Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak buat mengingat kembali perihal pentingnya menjaga interaksi dgn masyarakat non-Muslim. Dengan ini diharapkan, dalam diri kita, tertanam sikap buat saling menghormati dan menghargai perbedaan mazhab yg diyakini.
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ .
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Marilah kita awali khutbah Jumat pada siang hari ini dgn memanjatkan puji kepada Allah swt dgn bacaan hamdalah, alhamdu lillahi rabbil ‘alaamin. Sebab, segala puji pada hakikatnya ialah milik-Nya.
Shalawat dan salam, kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan juga semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Dan kelak, kita mau mendapatkan syafaatnya di akhir zaman.
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Siapa yg hari ini masih sama kadar keimanan dan ketakwannya dgn hari sebelumnya ialah orang yg merugi. Sementara yg beruntung ialah dia yg mampu menjadi lebih baik setiap harinya.
Selain senantiasa buat meningkatkan ibadah kita kepada Allah swt, di antara bentuk ketakwaan yg perlu kita tingkatkan ialah menghindari segala yg dilarang-Nya. Salah satu hal yg dilarang ialah mengolok-olok orang lain dan segala hal yg berkaitan dgnnyaز
Kita ialah manusia yg sejatinya diciptakan sama sebagaimana manusia lainnya. Tidak ada perbedaan di antara kita di hadapan-Nya kecuali ketakawaan kita. Namun, siapa yg mampu menilai ketakwaan? Tidak ada lain, kecuali hanya Allah swt. Manusia tak berhak menilai seseorang baik atau buruk. Apalagi sampai mengecap orang tersebut dgn stempel negatif dgn segala macam tuduhan atau ejekan yg justru menimbulkan kegaduhan, kontraproduktif.
Allah swt tak melarang kita buat dapat berbuat baik dan berlaku adil kepada siapa saja yg tak memerangi kita. Hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah: Ayat 8 berikut.
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
Artinya: Allah tak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yg tak memerangimu dalam urusan agama dan tak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: Ayat 8)
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Suatu keniscayaan, kita hidup dgn orang yg memiliki latar belakang suku, bangsa, bahasa, hingga agama berbeda. Namun, perbedaan tersebut tak boleh menjadi dasar buat membenci mereka yg tak sama. Perbedaan itu juga tak dapat kita jadikan pijakan buat berbuat semaunya sendiri, berpihak tanpa keadilan.
Agama Islam yg diajarkan Rasulullah saw ialah agama yg toleran dgn semua perbedaan. Bahkan, Rasulullah saw mendirikan negara yg disebut Madinah, sebuah wilayah yg terdiri dari beragam suku dan agama. Rasul tak membedakan umat Islam dgn umat Nasrani maupun Yahudi. Semua di mata negara ialah sama.
Pun di Indonesia ketika ini. Selagi orang tersebut berstatus sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), mereka memiliki hak yg sama di hadapan negara, baik itu beragama Islam, Kristen, Konghucu, Buddha, Hindu, atau agama lainnya. Mereka yg bersuku Dani, Asmat, Batak, Minang, Jawa, Sunda, ataupun Betawi juga tak memiliki perbedaan di mata negara.
Bahkan, Nahdlatul Ulama mengeluarkan sebuah keputusan yg sangat penting dalam kontek hubungan masyarakat Muslim dan Non-Muslim di hadapan negara, yakni sama-sama warga negara (muwathin). Dengan begitu, konsekuensi hukum yg didapat di antara semua warga sama, tanpa pandang bulu agama ataupun suku.
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Oleh sebab itu, telah sepatutnya kita sebagai seorang Muslim buat menjaga hubungan baik kita dgn sesama warga negara, terlebih terhadap tetangga kita, meskipun berbeda agama. Sebab, mereka ialah orang terdekat kita. Jika terjadi sesuatu di rumah, tetangga inilah orang pertama yg perlu mengambil tindakan.
Sebagai ibrah, kita perlu belajar dari Imam Hasan al-Bashri. Selama 20 tahun, beliau menampung tetesan air seni tetangganya yg bocor di rumahnya. Tetangganya yg non-Mengetahui hal tersebut telah terjadi 20 tahun tanpa pernah ada pembicaraan dari Sang Imam membuat hati non-Muslim tersebut terenyuh. Sikapnya tersebut membuat tetangganya memeluk agama Islam.
