Membahas tentang Khutbah Jumat Singkat: Teladan Kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari

Materi khutbah singkat di bawah ini membeberkan suatu contoh akhlak luhur sahabat Nabi, ketika dihadapkan dgn harta duniawi. Abu Dzar al-Ghifari, sahabat berperangai mulia itu, menunjukkan kepada kita semua bahwa tak larut dgn gemerlap kekayaan ialah sesuatu yg sangat mungkin. Salah satunya dgn tak hanya berpikir buat diri sendiri, melainkan juga peduli kepada kebutuhan orang lain.

 

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Teladan Kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى خَاتَمِ اْلأَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Di awal khutbah ini, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dgn sebenar-benarnya, yaitu dgn berupaya secara optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

 

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Di antara wujud ketakwaan terhadap Allah ialah sikap zuhud. Zuhud secara substansial dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yg tak didominasi oleh hal-hal yg bersifat duniawi. Adapun indikator utamanya ialah:

 

وُجُودُ الرَّاحَةِ فِي الْخُرُوجِ عَنِ الْمِلْكِ

 

“Tetap merasa nyaman dan tak merasa kehilangan ketika harta dunia keluar dari kepemilikan kita.” Demikan menurut Syekh Abdullah bin al-Khafif (276-371 H), sufi Ahlussunnah wal Jamaah asal kota Shiraz Persia, atau Iran sekarang. (Abul Qasim al-Qusyairi, ar-Risâlatul Quraisyiyyah, juz I, halaman 55).

 

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Di antara sahabat Nabi Muhammad saw yg terkenal kezuhudannya ialah Abu Dzar Al-Ghifari ra (wafat 32 H), orang keempat atau kelima yg memeluk Islam langsung di hadapan Nabi Muhammad saw. Saking zuhudnya, Abu Dzar menganggap bahwa orang tak boleh menyimpan biaya hidup yg melebihi kebutuhannya dalam sehari semalam. Karenanya, sahabat Nabi saw yg lain, yaitu Mu’awiyah ra menguji konsistensi sikap kezuhudan sahabatnya itu.

 

Sayyidina Mu’awwiyah ra mengutus orang buat memberinya uang 1.000 dinar, kurang lebih sama dgn 3,5 miliar rupiah. Utusan itupun pergi membawa uang itu mendatangi Abu Dzar. Setelah sampai di sana, ia mengutarakan maksudnya:

 

“Mu’awiyah mengirimkan uang ini buatmu.”

 

Mendapati tamunya memberikan uang yg sangat banyak, Abu Dzar segera menerimanya. Namun setelah si tamu berpamitan, Ia segera membagikan uang itu kepada orang-orang yg membutuhkan dan tak menyisakan sedikit pun buat diri dan keluarganya.

 

Tak terduga, di waktu kemudian atas perintah Muawiyah utusan itu kembali lagi kepadanya dan menyatakan bahwa ia telah salah orang.

 

“Sungguh aku telah salah memberikan uang 1.000 dinar itu kepadamu, sebenarnya aku diutus buat memberikannya kepada orang yg lain, aku takut Mu’awiyah nanti mau menghukumku,” kata utusan itu penuh kekhawatiran.

 

“Bagaimana kamu itu, demi Allah uang itu tak sampai menginap di sini sedikit pun (langsung ku bagikan kepada orang yg membutuhkan pada hari itu juga); tapi tenang, sabarlah dan tunggu nanti mau aku ganti,” jawab Abu Dzar dgn tenang. (Muhammad bin Abdillah al-Jardani ad-Dimyathi, al-Jawâhir al-Lu’lu’iyyah fî Syarhil Arba’înan Nawawiyyah, [Mansurah, Maktabah al-Îman], halaman 157).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Teladan kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari ini selaras dgn kalam hikmah yg sangat populer:

 

حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ

 

Artinya, “Cinta dunia ialah pokok setiap kesalahan” (Riwayat Ibnu Abid Dunya dan al-Baihaqi).

 

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Tentu kita cukup sulit buat meniru secara persis kezuhudan Sayyidina Abu Dzar al-Ghifari. Namun, secara substansial kezuhudan Abu Dzar ra dalam hal menjaga diri dari terkuasai oleh harta duniawi dapat kita teladani. Begitu pula keteladanannya buat ringan berbagi rezeki kepada orang-orang yg lebih membutuhkan. Dengan meneladaninya semoga kita tercatat sebagai orang yg telah berupaya meningkatkan ketakwaan dgn sebenar-benarnya. Amin ya rabbal ‘alamin.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣). بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah II

 

اَلحمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنَا محمَّدًا عَبدُهُ ورسُولُهُ سَيِّدُ  الْإِنْسِ والْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا محمَّدٍ واٰلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ 

أَمَّا بَعْدُ: فيَآ أَيُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَاَلى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ، وحافَظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ، فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمً. اَللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ 

اَللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ و عُثْمانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وَعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً، ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اَللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ، وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرُ ​​​​​​​

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ ​​​​​​​

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والرِّبَا وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ​​​​​​​

فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرْ

 

Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online


Baca juga naskah khutbah lainnya:

 

 


Membahas tentang Dahsyat, Inilah Makna & tiga Kebaikan dari Membaca Surat Al Kautsar

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Dahsyat, Inilah Makna & tiga Kebaikan dari Membaca Surat Al Kautsar,

 Al-Kautsar merupakan surah ke-108 dalam Al-Quran, tergolong dalam surah Makkiyah dalam Al-Quran dan hanya memiliki 3 ayat. Surah Al-Kautsar mengandung arti nikmat yg luar biasa dari Allah Swt.

Surah ini diturunkan kepada Rasulullah ﷺ disebabkan suatu alasan yaitu kesedihan. Saat itu Rasulullah ﷺ ditinggalkan dua orang yg sangat dikasihi. Oleh sebab itu, surah ini berfungsi sebagai penghibur Rasulullah ﷺ.

Berikut bunyi Surah Al Kautsar:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ

Innaa a'taina kal kauthar

“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yg banyak.”

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Fa salli li rabbika wanhar

“Maka laksanakanlah shalat sebab Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Inna shani-aka huwal abtar

“Sungguh, orang-orang yg membencimu dialah yg terputus (dari rahmat Allah).”

BACA: Masya Allah, Inilah 3 Keagungan Surah An-Nasr

Lalu apa saja kebaikan yg diperoleh dari membaca Al-Kautsar? Berikut melansir dari beberapa sumber mengenai surah Al-Kautsar. Yuk simak!

