– Salah satu ulama termasyhur di Jakarta yakni Habib Ali Kwitang. Ia merupakan habib yg baik dan berakhlak mulia.
Terkait sosok Habib Ali Kwitang, Kolektor arsip Habib Ali Kwitang, Anto Jibril
mengatakan, Habib Ali Kwitang yg bernama Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi
pernah mendapatkan surat dari ulama-ulama di Jawa ketika Nahdlatul Ulama (NU)
dilahirkan pada 1926.
“Lalu Habib Ali Kwitang ditanya bagaimana sikapnya tentang NU. Habib Ali
Kwitang kemudian mengundang salah seorang muridnya, KH Ahmad Marzuki bin
Mirshod, buat menyelediki seluk-beluk NU,†cerita Anto Jibril, dikutip dari
Okezone, Rabu, 8 Januari 2020.
Anto melanjutkan, Habib Ali Kwitang lalu mengutus Kiai Marzuki buat datang ke tempat
Hadratussyekh Hasyim Asy’ari buat mencatat apapun yg dilihatnya di sana.
“Ketika sampai di sana, Kiai Marzuki kemudian meminta satu hal kepada
Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Yaitu supaya jilbab yg dipakai perempuan NU
dibenarkan. Jika itu dilakukan, Kiai Marzuki yakin NU mau dapat masuk ke tanah
Batavia,†ujarnya.
Dilansir dari situs resmi NU Online, setahun kemudian Hadratussyekh Hasyim
Asy’ari dan KH Wahid Hasyim datang ke Batavia. Mereka mau supaya NU didirikan
di sana.
Orang yg pertama kali ditemui Wahid
Hasyim dan Hadratussyekh Hasyim ketika
sampai di Batavia yakni Habib Ali Kwitang.
“Setelah itu tahun 1928, NU dibentuk di
Batavia. Habib Ali Kwitang memberikan izin pendirian waktu itu. Lagi-lagi Habib
Ali Kwitang masih memegang fatwa Habib Utsman bin Yahya. Jadi jangan dimasukkan
namanya (Habib Ali Kwitang di jajaran pengurus NU),†kata Anto.
Menurutnya, orang-orang di Batavia kurang tertarik masuk NU sebab tak ada nama
Habib Ali Kwitang di sana. Kemudian Kiai Marzuki ‘menegur’ Habib Ali Kwitang
sebab dulu ia yg memintanya buat mendirikan NU di Batavia, namun ternyata
setelah berdiri Habib Ali Kwitang malah tak bersedia bergabung.
“Sampai pada
akhirnya Habib Ali Kwitang memproklamirkan dirinya jadi warga Nahdliyin dgn
masuk NU. Ini jarang yg mengungkapkan, padahal ini dipublikasikan di
koran-koran zaman dulu. Salah satu korannya berbahasa Belanda, koran Het Nieuws
van den Dag (terbit) tanggal 20 Maret 1933,†ujarnya.
Singkat cerita, Habib Ali Kwitang mendeklarasikan dirinya menjadi Nahdliyin pada 1933,
atau setahun sebelum wafatnya Kiai Marzuki.
Kemudian
diadakan Kongres NU di daerah Kramat, Batavia. KH Abdul Wahab Chasbullah yg
bertugas memimpin jalannya kongres tersebut.
Setelah Habib
Ali Kwitang mendeklarasikan diri menjadi Nahdliyin, ada sekitar 800 ulama yg
saat itu siap masuk NU.
“Dan kurang
lebih seribu, disebutkan di koran itu, siap masuk pula menjadi warga Nahdlatul
Ulama. Pertama Habib Salim bin Jindan,†ujar Anto.
“Di koran Belanda itu, pada ketika itu Habib Salim bin Jindan mengkritik NU. Namun kemudian, Habib
Ali Kwitang menenangkannya,†sambungnya.
Kemudian, kata
Anto, Habib Ali Kwitang mendeklarasikan dirinya
sebagai Nahdliyin. Setelah mendengar ‘pengakuan Habib Ali Kwitang’, peserta
yg hadir berdiri dan bertepuk tangan bersama. KH Abdullah Wahab Chasbullah
juga senang dgn sikap yg ditunjukkan Habib Ali Kwitang tersebut.