Khutbah I
الØَمْد٠لÙله٠الَّذÙيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّاد٠وَاللّÙبَاس٠وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بÙهَا Ù„Ùيوْم الØÙسَاب أَشْهَد٠أَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙلاَّ الله٠وَØْدَه٠لَاشَرÙيْكَ لَه٠رَبّ٠النَّاس٠وَأَشْهَد٠أَنَّ سَيÙّدَنَا Øَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠المَوْصÙوْÙ٠بÙأَكْمَل٠صÙÙَات٠الأَشْخَاصÙ. اَللَّهÙمَّ ÙَصَلÙÙ‘ وَسَلÙّمْ عَلَى سَيÙّدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠كَانَ صَادÙÙ‚ÙŽ الْوَعْد٠وَكَانَ رَسÙوْلاً نَبÙيًّا، وَعَلَى آلÙه٠وَصَØْبÙه٠أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا ÙƒÙŽØ«Ùيرًا ØŒ أَمَّا بَعْد٠، Ùَيَا أَيّÙهَا الْØَاضÙرÙوْنَ ØÙŽÙÙظَكÙم٠اللهÙØŒ اÙوْصÙيْنÙيْ Ù†ÙŽÙْسÙيْ ÙˆÙŽØ¥ÙيَّاكÙمْ بÙتَقْوَى اللهÙØŒ Ùَقَدْ Ùَازَ الْمÙتَّقÙوْنَ
قَالَ الله٠تَعَالَى : بÙسْم٠الله٠الرَّØْمَن٠الرَّØÙيْمÙØŒ وَالَّذÙينَ اتَّخَذÙوا مَسْجÙدًا ضÙرَارًا ÙˆÙŽÙƒÙÙْرًا وَتَÙْرÙيقًا بَيْنَ الْمÙؤْمÙÙ†Ùينَ ÙˆÙŽØ¥Ùرْصَادًا Ù„Ùمَنْ Øَارَبَ اللَّهَ وَرَسÙولَه٠مÙنْ قَبْل٠وَلَيَØْلÙÙÙنَّ Ø¥Ùنْ أَرَدْنَا Ø¥Ùلَّا الْØÙسْنَى وَاللَّه٠يَشْهَد٠إÙنَّهÙمْ لَكَاذÙبÙونَ
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Sudah jamak kita dengarkan kata masjid dalam keseharian kita. Makna yg umum terbayg kira-kira ialah tempat shalat, mengaji, atau ritual keagamaan lain umat Islam. Dengan pengertian sederhana ini, makna masjid yg lebih substansial menjadi tak begitu tampak. Tak sepenuhnya keliru, tapi juga belum mewakili makna masjid secara utuh dan hakiki.
Masjid berakar dari kata sajada – yasjudu yg bila diturunkan sampai pada betuk isim makan (kata tempat) masjid. Arti sajada ialah sujud, tunduk, patuh. Dengan demikian, masjid berarti pula sarana buat menunaikan segala aktivitas yg mencerminkan ketundukan kita kepada Allah ﷻ. Ini menegaskan bahwa masjid ialah tempat yg sangat terhormat dan suci.