Perilaku Imam Hasan al-Bashri ini mengikuti sebuah hadis Nabi Muhammad saw.
مَنْ أَذَى ذِمِّيًّا فَقَدْ أَذَىنِيْ وَ مَنْ أَذَىنِيْ كُنْتُ خَصْمَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Siapa yg menyakiti orang kafir dzimmi (kafir yg tak memerangi umat Islam), maka sungguh ia telah menyakitiku. Dan siapa yg menyakitiku, aku mau menjadi musuhnya di hari kiamat.”
Semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah swt buat senantiasa berlaku adil kepada siapapun tanpa pandang bulu. Kita juga berharap supaya Allah swt memberikan kita sifat tak tega buat membenci apalagi menyakiti orang lain.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Ustadz Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon
Khutbah Jumat: Muamalah dgn Non-Muslim
Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak buat mengingat kembali perihal pentingnya menjaga interaksi dgn masyarakat non-Muslim. Dengan ini diharapkan, dalam diri kita, tertanam sikap buat saling menghormati dan menghargai perbedaan mazhab yg diyakini.
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Khutbah I
اَلْØَمْد٠للهÙ. اَلْØَمْد٠لله٠الَّذÙيْ خَلَقَ الْاÙنْسَانَ ÙÙيْ Ø£ÙŽØْسَن٠تَقْوÙيْمÙ. أَشْهَد٠اَنْ لَا اÙلٰهَ اÙلَّا الله٠الْعَظÙيْم٠الْكَرÙيْمÙ. وَأَشْهَد٠اَنَّ سَيّÙدَنَا ÙˆÙŽØَبÙيْبَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الَّذÙيْ ÙƒÙنّÙÙŠÙŽ بÙأَبÙÙŠ الْقَاسÙÙ…Ù. اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠وَسَلّÙمْ وَبَارÙكْ عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلٰى اٰلÙه٠وَاَصْØَابÙه٠اَجْمَعÙيْنَ. اَمَّا بَعْد٠ÙَيَاأَيّÙهَا الْØَاضÙرÙوْنَ. اÙتَّقÙوا اللهَ ØÙŽÙ‚ÙŽÙ‘ تÙقَاتÙه٠وَلَا تَمÙوْتÙنَّ اÙلَّا وَأَنْتÙمْ Ù…ÙسْلÙÙ…Ùوْنَ. قَالَ الله٠تَعَالَى ÙÙÙŠ الْقÙرْاٰن٠الْعَظÙيْمÙ. أَعÙوْذ٠بÙالله٠مÙÙ†ÙŽ الشَّيْطَان٠الرَّجÙيْم٠بÙسْم٠الله٠الرَّØْمٰن٠الرَّØÙيْم٠لَا يَنْهٰىكÙم٠اللّٰه٠عَن٠الَّذÙيْنَ لَمْ ÙŠÙقَاتÙÙ„ÙوْكÙمْ ÙÙÙ‰ الدّÙيْن٠وَلَمْ ÙŠÙخْرÙجÙوْكÙمْ مّÙنْ دÙيَارÙÙƒÙمْ اَنْ تَبَرّÙوْهÙمْ وَتÙقْسÙØ·Ùوْٓا اÙلَيْهÙمْۗ اÙنَّ اللّٰهَ ÙŠÙØÙبّ٠الْمÙقْسÙØ·Ùيْنَ. صَدَقَ الله٠الْعَظÙيْم٠.
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Marilah kita awali khutbah Jumat pada siang hari ini dgn memanjatkan puji kepada Allah swt dgn bacaan hamdalah, alhamdu lillahi rabbil ‘alaamin. Sebab, segala puji pada hakikatnya ialah milik-Nya.
Shalawat dan salam, kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan juga semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Dan kelak, kita mau mendapatkan syafaatnya di akhir zaman.
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Siapa yg hari ini masih sama kadar keimanan dan ketakwannya dgn hari sebelumnya ialah orang yg merugi. Sementara yg beruntung ialah dia yg mampu menjadi lebih baik setiap harinya.
