠الَّذÙيْ أَنْعَمَنَا بÙÙ†Ùعْمَة٠الْاÙيْمَان٠وَالْاÙسْلَامÙ. وَالصَّلَاة٠وَالسَّلَام٠عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠خَيْر٠الْأَنَامÙ. وَعَلٰى اٰلÙه٠وَأَصْØَابÙه٠الْكÙرَامÙ. أَشْهَد٠اَنْ لَا اÙلٰهَ اÙلَّا الله٠الْمَلÙك٠الْقÙدّÙوْس٠السَّلَام٠وَأَشْهَد٠اَنَّ سَيّÙدَنَا ÙˆÙŽØَبÙيْبَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠صَاØÙب٠الشَّرَÙ٠وَالْإÙØْتÙرَامÙ
أَمَّا بَعْدÙ. ÙَيَاأَيّÙهَا النَّاس٠أÙوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙيْ بÙتَقْوَى الله٠Ùَقَدْ Ùَازَ الْمÙتَّقÙوْنَ. Ùَقَالَ الله٠تَعَالَى اÙنَّ اللهَ ÙˆÙŽ مَلَائÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلَى النَّبÙيّ٠يٰأَيّÙهَا الَّذÙيْنَ أٰمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَ سَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠وَسَلّÙمْ عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَ عَلٰى أٰل٠سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيّÙدÙنَا اÙبْرَاهÙيْمَ وَبَارÙكْ عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلٰى اٰل٠سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيّÙدÙنَا اÙبْرَاهÙيْمَ وَعَلٰى اٰل٠سَيّÙدÙنَا اÙبْرَاهÙيْمَ Ùْي الْعَالَمÙيْنَ اÙنَّكَ ØÙŽÙ…Ùيْدٌ مَجÙيْدٌ
اَللّٰهÙÙ…ÙŽÙ‘ وَارْضَ عَن٠الْخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ. وَعَنْ اَصْØَاب٠نَبÙيّÙÙƒÙŽ اَجْمَعÙيْنَ. وَالتَّابÙعÙبْنَ وَتَابÙع٠التَّابÙعÙيْنَ ÙˆÙŽ تَابÙعÙÙ‡Ùمْ اÙلٰى يَوْم٠الدّÙيْنÙ. اَللّٰهÙÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠وَالْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَالْمÙؤْمÙنَاتÙ. اَللّٰهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعÙوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْÙÙتَنَ مَا لَا يَدْÙَعÙه٠غَيْرÙÙƒÙŽ عَنْ بَلَدÙنَا هٰذَا اÙنْدÙوْنÙيْسÙيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائÙر٠بÙلَاد٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا اٰتÙنَا ÙÙÙŠ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽ ÙÙÙŠ الْاٰخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽ Ù‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ
عÙبَادَ الله٠اÙنَّ اللهَ يَأْمÙر٠بÙالْعَدْل٠وَالْاÙØْسَان٠وَيَنْهَى عَن٠الْÙÙŽØْشَاء٠وَالْمÙنْكَرÙ. يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ. ÙَاذْكÙرÙوا اللهَ الْعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ. ÙˆÙŽ اشْكÙرÙوْه٠عَلٰى Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ. ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠اَكْبَر٠Â
Ustadz Muhamad Abror, pengajar Mahad Aly Pesantren AS-Shiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat.
Â
Â
Â
Uncategorized