Kemuliaan masjid juga tercermin dari sejumlah ayat Al-Qur’an yg menyandarkan kata “masjid†dgn Allah, seperti menyebut dgn frasa masâjida-Llâh (masjid-masjid Allah), bukan masâjidal-muslimîn (masjid-masjid umat Islam). Pakar tafsir Al-Qur’an Prof Muhammad Quraish Shihab mengatakan, kata masjid terulang sebanyak 28 kali di dalam Al-Qur’an. Salah satunya ialah:
وَأَنَّ الْمَسَاجÙدَ Ù„Ùلَّه٠Ùَلَا تَدْعÙوا مَعَ اللَّه٠أَØَدًا
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu ialah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS al-Jinn: 18)
Penisbatan nama Allah kepada masjid menunjukkan betapa Islam sangat memuliakan masjid. Demikian luhur dan sucinya tempat tersebut hingga ada ketentuan dalam fiqih tentang keharusan masjid steril daril najis dan orang berhadats besar. Kita juga sering mendengar orang bilang “rumah Allahâ€. Tentu ini bukan secara harfiah Allah bersemayam di dalam masjid, melainkan bermakna bahwa masjid ialah rumah bagi hamba menjalin kedekatan dgn Allah.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Dengan demikian, inti dari fungsi masjid ialah sebagai tempat menunaikan semua aktivitas manusia yg mencerminkan kepatuhan atau ketundukkan kepada Allah ï·». Tapi ini bukan berarti masjid diperbuatkan hanya buat shalat, sebagaimana disalahpahami sebagaian orang. Sebab bidang-bidang yg menunjukkan kepatuhan tersebut sangat luas. Sejumlah kegiatan sosial atau aktivitas buat kemaslahatan publik termasuk bagian dari itu.
Masjid didirikan di zaman Nabi tak hanya buat shalat, melainkan juga menjadi sarana forum-forum pendidikan, tempat menginap, pengelolaan dana umat, hingga penyusunan strategi perang dan pengobatan korban luka para mujahid. Masjid pada zaman Nabi juga menjadi wadah bertemunya seluruh umat Islam tanpa pandang suku ataupun kelas sosial.
Masjid pertama kali didirikan di Quba, kota kecil berjarak sekitar tujuh kilometer dari kota Yatsrib. Proses pendiriannya dilakukan di tengah perjalanan hijrah ke Yatsrib atau yg kemudian berganti nama menjadi Madinah. Dari masjidlah Nabi meletakkan dua fondasi penting dalam satu tempat, yakni kepatuhan total kepada Allah ï·» dan kemaslahatan bersama bagi umat.
جÙعÙلَتْ لÙيْ الأَرْض٠مَسْجÙدًا ÙˆÙŽØ·ÙŽÙ‡Ùوْرًا
“Telah dijadikan buatku (dan buat umatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri.†(HR Bukhari)
Masjid yg dikaitkan dgn bumi dalam hadits tersebut mengindikasikan bahwa ia terikat erat dgn fungsi-fungsi sosial. Masjid tak digambarkan seolah hanya bersifat “langit†tapi juga “bumiâ€. Kenyataan ini menegaskan bahwa Islam menghendaki masjid buat komunikasi vertikal sekaligus horizontal, hubungan antara hamba dgn Allah sekaligus hubungan manusia dgn manusia lainnya.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Belakangan ini sering kita dapati masjid juga menjadi sarana buat kampanye politik praktis tertentu. Apakah yg demikian sesuai dgn fungsi masjid? Kita tahu politik praktis erat kaitannya dgn politik dukung-mendukung kandidat, saling menjatuhkan, jabatan lima tahunan, atau tujuan duniawi nan jangka pendek lainnya. Mencermati hal demikian, masjid justru keluar dari fungsi hakikinya.
Berbeda halnya bila politik yg dimaksud ialah politik tingkat tinggi, seperti seruan mau persatuan di tengah umat yg majemuk, membangun semangat gotong royong, mewujudkan keadilan sosial, memberantas korupsi, memerangi terorisme, dan lain sebagainya yg merupakan sederet aktivitas yg berdampak maslahat luas, bukan menguntungan golongan tertentu, apalagi sampai memecah-belah umat.
Indikator bahwa Rasulullah tak menghendaki masjid buat tujuan duniawi nan jangka pendek pendek ialah doa beliau ketika mendapati orang berjualan di masjid:
لَا أَرْبَØÙŽ اللَّه٠تÙجَارَتَك
“Semoga Allah tak menguntungkan jualanmu.â€
Ada kemiripan yg sangat dekat antara kampanye politik dan aktivitas perdagangan. Keduanya sama-sama sedang menjajakan “produkâ€, member tahu keunggulan-keunggulannya, dan kadang ketika kalap dapat menjelek-jelekkan “produk†orang lain. Lingkup keuntunganya pun sangat terbatas, baik perorangan atau sekelompok orang tertentu.
