Amalan Utama di Hari Tasyrik

Hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah) merupakan waktu istimewa buat ibadah. Hari Tasyrik mendapat keistimewaan buat ibadah sebab pada hari-hari ini merupakan waktu di mana kebanyakan orang lalai. Ini salah satu keutamaan yg terkandung di Hari Tasyrik. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, [Kairo, Darul Hadits: 2004 M/1424 H], juz II, halaman 527).

Imam Bukhari mengutip hadits keutamaan Hari Tasyrik sebagai waktu istimewa buat ibadah yg diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas ra.:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ

Artinya: “Dari sahabat Ibnu Abbas ra., dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Tidak ada amal pada hari-hari ini yg lebih utama ketimbangnya di hari-hari ini,’” (HR Bukhari).

Adapun ketentuan ibadah di Hari Tasyrik yakni dilarangnya umat Islam melaksanakan puasa dan dianjurkannya memperbanyak zikir. Imam Muslim meriwayatkan hadits yg menerangkan Tasyrik sebagai hari istimewa buat makan, minum, dan buat zikir:

عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَزَادَ فِي رواية وَذِكْرٍ لِلَّهِ

Artinya: “Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, ‘Hari Tasyrik ialah hari makan, minum (pada riwayat lain), dan hari zikir,’” (HR Muslim).

Hari Tasyrik ialah sebutan bagi tiga hari (11, 12, 13 Dzulhijjah) setelah hari nahar (10 Dzulhijjah). Tiga hari itu dinamai demikian sebab orang-orang menjemur daging kurban di waktu tersebut, yaitu mendendeng dan menghampar daging pada terik matahari. (Al-Imam An-Nawawi, Al-Minhaj, Syarah Shahih Muslim Ibnil Hajjaj, [Kairo, Darul Hadits: 2001 M/1422 H], juz IV, halaman 273).

Ragam Pendapat Perihal Amal Utama di Hari Tasyrik

Ulama berbeda pendapat perihal amal yg utama pada Hari Tasyrik:

1. Memperbanyak takbir.

Imam Bukhari meriwayatkan hadits perihal amal pada Hari Tasyrik. Ia mengutip pandangan Ibnu Abbas ra. perihal perintah zikir pada hari-hari tertentu yg dipahami sebagai Hari Tasyrik di Surat Al-Baqarah ayat 203.

وقال ابنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُواْ اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ أَيَّامُ العَشْرِ والأَيَّامُ المَعْدُوْدَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ وكَانَ ابنُ عُمَرُ وأَبُو هُرَيْرَةَ كَانَا يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِي أيَّامِ العَشْرِ يُكبِّرَانِ، ويُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيْرِهِمَا وكَبَّرَ مُحَمَّدٌ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ النَافِلَةِ

Artinya: “Ibnu Abbas ra. mengatakan, ‘Sebutlah nama Allah (zikirlah) pada hari tertentu,’ (Surat Al-Baqarah ayat 203). ‘Hari 10 dan hari-hari tertentu ialah Hari Tasyrik.’ Sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra. keluar ke pasar pada hari 10 sambil bertakbir. Orang-orang pun ikut bertakbir sebab takbir keduanya. Muhammad bin Ali juga bertakbir setelah shalat sunnah,” (HR Bukhari).

Imam Bukhari dalam bab ini juga mengutip sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah yg bertakbir pada Hari Tasyrik. Ia juga meriwayatkan Muhammad bin Ali yg bertakbir setelah melaksanakan shalat sunnah.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mengutip pandangan serupa sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari perihal anjuran takbir selesai shalat. Kali ini ia mengutip pandangan Imam Abu Hanifah perihal pembacaan takbir seusai shalat pada Hari Tasyrik.

وكان أبو حنيفة يذهب بالتشريق في هذا إلى التكبير في دبر الصلاة

Artinya: “Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa amal pada Hari Tasyrik ialah takbir setelah shalat,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/525).

Ibnu Bathal yg juga mensyarahkan Shahih Bukhari mengutip pendapat Mahlab. Menurutnya, amal utama pada Hari Tasyrik ialah pembacaan takbir sebagaimana lafal takbir yg dianjurkan. Bahkan menurutnya, zikir takbir pada Hari Tasyrik lebih utama ketimbang shalat sunnah.

وقال المهلب العمل فى أيام التشريق هو التكبير المسنون، وهو أفضل من صلاة النافلة

Artinya: “Al-Muhallib mengatakan, ‘Amal pada Hari Tasyrik ialah pembacaan takbir yg disunnahkan. Itu (takbiran) lebih utama dari shalat sunnah,’” (Ibnu Bathal, Syarhu Shahihil Bukhari libni Bathal, [Riyadh, Maktabatur Rusyd: tanpa tahun], juz II, halaman 561).

2. Memperbanyak Tahlil, Tahmid, dan Takbir.

Ibnu Hajar Al-Asqalani pada akhir pembahasan amal pada Hari Tasyrik mengutip riwayat hadits yg menganjurkan umat Islam buat membaca tahlil, tahmid, dan takbir.

وقد وقع في رواية بن عمر من الزيادة في آخره فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّحْمِيْدِ وَالتَّكْبِيْرِ

Artinya: “Pada riwayat Ibnu Umar ada tambahan kalimat di akhir, ‘Perbanyaklah tahlil, tahmid, dan takbir pada Hari Tasyrik,’” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/529).

3. Jenis Amal Ibadah

Al-Asqalani mengutip pendapat Ibnu Abi Jamrah. Menurutnya, Islam tak menentukan amal atau zikir tertentu pada Hari Tasyrik. Menurutnya, amal apapun asal dilakukan pada Hari Tasyrik tetap lebih utama ketimbang amal yg sama di luar Hari Tasyrik.

وقال بن أبي جمرة الحديث دال على أن العمل في أيام التشريق أفضل من العمل في غيره

Artinya: “Ibnu Abi Jamrah mengatakan, ‘Hadits ini menunjukkan bahwa amal apapun pada Hari Tasyrik lebih utama ketimbang amal yg sama di luar Hari Tasyrik,’” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/527).

Pada prinsipnya, Hari Tasyrik memang waktu istimewa buat ibadah sehingga apapun amal ibadahnya asal dilakukan pada waktu-waktu yg istimewa maka ganjarannya juga istimewa. Hadits riwayat Imam Bukhari di atas menunjukkan bahwa Allah mengistimewakan waktu-waktu tertentu, sebagaimana Dia mengistimewakan tempat-tempat tertentu.

وأن الغاية القصوى فيه بذل النفس لله وفيه تفضيل بعض الأزمنة على بعض كالأمكنة

Artinya: “Tujuan tertinggi dari hadits ini ialah penghambaan diri sepenuhnya kepada Allah. Hadits ini juga menjadi dalil pengutamaan waktu-waktu tertentu dalam ibadah dibanding waktu lainnya, sebagaimana pengistimewaan tempat-tempat tertentu,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/528). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.