Makna surah Al-Kautsar

Dalam sebuah hadis yg diriwayatkan shahih Muslim. Dari Anas, ia berkata, suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kami dan ketika itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca, (QS. Al Kautsar: 1-3). Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yg lebih mengetahui”, jawab kami. Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ

“Al Kautsar ialah sungai yg dijanbilan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yg banyak. Ia ialah telaga yg nanti mau didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebagian hamba yg tak dapat minum dari telaga tersebut.  Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah setelahmu.” (HR. Muslim no. 400).

Keutamaan surah Al Kautsar

1. Mengatasi rasa sedih

Surah Al-Kautsar mau memberikan perasaan ketenangan dgn menghilangkan perasaan sedih yg dirasakan Hamba-Nya. Dengan cara mengamalkan surat ini setelah salat dan Allah mau memberikan banyak nikmat.

2. Bukakan pintu rezeki

Rezeki merupakan salah satu nikmat dari Allah Swt, dgn mengamalkan surah Al Kautsar maka Allah mau membantu membukakan banyak pintu rezeki sehingga yg diperoleh mau lebih banyak dan berkah.

3. Menjadi lebih bersyukur

Mengamalkan surah Al-Kautsar mampu membuat kita sebagai hamba Allah swt buat lebih bersyukur atas nikmat yg lebih diberikan melalui salat dan berkurban. Lalu dgn ini mau menjadi kita lebih dekat Allah swt.

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Dahsyat, Inilah Makna & tiga Kebaikan dari Membaca Surat Al Kautsar . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Makna Kesuksesan dalam Kajian Al-Qur’an & Hadits

Kesuksesan merupakan dambaan setiap orang, namun seolah menjadi sangat sulit buat dimaknai sebab sangat relatif. Sebagian kalangan santri misalnya, mereka mengartikan kesuksesan ketika telah lulus dari pesantren, lulus madrasah; mulai dari jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah hingga aliyah dan mendapatkan sertifikat sebagai tanda kelulusan. Dengannya, ia telah bebas dari tanggung jawab sekolah dan memiliki kebebasan buat melakukan apa saja tanpa terikat waktu yg biasanya digunakan buat belajar. 

Ada juga orang yg mengartikan bahwa kesuksesan ialah ketika memiliki harta yg sangat banyak, popularitas dan jabatan tinggi, ketika memiliki mobil dan rumah mewah, semua orang mengenalnya, itulah akhir dari perjuangannya, kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai orang yg sukses. 

Ada juga orang yg memandang bahwa kesuksesan tak muncul dari harta, jabatan, lulus pesantren dan lainnya, mau tetapi melihat pada tempat di mana ia berada. Misalnya, orang desa mau sulit sukses dan orang kota dapat dgn mudah buat meraihnya. 

 

Beragam cara pandang tersebut dapat dikatakan benar, namun tak sepenuhnya benar, dan tak dapat diterapkan kepada semua manusia. Sebab, sebagian orang memiliki kemampuan terbatas ketika harus hidup berada di tengah-tengah orang yg mengartikan sukses seperti itu. Mereka mau merasa tersesak, dan merasa kesepian di tengah keramaian. Di situlah perjuangan hidupnya mau berakhir.

Lantas, bagaimana kita memaknainya? Mari kita bahas dalam kajian Al-Qur’an dan hadits.

 

Kesuksesan menurut Kajian Al-Qur’an

Ada beberapa tanda-tanda kesuksesan menurut Al-Qur’an, sebagaimana yg tergambar dalam firman Allah:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5). المؤمنون 

Artinya, “(1) Sungguh beruntung orang-orang yg beriman; (2, yaitu) orang yg khusuk dalam shalatnya; (3) orang yg menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yg tak berguna; (4) orang yg menunaikan zakat; (5) dan orang yg memelihara kemaluannya.” (QS al-Mu’minun: 1-5).

وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9). المؤمنون

Artinya, “(8) Dan (sungguh beruntung) orang yg memelihara amanat-amanat dan janjinya; (9) serta orang yg memelihara shalatnya.” (QS Al-Mu’minun: 8-9).

Secara global, ayat di atas menjelaskan beberapa karakter orang-orang yg beruntung/sukses (muflih). Setidaknya ada tujuh karakter yg menjadi tolok ukurnya, yaitu: (1) beriman; (2) khusyuk; (3) menjauh dari hal yg tak berguna; (4) menunaikan zakat; (5) menjaga kemaluan; (6) memelihara amanat dan janji; dan (7) menjaga shalatnya.

Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam tafsirnya memberikan penjelasan yg lebih luas perihal karakter di atas. Pertama, mukmin ialah orang yg membenarkan Allah dan apa yg diturunkan kepada rasul-Nya, baik berupa tauhid, kenabian, hari kebangkitan, dan hari pembalasan. Kedua, orang-orang yg khusyuk (khasyi’un) ialah orang yg merasa rendah dan hina di hadapan Allah, serta takut kepada-Nya.

Ketiga, menjauhi hal yg tak berguna (mu’ridlûn), yaitu orang-orang yg meninggalkan setiap hal yg tak memiliki nilai kebaikan sedikit pun, ia fokus mengerajakan kebaikan. Keempat, orang yg mengeluarkan zakat, baik berupa zakat wajib maupun sunnah, yg tujuan keduanya sama-sama buat membersihkan harta. Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan zakat setelah khusyuk dgn tujuan supaya ketaatan seseorang dapat sempurna, dgn menjalakan ketaatan badaniyah (badan), berupa ibadah dgn khusyuk, dan ketaatan maliyah (harta), berupa zakat.

Kelima, menjaga kemaluan (hâfizûn li furûjihim), yaitu orang-orang yg menjaga kemaluannya dari setiap sesuatu yg haram, baik berupa zina maupun bersenang-senang dgn yg lain (masturbasi-onani). Keenam, menjaga amanat dan janji, baik kepada Allah, seperti tuntutan-tuntutan syariat, maupun kepada manusia, seperti titipan harta, perjanjian dan lainnya.

Ketujuh, orang yg menjaga shalat, yaitu orang-orang yg melakukan shalat sesuai waktunya, dan selalu istiqamah shalat di waktu-waktu tersebut. (Wahbah az-Zuhaili, Tafsîrul Munîr fîl Aqîdati wasy Syarî’ati wal Manhâji, [Damaskus-Beirut, Darul Fikr: 1418 H], juz X, halaman 18).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita pahami, bahwa dalam Al-Qur’an, arti kesuksesan, keberhasilan, dan keberuntungan tak berkenaan dgn materi. Islam tak membedakan antara orang yg kaya dan berharta dgn orang miskin yg tak memiliki harta. Islam juga tak memndang orang dari bumi mana berasal. Sebab, yg dijadikan tolok ukur kesuksesan dalam Islam ialah perihal amal ibadah yg manusia lakukan. 