Selain senantiasa buat meningkatkan ibadah kita kepada Allah swt, di antara bentuk ketakwaan yg perlu kita tingkatkan ialah menghindari segala yg dilarang-Nya. Salah satu hal yg dilarang ialah mengolok-olok orang lain dan segala hal yg berkaitan dgnnyaز
Kita ialah manusia yg sejatinya diciptakan sama sebagaimana manusia lainnya. Tidak ada perbedaan di antara kita di hadapan-Nya kecuali ketakawaan kita. Namun, siapa yg mampu menilai ketakwaan? Tidak ada lain, kecuali hanya Allah swt. Manusia tak berhak menilai seseorang baik atau buruk. Apalagi sampai mengecap orang tersebut dgn stempel negatif dgn segala macam tuduhan atau ejekan yg justru menimbulkan kegaduhan, kontraproduktif.
Allah swt tak melarang kita buat dapat berbuat baik dan berlaku adil kepada siapa saja yg tak memerangi kita. Hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah: Ayat 8 berikut.
لَا يَنْهٰىكÙم٠اللّٰه٠عَن٠الَّذÙيْنَ لَمْ ÙŠÙقَاتÙÙ„ÙوْكÙمْ ÙÙÙ‰ الدّÙيْن٠وَلَمْ ÙŠÙخْرÙجÙوْكÙمْ مّÙنْ دÙيَارÙÙƒÙمْ اَنْ تَبَرّÙوْهÙمْ وَتÙقْسÙØ·Ùوْٓا اÙلَيْهÙمْۗ اÙنَّ اللّٰهَ ÙŠÙØÙبّ٠الْمÙقْسÙØ·ÙيْنَÂ
Artinya: Allah tak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yg tak memerangimu dalam urusan agama dan tak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: Ayat 8)
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Suatu keniscayaan, kita hidup dgn orang yg memiliki latar belakang suku, bangsa, bahasa, hingga agama berbeda. Namun, perbedaan tersebut tak boleh menjadi dasar buat membenci mereka yg tak sama. Perbedaan itu juga tak dapat kita jadikan pijakan buat berbuat semaunya sendiri, berpihak tanpa keadilan.
Agama Islam yg diajarkan Rasulullah saw ialah agama yg toleran dgn semua perbedaan. Bahkan, Rasulullah saw mendirikan negara yg disebut Madinah, sebuah wilayah yg terdiri dari beragam suku dan agama. Rasul tak membedakan umat Islam dgn umat Nasrani maupun Yahudi. Semua di mata negara ialah sama.
Pun di Indonesia saat ini. Selagi orang tersebut berstatus sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), mereka memiliki hak yg sama di hadapan negara, baik itu beragama Islam, Kristen, Konghucu, Buddha, Hindu, atau agama lainnya. Mereka yg bersuku Dani, Asmat, Batak, Minang, Jawa, Sunda, ataupun Betawi juga tak memiliki perbedaan di mata negara.
Bahkan, Nahdlatul Ulama mengeluarkan sebuah keputusan yg sangat penting dalam kontek hubungan masyarakat Muslim dan Non-Muslim di hadapan negara, yakni sama-sama warga negara (muwathin). Dengan begitu, konsekuensi hukum yg didapat di antara semua warga sama, tanpa pandang bulu agama ataupun suku.
Jamaah Jumat yg dimuliakan Allah swt,
Oleh sebab itu, telah sepatutnya kita sebagai seorang Muslim buat menjaga hubungan baik kita dgn sesama warga negara, terlebih terhadap tetangga kita, meskipun berbeda agama. Sebab, mereka ialah orang terdekat kita. Jika terjadi sesuatu di rumah, tetangga inilah orang pertama yg perlu mengambil tindakan.
Sebagai ibrah, kita perlu belajar dari Imam Hasan al-Bashri. Selama 20 tahun, beliau menampung tetesan air seni tetangganya yg bocor di rumahnya. Tetangganya yg non-Mengetahui hal tersebut telah terjadi 20 tahun tanpa pernah ada pembicaraan dari Sang Imam membuat hati non-Muslim tersebut terenyuh. Sikapnya tersebut membuat tetangganya memeluk agama Islam.
Perilaku Imam Hasan al-Bashri ini mengikuti sebuah hadis Nabi Muhammad saw.
مَنْ Ø£ÙŽØ°ÙŽÙ‰ Ø°ÙمّÙيًّا Ùَقَدْ أَذَىنÙيْ ÙˆÙŽ مَنْ أَذَىنÙيْ ÙƒÙنْت٠خَصْمَةً يَوْمَ الْقÙيَامَةÙ
Artinya: “Siapa yg menyakiti orang kafir dzimmi (kafir yg tak memerangi umat Islam), maka sungguh ia telah menyakitiku. Dan siapa yg menyakitiku, aku mau menjadi musuhnya di hari kiamat.â€
Semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah swt buat senantiasa berlaku adil kepada siapapun tanpa pandang bulu. Kita juga berharap supaya Allah swt memberikan kita sifat tak tega buat membenci apalagi menyakiti orang lain.
