Beragama dgn Kasih Sayg

Taat menjalankan perintah Allah dan taat kepada Allah dalam menjauhi larangan-larangan-Nya dgn kesadaran dan niat ta’abbud merupakan esensi dari takwa kepada Allah swt. Apabila seorang hamba telah bertakwa, maka Allah mau ridho kepadanya. Dan bila Allah telah ridho kepada seorang hamba, maka Allah mau menyayginya dan merahmatinya. 

Tetapi kita harus pula mengingat pesan baginda Rasulullah saw bahwa sesungguhnya tak ada manusia yg masuk surga murni sebab amal ibadahnya. Ini bukan berarti Allah menyia-nyiakan amal ibadah hamba-Nya.

 

Rasulullah saw mengabarkan bahwa manusia dapat selamat dan bahagia di akhirat itu sebab rahmat dan kasih sayg Allah. Karena sesungguhnya, sebanyak apapun ibadah yg dilakukan seorang hamba, tak mau cukup ditukar dgn nikmat-nikmat yg dianugerahkan kepadanya oleh Allah. 

Oleh sebab itu, sangat diperlukan keikhlasan dan ketulusan dalam setiap ibadah yg dilakukan oleh seorang hamba. Manusia tak boleh sombong dan merasa layak masuk surga sebab telah banyak beribadah. Justru ketika seseorang mengaku dan merasa telah banyak beribadah sesungguhnya ia bukanlah seorang ahli ibadah.

 

Apalagi bila ia merasa lebih baik dan lebih saleh dari orang lain, maka sesungguhnya ia telah terkena penyakit ‘ujub yg justru dapat menjauhkannya dari rahmat Allah. Padahal rahmat dan kasih sayg Allah itulah yg dapat menyelamatkannya dari nasib buruk di hari kiamat. Bukan amal ibadahnya. 

Sebab itu, selain menyuruh hambanya buat ikhlas dalam beribadah, Allah memerintahkan kepada kita buat memiliki sifat rahmat atau kasih sayg kepada sesama makhluk Allah. Tentu bukan kebetulan ketika sifat Allah yg maha pengasih dan penyayg merupakan sifat-sifat Allah yg paling banyak kita ucapkan setiap hari. Setiap hari, ketika sholat maupun ketika kita hendak mengerjakan sesuatu, kita mengucapkan kata bismillahirrahmanirrahiim. 

Allah sendiri telah menyatakan bahwa rahmat dan kasih saygnya meliputi segala sesuatu atau semua makhluknya; makhluk hidup maupun benda mati. Kasih sayg Allah juga meliputi semua manusia, baik mereka beriman atau ingkar. Allah juga menyatakan bahwa rahmatNya didahulukan atas murka-Nya.

 

Di dalam memperlakukan hamba-Nya, seburuk apapun dia, Allah mendahulukan sifat rahmatnya dari murkanya. Sebab itu, Allah tak pernah bosan memberi ampun kepada hambanya yg telah bermaksiat. Bahkan ketika seorang hamba itu berulang kali bersalah dan berulang kali pula bertaubat. Allah menyatakan Dia tak mau pernah bosan menerima taubat hambanya, sampai hamba tersebut yg bosan bertaubat. 

Karena sifat kasih sayg ini ialah sifat Allah yg paling banyak diperintahkan buat disebut dan diingat, maka manusia pun diperintahkan buat berkasih sayg terhadap semua makhluk Allah. 

Banyak hadis yg mengingatkan kita tentang pentingnya memiliki sifat rahmat ini. Di antaranya sabda Rasulullah saw:

من لا يرحم الناسَ لا يرحمهُ الله

“Siapa yg tak menyaygi manusia, tak mau disayg Allah”. (HR. al-Thabarani)

Hadis ini bahkan tak menyebut manusia yg beriman saja, tetapi manusia secara keseluruhan. Ada redaksi hadis lain yg tak menyebutkan maf’ul atau obyek kasih sayg sehingga Rasulullah saw hanya mengatakan bahwa siapa yg tak berkasih sayg, maka dia juga tak mau dirahmati. Ada pula hadis lain yg menyatakan bahwa barang siapa tak menyaygi penduduk bumi, maka ia tak mau disaygi oleh yg di langit. 

Penulis: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.