 

Kesuksesan dalam Kajian Hadits

Sebagaimana pemaparan di atas, ada pula orang yg menganggap bahwa kesuksesan hanyalah buat orang-orang yg hidup di perkotaan, sementara yg ada di desa, mereka sama sekali tak memiliki harapan buat sukses. Pemikiran yg kolot dan peradaban yg terbelakang, memiliki banyak kemungkinan bagi orang-orang desa buat tak sukses. Tentu tak demikian, dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:

اَلْأَرْضُ الْمُقَدَّسَةُ لَا تُقَدِّسُ أَحَدًا وَإِنَّمَا يُقَدِّسُ الْمَرْءَ عَمَلُهُ

 
Artinya, “Bumi yg disucikan, tak dapat mensucikan seseorang, dan yg dapat mensucikan seseorang hanya amal (saleh)nya.” (HR Abu Darda’. Dalam catatan Imam as-Sakhawi, hadits ini termasuk hadits mauquf. Namun dalam kitab Tasi’ul Majalisah ia menemukan hadits ini memili sanad yg jelas melalui riwayat Yahya bin Said dari Abdullah). (As-Sakhawi, al-Maqâsidul Hasanah fî Bayânil Ahâdîtsil Musytahirah, [Darul Kutub al-‘Arabi], juz I, halaman 103).

Sementara Syekh Abdurrauf al-Munawi (wafat 1031 H) dalam kitab Faidlul Qadîr menjelaskan, hadits ini berkaitan dgn kesunnahan menguburkan mayit berdampingan dgn orang-orang saleh dgn harapan mendapatkan berkah darinya. Hal ini tentu bukan disebabkan tanahnya, tapi amal kebaikan dari orang-orang saleh yg ada di dalamnya. (Al-Munawi, Faidlul Qadîr, juz I, halaman 297).

Hadits ini sangat menarik bila dikorelasikan dgn perspektif kesuksesan. Meski secara umum sebagaimana penjelasan Imam al-Munawi di atas, mau tetapi secara tersirat mengandung makna kesuksesan di dalamnya. Bahwa di bumi mana pun seseorang tumbuh, tanpa upaya dan usaha buat meraih kesuksesan, bumi itu sama sekali tak memiliki andil dan peran sedikit pun. Yang memiliki andil besar dalam kesuksesan ialah upaya atau aksi nyata buat mewujudkannya.

 

Karenanya, asumsi-asumsi yg menyatakan bahwa kesuksesan selalu berpihak pada tempat di mana manusia hidup, perlu segera dihilangkan. Keyakinan-keyakinan semacam itu perlu dibuang jauh. Sebab, sukses tak tergantung pada tempat. Di manapun kita dapat sukses asalkan secara sungguh sungguh melakukan aksi nyata buat meraihnya. Wallâhu a’lam bis shawâb.

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan, Kokop Bangkalan.

 

 

Membahas tentang Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Beruntung di Tahun Baru

Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak buat merefleksikan diri supaya tahun baru dapat diisi dgn amal-amal baik. Dengan ini diharapkan kita semua tergolong menjadi orang-orang yg beruntung, bukan malah menjadi orang yg merugi.

Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشّرَائِعَ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ

Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,

Segala puji milik Allah swt. Alhamdulillah, berkat kenikmatan yg senantiasa Allah berikan kepada kita, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat, kita dapat bertemu pada tempat suci ini buat beribadah kepada-Nya sebagai tanda syukur atas segala nikmat yg telah kita terima dari-Nya.

Shalawat dan salam, semoga tetap mengalir kepada Nabi Muhammad saw., juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Allah swt memerintahkan kita buat meningkatkan kepatuhan kita dalam menjalankan segala hal yg telah Ia wajibkan, dan senantiasa terus berupaya menghindari sesuatu yg Ia larang. Sudah seharusnya kita bertakwa kepada-Nya.

Dalam rangka meningkatkan ketakwaan itu, kita perlu buat menyiapkan diri dgn sebaik-baiknya. Terlebih, kita ketika ini berada di awal tahun 2022. Tahun yg baru harus lebih baik dari tahun yg lalu.

Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt.

Waktu terus berjalan. Tak terasa, kita telah tiba di tahun 2022. Usia juga terus bertambah, sedangkan jatah hidup terus berkurang. Kita semakin menua. Namun, hal tersebut masih belum dapat beriringan juga dgn amal baik kita yg stagnan atau malah cenderung menurun. Hal ini harus menjadi perhatian kita, bagian dari refleksi setiap waktu. Karenanya, bagian tersebut wajib diperbaiki.

Dalam kaitannya dgn itu, seorang Abu Nawas sampai bersyair berikut.

Usiaku terus berkurang saban hari, sementara dosaku terus bertambah, bagaimana aku menanggungnya?

Sebagai Muslim, kita harus terus berupaya memperbaiki amalan kita setiap harinya. Tentu saja kita tak mau menjadi orang merugi, melainkan orang beruntung. Orang merugi disebutkan ialah orang yg amal baiknya tetap segitu-gitu saja, tak ada perubahan ke arah yg lebih baik. Sementara orang beruntung ialah yg mampu meningkatkan amal-amal baiknya setiap waktu.

Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt.

Allah swt memberikan petunjuk kepada kita supaya tak merugi dan menjadi orang yg beruntung. Bagaimana caranya? Hal itu dituangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ashr ayat 1 sampai 3 berikut.

وَالْعَصْرِۙ) ۱ (اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ )۲ (اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)ࣖ۳

Artinya: “(1) Demi masa, (2) sungguh, manusia berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yg beriman dan mengerjakan kebabilan serta saling menasihati buat kebenaran dan saling menasihati buat kesabaran.”

Manusia yg tak merugi ialah orang yg senantiasa melaksanakan amal-amal saleh, saling mengingatkan buat melakukan kebenaran dan bersabar. Poin-poin inilah yg harus menjadi pedoman kita supaya sepanjang tahun 2022 dan seterusnya, kita terus beruntung. Sebab, potensi kerugian kita sebagai manusia sangat banyak sebab faktor kelalaian hingga godaan yg terus menghantui.

Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt.

Spirit atau semangat kita dalam memperjuangkan keberuntungan di tahun 2022 ini perlu dikobarkan. Dalam hal ini, kita perlu muhasabah, refleksi, atau introspeksi melalui sebuah hadis Rasulullah saw berikut.

اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ: شَبابَكَ قبلَ هِرَمِكَ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ

Artinya: Gunakan lima hal sebelum lima hal, yakni masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, senggangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.

Kita harus memanfaatkan setiap waktu dgn hal-hal baik yg berguna, bernilai, dan berharga. Sebab, waktu, menurut pepatah orang Barat, ialah uang. Bagi orang Arab, waktu ialah pedang. Jika kita tak dapat memanfaatkannya secara baik, maka waktu mau menebas kita.