Dengan demikian telah seyogianya kita bersama-sama menjaga kesucian dan kemuliaan masjid dari berbagai hal yg tak mencerminkan ketundukkan kepada Allah ﷻ. Bila ada tanda-tanda kampanye partai atau kandidat pemimpin tertentu, sepatutnya pengurus berwenang menegur dan mencegahnya. Masjid ialah tempat buat mengagungkan nama Allah, bukan nama aktor politik; sarana membangun kemaslahatan bersama, bukan keuntungan individu atau golongan. Wallahu a’lam.
بَارَكَ الله Ù„ÙÙŠ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙ‰ اْلقÙرْآن٠اْلعَظÙيْمÙØŒ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙَعَنÙÙŠ ÙˆÙŽØ¥ÙيَّاكÙمْ بÙمَاÙÙيْه٠مÙنْ آيَة٠وَذÙكْر٠الْØÙŽÙƒÙيْم٠وَتَقَبَّلَ الله٠مÙنَّا ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلاَوَتَه٠وَإÙنَّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙيْع٠العَلÙيْمÙØŒ ÙˆÙŽØ£ÙŽÙ‚Ùوْل٠قَوْلÙÙŠ هَذَا ÙَأسْتَغْÙÙر٠اللهَ العَظÙيْمَ Ø¥Ùنَّه٠هÙÙˆÙŽ الغَÙÙوْر٠الرَّØÙيْم
Khutbah II
اَلْØَمْد٠لله٠عَلىَ Ø¥ÙØْسَانÙه٠وَالشّÙكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙيْقÙه٠وَاÙمْتÙنَانÙÙ‡Ù. وَأَشْهَد٠أَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَأَشْهَد٠أنَّ سَيّÙدَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ إلىَ رÙضْوَانÙÙ‡Ù. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وÙعَلَى اَلÙه٠وَأَصْØَابÙه٠وَسَلّÙمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙثيْرًا
أَمَّا بَعْد٠Ùَياَ اَيّÙهَا النَّاس٠اÙتَّقÙوا اللهَ ÙÙيْمَا أَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكÙمْ بÙأَمْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙدْسÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى Ø¥Ùنَّ اللهَ وَمَلآئÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَسَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلّÙمْ وَعَلَى آل٠سَيّÙدÙناَ Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ وَرÙسÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙمَّ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ أَبÙÙ‰ بَكْر٠وَعÙمَر وَعÙثْمَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØَابَة٠وَالتَّابÙعÙيْنَ وَتَابÙعÙÙŠ التَّابÙعÙيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙاÙØْسَان٠اÙلَىيَوْم٠الدّÙيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يَا أَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللهÙمَّ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَاْلمÙؤْمÙنَات٠وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَاْلمÙسْلÙمَات٠اَلاَØْيآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙمَّ أَعÙزَّ اْلإÙسْلاَمَ وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°Ùلَّ الشّÙرْكَ وَاْلمÙشْرÙÙƒÙيْنَ وَانْصÙرْ عÙبَادَكَ اْلمÙÙˆÙŽØÙ‘ÙدÙيَّةَ وَانْصÙرْ مَنْ نَصَرَ الدّÙيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ دَمّÙرْ أَعْدَاءَ الدّÙيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدّÙيْنÙ. اللهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙتْنَة٠وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً وَسَائÙر٠اْلبÙلْدَان٠اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ اْلآخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْÙÙرْ لَنَا وَتَرْØَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ اْلخَاسÙرÙيْنَ. عÙبَادَالله٠! Ø¥Ùنَّ اللهَ يَأْمÙرÙنَا بÙاْلعَدْل٠وَاْلإÙØْسَان٠وَإÙيْتآء٠ذÙÙŠ اْلقÙرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØْشآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ وَاذْكÙرÙوا اللهَ اْلعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ وَاشْكÙرÙوْه٠عَلىَ Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠أَكْبَرْ
Alif Budi Luhur
Uncategorized