Saling Hujat sebab Beda Pilihan Politik dalam Islam

Assalamu ’alaikum wr. wb.
Redaksi NU Online, saya mau bertanya seputar pemilihan umum. Banyak orang sekarang ini saling hujat dan menjatuhkan sebab perbedaan pilihan politik. Bahkan tak sedikit diskusi mereka yg berujung pada putusnya silaturahmi. Bagaimana keterangan agama perihal ini? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Syukur/Klaten)

Jawaban
Assalamu ’alaikum wr. wb.
Penanya yg budiman, semoga Allah SWT selalu menurunkan rahmat-Nya buat kita semua. Kita sekarang ini telah memasuki zaman di mana masyarakat memiliki hak secara konstitusi buat memilih pejabat publiknya baik itu seperti pemilihan kuwu, anggota dewan, bupati, gubernur, maupun presiden.

Kondisi ini amat berbeda dgn masa raja-raja zaman dahulu di mana masyarakat hanya menyaksikan peralihan dari satu ke lain raja, dari satu ke lain bupati tanpa memiliki pengaruh apapun dalam proses pergantian para pejabat itu. Dengan kata lain, kondisi terkahir kita ini patut disyukuri.

Meski demikian, kondisi sekarang ini juga perlu dibarengi dgn kedewasaan dalam menyikapi perbedaan pilihan. Ekses negatif dari pemilihan langsung pejabat publik itu antara lain ialah munculnya upaya saling menjatuhkan oleh masing-masing pihak. Bahkan tak sedikit fenomena saling hujat dan saling hina kita temukan sekarang ini di tengah masyarakat hanya sebab perbedaan calon misalnya kuwu yg diusung.

Tindakan saling menghina, saling hujat, dan saling merendahkan bukan akhlak yg diajarkan oleh Islam. Ada baiknya kita membuka kembali Surat Al-Hujurat ayat 11 berikut penjelasannya oleh Syekh Jalaluddin As-Suyuthi berikut ini.

“يَا أَيّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَر” الْآيَة نَزَلَتْ فِي وَفْد تَمِيم حِين سَخِرُوا مِنْ فُقَرَاء الْمُسْلِمِينَ كَعَمَّارٍ وَصُهَيْبٍ وَالسُّخْرِيَّة : الِازْدِرَاء وَالِاحْتِقَار “قَوْم” أَيْ رِجَال مِنْكُمْ “مِنْ قَوْم عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ” عِنْد اللَّه “وَلَا نِسَاء” مِنْكُمْ “مِنْ نِسَاء عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسكُمْ” لَا تَعِيبُوا فَتُعَابُوا أَيْ لَا يَعِبْ بَعْضكُمْ بَعْضًا “وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ” لَا يَدْعُو بَعْضكُمْ بَعْضًا بِلَقَبٍ يَكْرَههُ وَمِنْهُ يَا فَاسِق يَا كَافِر “بِئْسَ الِاسْم” أَيْ الْمَذْكُور مِنْ السُّخْرِيَّة وَاللَّمْز وَالتَّنَابُز “الْفُسُوق بَعْد الْإِيمَان” بَدَل مِنْ الِاسْم أَنَّهُ فِسْق لِتَكَرُّرِهِ عَادَة “وَمَنْ لَمْ يَتُبْ” مِنْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Artinya, “(Wahai orang-orang yg beriman, janganlah mengolok-olok) ayat ini turun perihal rombongan tamu Banu Tamim ketika mereka meremehkan orang Muslim yg fakir seperti sahabat Ammar RA dan Suhaib RA. “Olok-olok” bermakna mengejek dan merendahkan (oleh suatu kaum) di antara kalian (terhadap kelompok lainnya. Boleh jadi mereka [yg diejek] lebih baik dari mereka [yg mengejek]) di sisi Allah SWT. (Jangan pula perempuan-perempuan) di antara kalian ([mengejek] terhadap kelompok perempuan lainnya. Boleh jadi mereka [yg diejek] lebih baik dari mereka [yg mengejek]. Jangan pula kalian saling mencela) jangan kalian mencela orang lain sehingga berujung saling mencela. Jangan sebagian kalian mencela sebagian lainnya. (Janganlah saling memanggil dgn gelar-gelar buruk) Janganlah salah seorang kalian memanggil kawannya dgn sebutan-gelar yg ia tak berkenan seperti panggilan “Hai fasiq” atau “Hai kafir”. (Seburuk-buruk nama) tersebut yg mengandung olok-olok, ejekan, celaan, dan gelar yg buruk (ialah panggilan yg buruk setelah beriman) “al-fusuqu” merupakan badal dari “al-ismu” buat menegaskan bahwa gelar-sebutan penghinaan itu merupakan perbuatan buruk sebabnya kata-kata itu diulang sebagaimana lazimnya. (Siapa saja yg belum bertobat) dari semua itu, (maka mereka itulah orang-orang yg aniaya),” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsirul Quranil Azhim lil Imamainil Jalalain [Tafsirul Jalalain], Beirut, Darul Fikr, tanpa tahun, halaman 424).

Keterangan di atas merupakan peringatan bagi umat Islam dalam menjaga etika komunikasi. Islam mengajarkan kesetaraan. Suatu kelompok masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tak boleh merendahkan kelompok masyarakat lainnya hanya sebab perbedaan kelas sosial, atau perbedaan lain.

Sementara kalau masyarakat memang sedang menggeluti hobi baru seperti suka menghujat dan senang mencemooh kelompok lain di luar diri mereka sebab perbedaan calon kuwu atau bupati yg diusung, maka sebaiknya kita tak perlu mencampuri pokok pembicaraan tersebut.

Dalam kondisi masyarakat telah diselimuti oleh fanatik buta dan fanatik tuli, maka sebaiknya kita mengangkat masalah lain di luar masalah politik praktis. Hal ini kita pilih supaya kita dapat terhindar dari pertikaian dan debat kusir yg tak perlu sebagaimana anjuran Imam Al-Ghazali di bawah ini.

الباب الثالث في الامامة النظر في الإمامة أيضاً ليس من المهمات، وليس أيضاً من فن المعقولات فيها من الفقهيات، ثم إنها مثار للتعصبات والمعرض عن الخوض فيها أسلم من الخائض بل وإن أصاب، فكيف إذا أخطأ !

Artinya, “Bab Ketiga Perihal Kepemimpinan. Pandangan dalam kepemimpinan juga bukan bagian dari perkara penting (prinsip/ushul), juga bukan bagian dari kajian ilmu aqli, tetapi lebih pada masalah fiqhiyah (furu’). Di samping itu masalah kepemimpinan mengobarkan kefanatikan. Karenanya orang yg menghindarkan diri dari (pembicaran) berlarut-larut di dalamnya lebih selamat dibanding mereka yg larut tenggelam di dalamnya meskipun ia benar. Terlebih lagi kalau keliru!” (Lihat Abu Hamid Al-Ghazali, Al-Iqtishad fil I‘tiqad, Beirut, Darul Fikr, 1997 M/1417 H, halaman 166-167).

Imam Al-Ghazali mengajurkan kita mengganti tema lain pembicaraan di luar politik sekalipun kita benar dalam pertimbangan kita. Kalau benar pun, kita sebaiknya diam atau mengambil tema lain. Apalagi kalau tak mengetahui persis masalah politik, sebaiknya kita tak perlu terlibat dalam perbincangan tersebut. Sebaiknya kita menjaga silaturahmi dan menjaga etika dalam berkomunikasi.

Demikian jawaban dapat kami kemukakan. Semoga dapat dipahami dgn baik. Kami terbuka dalam menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

(Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.