Oleh sebab itu, khatib dalam khutbah Jumat kali ini mengajak jamaah sekalian buat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya buat bekal kita di akhirat. Sebab, dunia hanyalah perantara, hanyalah jembatan buat menuju keabadian di akhirat kelak.

Semoga, kita dapat menggunakan waktu dgn sebaik mungkin, mengisinya dgn amal-amal saleh, dan saling mengingatkan kebenaran dan kesabaran. Dengan begitu, kita berharap tak tergolong dalam orang-orang yg merugi, melainkan termasuk dalam kelompok orang-orang yg beruntung.

 

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ.

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ  

Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon.

 

Membahas tentang Doa Sepanjang Perjalanan

Ketika berjalan kaki atau berkendaraan, kita kerap lalai buat menyebut asma Allah atau kalimat-kalimat suci yg mengandung keutamaan luar biasa. Tetapi salah seorang sahabat Rasulullah SAW melazimkan sebuah bacaan ringan ketika berdiam, berjalan kaki, atau berkendaraan.

Riwayat Ibnu Sinni dan Al-Baihaqi menceritakan bagaimana Rasulullah SAW ketika berperang di Tabuk diminta pulang kampung ke Madinah demi menshalatkan jenazah salah seorang sahabatnya, Muawiyah.

Riwayat ini dikutip oleh Imam Nawawi dalam Al-Adzkar pada bab zikir ketika di jalan sebagai berikut ini:
 

وروينا في كتاب ابن السني و “دلائل النبوة” للبيهقي عن أبي أمامة الباهلي رضي الله عنه قال: “أتى رسول الله (صلى الله عليه وسلم) جبريل (صلى الله عليه وسلم) وهو بتبوك فقال: يا محمد اشهد جنازة معاوية بن معاوية المزني، فخرج رسول الله (صلى الله عليه وسلم)، ونزل جبريل (عليه السلام) في سبعين ألفا من الملائكة، فوضع جناحه الأيمن على الجبال فتواضعت، ووضع جناحه الأيسر على الأرضين فتواضعت، حتى نظر إلى مكة والمدينة، فصلى عليه رسول الله (صلى الله عليه وسلم) وجبريل والملائكة (عليهم السلام)، فلما فرغ قال: يا جبريل بم بلغ معاوية هذه المنزلة؟ قال: بقراءته: قل هو الله أحد، قائما وراكبا وماشيا”

Artinya, “Diriwayatkan kepada kami dalam kitab Ibnu Sinni dan kitab Dala’ilun Nubuwwah karya Al-Baihaqi dari Abu Umamah Al-Bahili, ia bercerita bahwa Jibril AS mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau di Tabuk. ‘Wahai Muhammad, saksikanlah shalat jenazah Muawiyah bin Muawiyah Al-Muzani (di Madinah),’ kata Jibril. Rasulullah SAW keluar (dari Tabuk). Sementara Jibril AS turun bersama 70.000 malaikat. Jibril AS menurunkan sayap kanan di atas bukit hingga merendah. Ia juga meletakkan sayap kirinya di atas tanah sampai merendah hingga ia dapat melihat Kota Mekkah dan Madinah. Rasulullah SAW bersama Jibril AS dan ribuan malaikat kemudian menshalatkan jenazah Muawiyah. Setelah selesai, Rasulullah SAW bertanya, ‘Wahai Jibril, dgn amalan apa Muawiyah mendapatkan derajat begitu tinggi ini?’ ‘Muawiyah lazim membaca Surat Al-Ikhlas ketika berdiri, berkendaraan, dan berjalan kaki,’ jawab Jibril,” (Lihat Al-Imam An-Nawawi, Al-Adzkar pada Hamisy Al-Futuhatur Rabbaniyyah, [Beirut: Daru Ihyait Al-Arabi, tanpa catatan tahun], juz VI, halaman 176).

Muhammad bin Alan As-Shiddiqi dalam syarah Al-Adzkar, Al-Futuhatur Rabbaniyyah menerangkan bahwa di belakang Jibril AS terdapat dua shaf malaikat ketika mereka menshalatkan jenazah sahabat Muawiyah bin Muawiyah, (Lihat Muhammad bin Alan As-Shiddiqi, Al-Futuhatur Rabbaniyyah, [Beirut: Daru Ihyait Al-Arabi, tanpa catatan tahun], juz VI, halaman 177).

Untuk lebih lengkapnya, kami kutipkan di sini Surat Al-Ikhlas berikut transliterasi dan terjemahannya.

 

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١) اللَّهُ الصَّمَدُ (٢) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)

Qul huwallâhu ahad. Allâhus shamad. Lam yalid, wa lam yûlad. Wa lam yakullahû kufuwan ahad.

Artinya, “Katakanlah, ‘Dialah Allah yg esa. Dia tempat bergantung. Dia tak melahirkan dan tak dilahirkan. Tiada satu pun yg menyamai-Nya.’”

Walhasil, dzikir apa pun termasuk Surat Al-Ikhlas ialah kalimat yg seharusnya dilazimkan sesering mungkin dalam keseharian kita. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)

 

Membahas tentang Khutbah Jumat: Menjaga Kebersihan

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظيم: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Di hari yg mulia ini, Khatib menyeru kepada diri Khatib pribadi, juga pada jamaah sekalian supaya senantiasa menjaga serta meningkatkan takwa kita kepada Allah dgn penuh penghambaan, takwa yg hakiki, yaitu menjauhi segala larangan Allah subhânahu wa ta’âla dan menjalankan perintah-Nya. Sebab Allah mau selalu menyediakan solusi bagi hamba yg bertakwa. Bahkan Allah mau memberi mereka rezeki yg tak disangka-sangka kedatangannya. Dalam Surat at-Thalaq ayat 2 dan 3 Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Artinya, “Siapa pun yg bertakwa kepada Allah, niscaya Dia mau mengadakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya.”

 

Jamaah shalat Jumat yg dirahmati Allah.

Sejak belia kita sering diajarkan oleh orang tua atau guru-guru kita di sekolah tentang pentingnya menjaga kebersihan. Nasehat tentang kebersihan terus menerus diulang-ulang. Apabila di rumah, setelah makan terdapat butiran nasi yg jatuh, kita diperintahkan buat memungutnya. Di sekolah, kita diajarkan menjaga kebersihan dgn adanya jadwal piket bagi setiap siswa. Bahkan, orang tua dan guru tak segan-segan menegur kita apabila tak menjaga kebersihan, baik di rumah maupun di sekolah.