بَارَكَ الله٠لÙيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙŠ الْقÙرْاٰن٠الْعَظÙيْم٠وَنَÙَعَنÙÙŠ وَاÙيَّاكÙمْ بÙمَا ÙÙيْه٠مÙÙ†ÙŽ الْاٰيَات٠وَالذّÙكْر٠الْØÙŽÙƒÙيْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙنّÙيْ ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلَاوَتَه٠اÙنَّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙيْع٠الْعَلÙيْمÙ. وَأَسْتَغْÙÙر٠اللهَ الْعَظÙيْمَ Ù„Ùيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙسَائÙر٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠Ùَيَا Ùَوْزَ الْمÙسْتَغْÙÙرÙيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائÙبÙيْنَ
Â
Khutbah II
اَلْØَمْد٠لله٠الَّذÙيْ أَنْعَمَنَا بÙÙ†Ùعْمَة٠الْاÙيْمَان٠وَالْاÙسْلَامÙ. وَالصَّلَاة٠وَالسَّلَام٠عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠خَيْر٠الْأَنَامÙ. وَعَلٰى اٰلÙه٠وَأَصْØَابÙه٠الْكÙرَامÙ. أَشْهَد٠اَنْ لَا اÙلٰهَ اÙلَّا الله٠الْمَلÙك٠الْقÙدّÙوْس٠السَّلَام٠وَأَشْهَد٠اَنَّ سَيّÙدَنَا ÙˆÙŽØَبÙيْبَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠صَاØÙب٠الشَّرَÙ٠وَالْإÙØْتÙرَامÙ
أَمَّا بَعْدÙ. ÙَيَاأَيّÙهَا النَّاس٠أÙوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙْسÙيْ بÙتَقْوَى الله٠Ùَقَدْ Ùَازَ الْمÙتَّقÙوْنَ. Ùَقَالَ الله٠تَعَالَى اÙنَّ اللهَ ÙˆÙŽ مَلَائÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلَى النَّبÙيّ٠يٰأَيّÙهَا الَّذÙيْنَ أٰمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَ سَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠وَسَلّÙمْ عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَ عَلٰى أٰل٠سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيّÙدÙنَا اÙبْرَاهÙيْمَ وَبَارÙكْ عَلٰى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلٰى اٰل٠سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيّÙدÙنَا اÙبْرَاهÙيْمَ وَعَلٰى اٰل٠سَيّÙدÙنَا اÙبْرَاهÙيْمَ Ùْي الْعَالَمÙيْنَ اÙنَّكَ ØÙŽÙ…Ùيْدٌ مَجÙيْدٌ
اَللّٰهÙÙ…ÙŽÙ‘ وَارْضَ عَن٠الْخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ. وَعَنْ اَصْØَاب٠نَبÙيّÙÙƒÙŽ اَجْمَعÙيْنَ. وَالتَّابÙعÙبْنَ وَتَابÙع٠التَّابÙعÙيْنَ ÙˆÙŽ تَابÙعÙÙ‡Ùمْ اÙلٰى يَوْم٠الدّÙيْنÙ. اَللّٰهÙÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠وَالْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَالْمÙؤْمÙنَاتÙ. اَللّٰهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعÙوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْÙÙتَنَ مَا لَا يَدْÙَعÙه٠غَيْرÙÙƒÙŽ عَنْ بَلَدÙنَا هٰذَا اÙنْدÙوْنÙيْسÙيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائÙر٠بÙلَاد٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا اٰتÙنَا ÙÙÙŠ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽ ÙÙÙŠ الْاٰخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽ Ù‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ
عÙبَادَ الله٠اÙنَّ اللهَ يَأْمÙر٠بÙالْعَدْل٠وَالْاÙØْسَان٠وَيَنْهَى عَن٠الْÙÙŽØْشَاء٠وَالْمÙنْكَرÙ. يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ. ÙَاذْكÙرÙوا اللهَ الْعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ. ÙˆÙŽ اشْكÙرÙوْه٠عَلٰى Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ. ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠اَكْبَرÙ
Ustadz Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon
Â