Kisah Santri Pesantren Gus Mus Asal Papua, Rutin Adzan & Shalawat

– Pesantren Raudlatut Tholibien yg terletak di Kelurahan Leteh Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yg diasuh KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus) memiliki santri yg berasal dari berbagai daerah di Indonesia, salah satunya dari Papua Barat.

Dua santri asal Sorong Papua Barat Irwan Thofir (14) dan
Ajam Paus Paus (15) mengaku sangat senang dan betah mondok di Pesantren
Raudlatut Tholibien.

Selain nyantri, keduanya juga bersekolah di MTs Madrasah
Mualimin Muslimat (M3R). Ajam kelas 8 MTs, sedangkan Irwan duduk dibangku kelas
7. Di sekolah yg kental dgn ajaran aslussunnah waljamaah ini mereka juga
diterima dgn baik.

Dilansir dari situs resmi NU, Kamis, 22 Agustus 2019, Ajam
Paus Paus bercerita, sangat betah dgn suasana kekeluargaan antara santri
satu dgn santri yg lain tanpa ada perbedaan latar belakang, suku, bahasa,
maupun golongan.

Baca Juga:  PBNU Minta Warga NU yg Ada di DPR Tolak Pembahasan RUU HIP

Ajam mengaku telah mengenal satu persatu kiai yg ada di
Pondok pesantrennya. Seperti KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus) Almagfurlah KH
Cholil Bisri (Kakak kandung Gus Mus), KH Syarofudin Qaumas, KH Yahya Cholil
Staquf, dan kiai-kiai yg lain.

“Saya sering ikut shalat berjamaah bersama Mbah Mus
panggilan akrab Gus Mus. Kalau pas malam Jumat saya ziarah ke makam Mbah Cholil
Bisri dgn temen-temen,” cerita Ajam, dikutip dari situs resmi NU.

“Saya telah pernah sowan satu persatu kepada Mbah Syarof,
Mbah Yahya, dan Mbah Mus,” sambung ABG berdarah Maluku dan Papua itu.

Suasana di pesantren, kata Ajam, nyaman meski tinggal di
sebuah kamar berukuran 6 X 6 meter yg ditempati dgn 4 santri yg lain.

Baca Juga:  Harap Pemilu Damai, GP Ansor se-Sulawesi Selatan Gaungkan Gerakan Rabu Putih

Lanjut Ajam menceritakan, bila para kiai di pondoknya
memberikan pengajaran dgn menggunakan Bahasa Jawa yg dipadu dgn Bahasa
Indonesia. Sehingga ia mudah memahaminya.

Setiap waktu, Ajam rutin mengumandangkan adzan, dan pujian
(shalawatan) sebelum shalat lima waktu dimulai.

Meski baru mengaji, dapat dikatakan ia sangat fasih dalam
melantunkan shalawatan dan membaca Al-Qur’an. Setiap jam makan, ia berbaur
dgn santri yg lain makan dalam satu nampan.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.