Sungguh, Islam ialah agama yg mengajarkan kebersihan kepada pemeluknya. Hal tersebut sangat terbukti dalam praktik-praktik keagamaan yg kita lakukan setiap harinya. Misalnya shalat. Sebelum shalat kita diperintahkan buat bersuci terlebih dahulu dgn cara berwudhu. Kesucian badan, tempat dan pakaian menjadi syarat sahnya shalat. 

Ya, memang suci tak mesti harus bersih, namun ia identik dgn sesuatu yg terlihat bersih. Contoh lainnya dari praktik kebersihan dalam peribadahan umat Islam ialah setiap muslim laki-laki yg junub dan perempuan yg mengalami haid dan nifas wajib buat mandi besar. 

Dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat beberapa ayat yg menyinggung tentang kebersihan. Baik bersih jasmani, yaitu bersih badan, pakaian, tempat dan lain-lain; atau bersih secara rohani, yaitu kebersihan hati kita dari sifat negatif dan penyakit hati seperti sombong, dengki, dan tamak. Misalnya, dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 222:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya:  “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg bertobat, dan menyukai orang-orang yg menyucikan diri.”

 
Ayat yg ini mengandung nilai-nilai ajaran yg penting buat kita ikuti, yaitu hendaknya kita senantiasa bertobat atas dosa dan kesalahan yg kita lakukan, sebab tobat ialah langkah awal buat kita menyucikan dan membersihkan batin kita. Selanjutnya, kita juga dianjurkan buat bersuci. Baik orang yg bertobat dan bersuci, keduanya Allah cintai. 

Dalam ayat lain, tepatnya Surat al-Maidah ayat 6 Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ

Artinya: “Wahai orang-orang yg beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.” 

Begitu pun dalam hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, banyak sabda-sabda beliau yg menjunjung tinggi nilai-nilai kebersihan. Dalam riwayat Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia meriwayatkan hadis dari baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yg tercantum dalam kitab Shahih Muslim:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ

Artinya: “Kesucian ialah setengah dari keimanan.”

 

Jamaah shalat Jumat yg dimuliakan Allah subahanahu wa ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan umatnya buat selalu menjaga kesehatan. Salah satu kunci Rasulullah dalam menjaga kesehatan ialah beliau selalu menjaga kebersihan. Gaya hidup bersih yg beliau praktikkan dapat kita temukan dalam kesehariannya sebagaimana diriwayatkan di beberapa hadis, yaitu di waktu beliau makan, maka sebelum dan setelahnya tak lupa mencuci tangan. Beliau bercebok setelah buang air besar, memotong kuku tangan dan juga kakinya. Sebab di sela-sela dan di balik kuku tentu banyak kotoran tersimpan. Beliau juga mandi dan bersiwak. Berkaitan dgn hal ini Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ – أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ – الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ

Artinya: “Fitrah itu ada lima (lima hal yg termasuk dalam fitrah manusia), yaitu khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku-kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur kumis.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلى أُمَّتي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّواكِ عِنْدَ كلِّ صَلاَةٍ

Artinya: “Seandainya aku tak memberatkan umatku, maka sungguh aku mau memerintah mereka bersiwakan di setiap mau melaksanakan shalat.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga peduli pada kebersihan lingkungan sekitarnya, khususnya saluran air yg mana sering menjadi pusat mengumpulnya penyakit dari kotoran. Begitu pun halnya pekarangan rumah dan sekitarnya, Rasulullah peduli tentang kebersihan tempat-tempat di sekitarnya. Dalam riwayat Imam at-Thabrani dalam kitab Mu’jamul Ausath:

طَهِّرُوا أَفْنِيَتَكُمْ

Artinya: “Bersihkanlah pekarangan rumah kalian.”

Demikianlah Islam mengajarkan umatnya buat senantiasa menjaga kebersihan, sebab kebersihan merupakan pangkal dari kesehatan. Jadilah pelopor kesehatan baik bagi pribadi, keluarga dan masyarakat. Jadikanlah kesehatan sebagai pola dan gaya hidup kita, supaya kesehatan kita terjaga, dan tentunya kita telah mengamalkan sunah Rasulullah, juga nilai-nilai mulia yg ada dalam Al-Quran. 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

*

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

 
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

 

Membahas tentang 15 Bentuk Kekerasan Seksual Menurut Komnas Perempuan 

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang 15 Bentuk Kekerasan Seksual Menurut Komnas Perempuan ,

Sama halnya dgn laki-laki, Agama Islam memandang kaum perempuan setara bahkan memuliakannya. Hal tersebut terbukti tak hanya tercantum di dalam ayat suci Al-Quran, namun juga melalui perlakuan Rasulullah ﷺ terhadap kaum perempuan, dan hak-hak kaum perempuan.

Namun, belakangan ini banyak berita di media massa yg justru sangat bertentangan dgn ajaran Islam tentang bagaimana kita memuliakan perempuan. Kasus kekerasan seksual tengah marak diperbincangkan.

Komnas perempuan mencatat, ada 2.500 kasus kekerasan terhadap perempuan pada periode Januari sampai Juli 2021. Angka tersebut cukup melampaui catatan tahun 2020 yg hanya kurang lebih 2.400 kasus. Sementara, jumlah pengaduan kasus pada tahun 2020 naik 68 persen dibandingkan dgn tahun 2019 sekitar 1.419 kasus. 

Kekerasan seksual ini menjadi lebih sulit buat diungkap dan ditangani, sebab sering dikaitkan dgn konsep moralitas masyarakat. Perempuan dianggap sebagai simbol kehormatan dan kesucian, sebab itu dipandang aib ketika mengalami kekerasan seksual. Misalnya, perkosaan.  Ini yg membuat perempuan sebagai korban seringkali diam dan bungkam.

Untuk bersikap hati-hati dan mengetahui apa saja bentuk-bentuk kekerasan seksual, berikut memaparkan hasil temuan Komnas perempuan selama 15 tahun (1993-2013), yaitu sebagai berikut.

1. Perkosaan

Perkosaan ialah serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dgn memakai penis kea rah vagina, anus atau mulut korban. Bisa juga menggunakan jari tangan atau benda-benda lainnya. Serangan dilakukan dgn kekerasan, ancaman kekerasan, penahanan, tekanan psikologis, penyalahgunaan kekuasaan, atau dgn mengambil kesempatan dari lingkungan yg penuh paksaan.

2. Intimidasi seksual

Intimidasi seksual termasuk ancaman dan percobaan perkosaan. 
Maksudnya ialah tindakan yg menyerang seksualitas buat menimbukan rasa takut atau penderitaan psikis pada perempuan korban. Intimidasi seksual dapat disampaikan secara langsung maupun tak langsung melalui surat, sms, email, dan lain sebagainya. Ancaman atau percobaan perkosaan juga bagian dari intimidasi seksual.

3. Pelecehan seksual

Biasanya tindakan seksual ini dilakukan lewat sentuhan fisik maupun non fisik dgn sasaran organ seksual atau seksualitas korban. Misalnya, menggunakan siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukan materi pornografi dan kemauan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yg bersifat seksual, sehingga menyebabkan rasa tak nyaman, tersinggung, direndahkan atau menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan.

4. Ekploitasi seksual

Ekploitasi seksual merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yg timpang atau penyalahgunaan kepercayaan, buat tujuan kepuasan seksual, maupun buat memperoleh keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainnya. Praktik eksploitasi yg kerap ditemukan ialah menggunakan kemiskinan perempuan, sehingga masuk dalam prostitusi atau pornografi. Praktik lainnya, tindakan mengiming-imingi perkawinan buat memperoleh layanan seksual dari perempuan, lalu ditelantarkan.

5. Perdagangan perempuan buat tujuan seksual

Bisa disebut dgn tindakan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim, memindahkan, atau menerima seseorang dgn ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau pemberian bayaran atau pemberian bayaran atau manfaat terhadap korban secara langsung maupun orang lain yg menguasainya. Tujuannya, buat prostitusi ataupun ekploitasi seksual lainnya. Perdagangan perempuan dapat terjadi di dalam negara maupun antar negara sekali pun.

6. Prostitusi paksa

Kondisi dimana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun kekerasan buat menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat terjadi pada masa rekrutmen maupun buat membuat perempuan tersebut tak berdaya buat melepaskan dirinya dari prostitusi, misalnya dgn penyekapan, penjeratan utang, atau ancaman kekerasan. 

7. Perbudakan seksual

Situasi dimana pelaku merasa menjadi pemilik atas tubuh korban, sehingga berhak buat melakukan apapun termasuk memperoleh kepuasan seksual melalui pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan seksual. Perbudakan ini mencakup situasi dimana perempuan dewasa atau anak-anak dipaksa menikah, melayani rumah tangga bentuk kerja paksa lainnya, serta berhubungan seksual dgn penyekapnya.

8. Pemaksaan perkawinan termasuk cerai dan gantung

Pemaksaan perkawinan dimasukkan ke dalam jenis kekerasan sekusal, sebab menjadi bagian tak terpisahkan dari perkawinan yg tak dimaukan. Ada beberapa praktik di mana perempuan terikat perkawinan di luar kehendaknya sendiri. Pertama, ketika perempuan merasa tak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kehendak orang tuanya supaya dia menikah, sekali pun bukan dgn orang yg dimaukan atau bahkan dgn orang yg tak dikenali. Situasi ini disebut kawin paksa.

Kedua, praktik memaksa korban perkosaan menikahi pelaku. Pernikahan itu dianggap mengurangi aib akibat perkosaan yg terjadi. Ketiga, praktik cerai gantung yaitu ketika perempuan dipaksa buat terus berada dalam ikatan perkawinan, padahal ia mau bercerai. Keempat, praktik kawin cina buta, yaitu memaksakan perempuan buat menikah dgn orang lain buat satu amalm dgn tujuan rujuk dgn mantan suaminya setelah talak tiga. Praktik ini dilarang agama, namun masih ditemukan id berbagai daerah.

9. Pemaksaan kehamilan

Situasi ketika perempuan dipaksa, dgn kekerasan maupun ancaman kekerasan, buat melanjutkan kehamilan yg tak dia kehendaki. Misalnya, dialami oleh perempuan korban perkosaan yg tak diberikan pilihan lain kecuali melanjutkan kehamilannya. Juga, ketika suami menghalangi istrinya buat menggunakan kontrasepsi sehingga perempuan itu tak dapat mengatur jarak kehamilannya.

10. Pemaksaan aborsi

Pemaksaan aborsi merupakan pengguguran kandungan yg dilakukan sebab adanya tekanan, ancaman, maupun paksaan dari pihak lain.

11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi

Maksudnya, pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi  tanpa persetujuan dari perempuan, sebab ia tak mendapat informasi yg lengkap ataupun dianggap tak cakap hukum buat dapat memberikan persetujuan. Contohnya, pemaksaan pada perempuan dgn HIV/AIDS, alasannya mencegah kelahiran anak dgn HIV/AIDS. Tidak hanya itu, pemaksaan ini juga dialami perempuan penyandang disabilitas, utamanya tuna grahita, yg dianggap tak mampu membuat keputusannya sendiri, rentan perkosaan. Oleh sebabnya dapat mengurangi beban keluarga buat mengurus kehamilannya.

12. Penyiksaan seksual

Penyiksaan seksual dapat dikenal sebagai tindakan khusus menyerang organ dan seksualitas perempuan, yg dilakukan dgn sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan hebat, baik jasmani, rohani maupun seksual. Juga, dapat dilakukan buat mengancam atau memaksanya atau orang ketiga, berdasarkan pada diskriminasi atas lasa apapun.

13. Penghukuman tak manusiawi dan bernuansa seksual

Cara menghukum yg meyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan, atau rasa malu yg luar biasa yg tak dapat tak termasuk dalam penyiksaan. Ia termasuk hukuman cambuk dan hukuman-hukuman yg mempermalukan atau buat merendahkan martabat manusia sebab dituduh melanggar norma-norma kesusilaan.

14. Praktik tradisi bernuansa seksual yg membahayakan perempuan

Biasanya sebab kebiasaan masyarakat dgn alasan agama atau budaya, yg bernuansa seksual dan dapat menimbulkan cidera secara fisik, psikologis maupun seksual pada perempuan. Kebiasaan ini dapat pula dilakukan buat mengontrol seksualitas perempuan dalam persfektif yg merendahkan perempuan. Salah satu contohnya ialah khitan perempuan.

15. Kontrol seksual termasuk melalui aturan diskriminatif alasan moralitas dan agama

Kontrol seksual mencakup berbagai tindak kekerasan maupun tak langsung buat mengancam atau memaksakan perempuan buat menginternalisasi simbol-simbol tertentu yg dianggap pantas bagi perempuan baik-baik.  Juga, biasanya dilakukan lewat aturan yg memuat kewajiban busana, jam malam, larangan berada di tempat tertentu pada jam tertentu, larangan berada di satu tempat bersama lawan jenis tanpa ikatan kerabat atau perkawinan, serta aturan tentang pornografi yg melandaskan diri lebih pada persoalan moralitas ketimbang kekerasan seksual.

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang 15 Bentuk Kekerasan Seksual Menurut Komnas Perempuan  . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Masya Allah, Inilah tiga Keagungan Surah An-Nasr

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Masya Allah, Inilah tiga Keagungan Surah An-Nasr,

Surah An-Nasr merupakan surah ke 110 dalam Al-Quran dan tergolong surat Makkiyah. Surat An-Nasr yang artinya “pertolongan” ini menjelaskan tentang janji pertolongan Allah dan kemenangan.

Bunyi Surah An-Nasr sebagai berikut :

اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰهِ وَالۡفَتۡحُۙ

Iza jaa-a nas rullahi walfath

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,”

وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخُلُوۡنَ فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اَفۡوَاجًا

Wa ra-aitan naasa yadkhuluuna fii diinil laahi afwajah

“Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,”

فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَاسۡتَغۡفِرۡهُ‌ ؔؕ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

Fa sab bih bihamdi rabbika was taghfir, innahu kaana tawwaaba

“Maka bertasbihlah dgn memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.”

Melansir dari beberapa sumber, berikut ini ialah 3 keutamaan dari membaca surah An-Nasr:

1. Membaca seperempat Al-Quran

Seseorang yg membaca surah An-Nasr setiap hari maka ia seperti membaca seperempat Al-Quran. Hal ini disampaikan melalui hadis yg riwayat Tirmidzi bahwa Nabi saw bersabda “Surat Idza jaa nashrullahi wal fat-hu sama dgn seperempat Al-Qur’an.” (HR. Tirmidzi).

2. Bukti pertolongan Allah

Surah An-Nasr yg menceritakan tentang pertolongan Allah kepada umat-Nya, maka dgn mengamalkan hal hal baik seperti membaca Al-Quran dan berdzikir menjadi salah satu cara paling mudah buat memperoleh pertolongan dan nikmat dari Allah swt.

3. Surat yg terakhir turun secara utuh

Surah An-Nasr merupakan surat dalam Al-Quran yg diturunkan paling akhir. Hal ini diriwayatkan oleh Muslim, ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah berkata bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepadanya, “Apa engkau tahu surah yg terakhir turun dari Alquran secara utuh?” ‘Ubaidullah berkata, “Iya tahu, yaitu surah ‘Idza jaa-a nashrullahi wal fath’ (ketika pertolongan Allah itu datang dan kemenangan).” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 3024).” (At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 647-648)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Masya Allah, Inilah tiga Keagungan Surah An-Nasr . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Partnership, Relasi Ideal Suami Istri

Rumah tangga, sebagai institusi kecil dan hubungan yg sengaja dibentuk serta dipelihara, memiliki misi agung tertentu, salah satu dari tujuan utama membangun rumah tangga ialah menciptakan ketenangan, ketentraman dan kesejahteraan, sebagaimana dalam surat ar-Rum ayat 21:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً، اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan buatmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia (Allah) menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayg. Sungguh, pada yg demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yg berpikir.” 

 

Berkaitan ayat tersebut Imam al-Maraghi menjelaskan:

أي من آيته الدالة على البعث والإعادة أن خلق لكم أزواجا من جنسكم لتأنسوا بها، وجعل بينكم المودة والرحمة لتدوم الحياة المنزلية على أتم نظام

Artinya, “Termasuk tanda kekuasaan Allah yg menunjukkan atas hari kebangkitan dan kembalinya manusia ialah diciptakannya pasangan-pasangan hidup dari jenis yg sama supaya saling mengasihi, dan Allah menciptakan kasih sayg di antara meraka supaya kehidupan rumah tangga menjadi langgeng dalam kondisi terorganisir secara lebih sempurna.” (Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsîrul Marâghi, [Beirut, Darul Kutubil ‘Ilamiyyah: 2015], juz VII, halaman 269). 

 

Prinsip kesejahteraan rumah tangga dalam Islam ini kemudian akrab disebut dgn istilah sakinah, mawadah wa rahmah, artinya keluarga yg tenang, penuh cinta, dan penuh kasih sayg. 

Perlu kita sadari, yg sangat fundamental dalam membangun hubungan sehat ialah terbentuknya relasi yg baik (relationship) di antara para pihak. Begitu pula dalam rumah tangga, bahkan lebih dari sekedar relationship, hubungan antara pasangan juga harus dibangun berdasar prinsip partnership atau basis kemitraan, di mana pasangan tak hanya menjadi sebatas teman hidup belaka, namun pasangan harus diperlakukan sebagai partner, artinya suami tak bertindak sewenang-wenang tanpa mempertimbangkan kepentingan, kondisi, perasaan dan atau pendapat sang istri. Istri juga berhak memberikan kontribusi tertentu dalam rumah tangga. Hal ini dapat kita sederhanakan dgn istilah, suami harus bergaul dgn istri dgn cara yg baik  atau mu’âsyarah bil ma’rûf. Begitu pula sebaliknya. 

 

Bergaul yg Baik terhadap Istri

Dalam mendefinisikan mu’âsyarah bil ma’rûf,  Imam Ibn Katsir menyampaikan:

أن العشر بالمعروف تتضمن طيب الكلام وحسن الأفعال والهيئات بين الزوجين

Artinya, “Sesungguhnya bergaul dgn baik terhadap istri meliputi, ucapan yg baik, tingkah laku yg baik, dan juga sikap-sikap baik (lainnya) di antara suami dan istri.” (Ibnu Katsir, Tafsîrul Qur-ânil Adhîm, [Beirut, Darul Fikr: 2000], juz II, halaman 212).  

 

Sementara Sayyid Alawi al-Maliki menjelaskan, termasuk salah satu bentuk pergaulan yg baik terhadap istri ialah dgn mengajaknya bercanda dan menggodanya, sebab menurutnya tindakan suami seperti itu dapat menghibur hati istri, membuatnya merasa tenang, dan membuat fikirannya lebih rileks. Artinya bergaul secara baik terhadap istri, tak hanya dipenuhi dgn hal-hal yg bersifat materil saja, seperti memenuhi kebutuhan nafkah sehari-hari, namun juga berbentuk hal immaterial, yakni menjaga perasaan istri, membuat hatinya senang, dan membuatnya merasa nyaman.

Dalam menggambarkan pola hubungan suami istri ini Hujjatul Islam al-Ghazali mencontohkan:

فينبغى أن تسلك سبيل الاقتصاد فى المخالفة والموافقة وتتبع الحق فى جميع ذالك

Artinya, “Dan hendaknya anda (suami) memilih cara yg seimbang dalam menolak dan menuruti, serta mengikuti rambu-rambu kebenaran dalam segala hal itu (dalam hal menggauili istri dgn baik, dan memenuhi kemauanya).” (Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûmiddîn, [Al-Haramain: 1999], juz II, halaman 46). 

Menurut Imam al-Ghazali, salah satu bentuk relasi ideal antara suami istri yg dapat menjadi salah satu pilar penygga keharmonisan rumah tangga ialah dgn memperlakukan istri secara baik dan menghormati posisinya, mempertimbangkan kemauan, perasaan, dan pendapatnya. Namun demikian, suami juga tak boleh sampai lengah dan lepas kendali, atau bahkan hanyut dalam dominasi serta kemauan istrinya.

 

 

Bersikap Baik terhadap Pasangan

Pada dasarnya kita memahami bahwa Islam mengamini adanya hubungan timbal balik antara suami dan istri. Istri harus menghormati suami dan mematuhi perintahnya sebagai kepala rumah tangga. Namun sebaliknya suami tak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap istrinya, dan harus memperlakukannya dgn baik serta menjaga perasaannya, dgn pola hubungan yg saling menghormati dan saling menghargai. Tentu dgn demikian cita-cita pembentukan keluarga Islami buat menghadirkan keluarga yg sakinah mawaddah warahmah, dapat terwujudkan. Wallâhu a’lamu bis shawâb

 

Ning Shofiyatul Ummah, Pengajar PP. Nurud Dhalam Sumenep.

 

 

Membahas tentang Ekspos Resolusi 2022, Ini Pesan Syair As-Shafadi

“Jika kamu mau menggapai cita-cita, rahasiakanlah ia dari semua orang”, kata as-Shafadi.

Melewati tahun 2021 dan beralih ke tahun 2022, tentu banyak hal yg kita alami. Senang, bahagia, susah, duka dan getir kehidupan. Ia membuat kehidupan kita berwarna. Setiap problem kehidupan yg dijumpai, mau selalu ada asa yg kita dapati buat terus melanjutkan hidup dari waktu ke waktu.

 

Di era kemajuan teknologi dan media sosial seperti ketika ini, kita mau mendapati cara-cara alternatif yg makin memudahkan kita menyusun perencanaan atau plan yg mau kita eksekusi di tahun ini. Bukan hanya menyusunnya yg mudah, bahkan kita dapat mengeksposnya ke media sosial, sembari disisipkan caption “Resolusi 2022”. 

Dengan mengekspos plan yg kita susun, tentu mau ada yg melihatnya, baik banyak maupun sedikit tergantung jumlah pengikutnya di media sosial. Lantas, sebenarnya apakah bijak mengekspos resolusi atau plan kita ke media sosial? Dalam hal ini menarik sekali pesan syair as-Shafadi. 

 

Sekilas tentang As-Shafadi

Khalil ibn Aybak ibn ‘Abdullah Shalahuddin as-Shafadi ad-Dimasyqi as-Syafi’i ialah nama, nasab, gelar dan nisbah daerah serta mazhabnya. Ia lahir tahun 696 Hijriah, ada juga yg mengatakan 697 H. lebih dikenal dgn sebutan as-Shafadi, salah satu kota di perbatasan Palestina dan Israel. Ia menulis banyak karya yg kebanyakan bergenre sastra, yg disebut oleh Ibnu Sa’d mencapai 500 jilid. Memiliki tulisan tangan yg bagus, sehingga banyak bekerja di bidang penulisan di beberapa daerah di Damaskus. Ia wafat pada 764 H. (Ibnu Hajar al-‘Asqallani, ad-Durarul Kâminah, [Hyderabad, Dairah al-Ma’arif al-Utsmaniyah: 1392 H/1972 M], juz II, halaman 208-210).

As-Shafadi berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, di antaranya al-Hafiz Fathuddin ibn Sayyiddin Nas, Ibnu Nubatah al-Mishri, Abu Hayyan al-Gharnathi, dan lain-lain. Adapun karya-karya al-Shafadi banyak, namun tak semua dicetak, sebagian masih berbentuk manuskrip, bahkan ada pula kesalahan nisbah sebagian kitab kepadanya. Salah satu karyanya yg berbentuk biografi tokoh-tokoh ialah al-Wâfi bil Wâfiyât. Karyanya yg belum dicetak dan masih berbentuk manuskrip salah satunya ialah al-Iqtishâr ‘ala Jawâhiris Sulûk fîl Intishâr li Ibn Sina. Sedangkan karya yg salah nisbah kepadanya salah satunya ialah Risalâh fî ‘Ilmil Mûsiqi

 

Syair Lȃmiyȃtus Shafadi

Syair lȃmiyȃt yg masyhur dinisbahkan kepadanya terdiri dari 28 bait yg menghimpun nilai dan prinsip ideal tentang kehidupan, khususnya bagi para pemuda. Motivasi dan ambisi seorang pemuda digambarkan begitu ideal dalam bait-bait itu. Namun demikian, kita fokus kepada bait kesembilan, yaitu:

وإنْ أردتَ نَجاحاً أو بلوغَ مُنىً ۞ فاكتُمْ أمورَكَ عن حافٍ ومُنتعلِ

“Jika kamu mau sukses atau mencapai cita-citamu, maka rahasiakanlah dari semua orang.”

Merahasiakan impian kita dari semua orang terkadang menjadi kunci tercapainya impian itu. Sebagaimana kita tahu, bahwa orang lain lebih sering melihat hasil saja, tanpa melihat usaha yg proses yg dijalani. Hal tersebut sebenarnya wajar saja, sebab setiap manusia memiliki urusan dan masalahnya masing-masing. Akan habis waktunya bila ia terus menerus melirik urusan orang lain.

Itulah sebabnya kita perlu menyembunyikan plan dan resolusi pribadi kita, sebagaimana yg dikatakan as-Shafadi di dalam syairnya. Sebab, plan ialah bagian dari proses, biarlah itu menjadi bagian dari kehidupan pribadi kita yg mengusahakan dan mewujudkannya.

 

 
Kita tak tahu, apabila cita-cita dan plan yg kita susun telah menyebar di khalayak umum atau orang banyak di sekitar kita, kemudian ia tak terwujud, tentunya ada orang-orang bersimpati dan memotivasi supaya harapan kita tak padam. Namun tak menutup kemungkinan ada juga yg mencemooh dan meremehkan, bahkan menertawakan kegagalan yg kita alami.

Bait di atas tak sama sekali mengintervensi kita buat tak mengekspos plan dan resolusi yg kita rencanakan di awal tahun ke media sosial, atau membeberkannya ke banyak orang. Al-Shafadi hanya menawarkan pesan kebijakan yg dapat kita pilih atau tinggalkan. Kendati ada yg lebih memilih menjadikan media sosial tempat ia mencatat resolusinya supaya ia selalu teringat dgn cita-cita yg mau diraih di tahun ini. Selamat beresolusi.

 

Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta