Salah satu bagian dari prosesi pemulasaraan jenazah (tajhizul janazah) yg wajib ialah mengubur jenazah di tanah galian yg memenuhi standar yg ditetapkan oleh syariat. Anjuran Rasulullah mengenai kriteria lubang kubur yg baik terdeskripsikan dalam salah satu haditsnya:
اØÙ’ÙÙرÙوا، وَأَوْسÙعÙوا، ÙˆÙŽØ£ÙŽØْسÙÙ†Ùوا
“Galilah (kuburan), lebarkanlah, dan perdalam†(HR. Ibnu Majah).
Para ulama memaknai redaksi perintah dalam hadits di atas sebagai perintah yg bersifat anjuran, bukan kewajiban. Disunnahkan kedalaman lubang kuburan kira-kira mencapai tinggi seorang lelaki standar yg merentangkan tangannya ke atas. Sedangkan lebar kuburan yg dianjurkan para ulama ialah sekiranya muat buat menampung jenazah dan orang yg menurunkan jenazah saat prosesi penurunan mayat ke liang kubur.
Standar minimal lubang kubur ialah galian yg dapat mencegah bau jenazah ketika telah dikubur dan dapat mencegah hewan buas buat menggali dan memangsa jenazah. Ketentuan ini seperti yg disebutkan dalam kitab Syarh al-Mahalli ala al-Minhaj:
Ù€(أَقَلّ٠الْقَبْر٠ØÙÙْرَةٌ تَمْنَع٠الرَّائÙØÙŽØ©ÙŽ وَالسَّبÙعَ) أَنْ يَنْبÙØ´ÙŽ Ù„ÙيَأْكÙÙ„ÙŽ الْمَيّÙتَ ÙَتÙنْتَهَكَ ØÙرْمَتÙÙ‡ÙØŒ (ÙˆÙŽÙŠÙنْدَب٠أَنْ ÙŠÙوَسَّعَ ÙˆÙŽÙŠÙعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً) بÙأَنْ ÙŠÙŽÙ‚Ùومَ رَجÙÙ„ÙŒ Ù…ÙعْتَدÙÙ„ÙŒ وَيَبْسÙط٠يَدَيْه٠مَرْÙÙوعَةً، «قَالَ – صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ – ÙÙÙŠ قَتْلَى Ø£ÙØÙد٠اØÙ’ÙÙرÙوا وَأَوْسÙعÙوا وَأَعْمÙÙ‚Ùوا» رَوَاه٠التّÙرْمÙØ°Ùيّ٠وَغَيْرÙÙ‡ÙØŒ وَقَالَ: Øَسَنٌ صَØÙÙŠØÙŒ وَأَوْصَى عÙمَر٠– رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠عَنْه٠– أَنْ ÙŠÙعَمَّقَ قَبْرÙه٠قَامَةً وَبَسْطَةً
“Batas minimal lubang kubur ialah galian yg dapat mencegah bau jenazah dan mencegah dari hewan buas buat menggali dan memangsa jenazah, yg menyebabkan hilangnya kehormatan mayit. Disunnahkan melebarkan dan memperdalam kuburan sekadar berdiri dan merentangkan tangan. Sekiranya seorang lelaki yg standar berdiri dan merentangkan tangannya ke atas. Nabi Muhammad bersabda perihal orang yag meninggal dalam perang uhud: “Galilah (kuburan), lebarkanlah dan perdalam!†Hadits riwayat Imam Tirmidzi dan Imam lainnya. Hadits ini menurut Imam Tirmidzi ialah hadits yg hasan dan sahih. Sahabat Umar pernah berwasiat supaya kuburannya diperdalam sekadar berdirinya seseorang dan merentangkan tangan†(Jalaluddin al-Mahalli, Syarh al-Mahalli ala al-Minhaj, juz 2, hal. 5)
 Di samping itu, terdapat dua model galian kuburan yg diakomodasi oleh syara’. Pertama ialah galian model lahad. Kedua ialah galian model syaq. Bentuk kedua model galian ini secara gamblang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dalam kitab Raudhah ath-Thalibien:
Ùَرْعٌ يَجÙوز٠الدَّÙْن٠ÙÙÙŠ الشَّقّ٠وَاللَّØْد٠ÙَاللَّØْدÙ: أَنْ ÙŠÙØÙ’Ùَرَ ØَائÙط٠الْقَبْر٠مَائÙلًا عَن٠اسْتÙوَائÙÙ‡Ù Ù…Ùنْ أَسْÙÙŽÙ„Ùه٠قَدْرَ مَا ÙŠÙوضَع٠ÙÙيه٠الْمَيّÙتÙØŒ وَلْيَكÙنْ Ù…Ùنْ جÙهَة٠الْقÙبْلَةÙ. وَالشَّقّÙ: أَنْ ÙŠÙØÙ’Ùَرَ وَسْطَه٠كَالنَّهْرÙØŒ ÙˆÙŽÙŠÙبْنَى جَانÙبَاه٠بÙاللَّبÙن٠أَوْ غَيْرÙÙ‡ÙØŒ ÙˆÙŽÙŠÙجْعَل٠بَيْنَهÙمَا شَقٌّ ÙŠÙوضَع٠ÙÙيه٠الْمَيّÙت٠وَيÙسَقَّÙÙ.Â
“Boleh mengubur dgn model syaq dan lahad. Yang dimaksud kuburan model lahad ialah  dgn menggali tembok kubur bagian bawah sekiranya jenazah dapat diletakkan dalam galian tersebut, dan galian tersebut hendaknya condong ke arah kiblat (buat Indonesia: barat, red). Sedangkan model syaq ialah dgn menggali bagian tengah lubang kubur layaknya seperti sungai, dan dua sisinya diberi batu bata atau lainnya. Dari dua sisi tersebut diberi lubang yg sekiranya mayit dapat ditaruh dalam lubang tersebut dan diberi atap†(Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Raudhah ath-Thalibin, juz 2, hal. 133)
Â
Dua model galian kuburan: lahad (kanan) dan syaq (kiri)
 Mengenai dua model galian ini, Rasulullah menjelaskan dalam salah satu haditsnya:
اللَّØْد٠لَنَا، وَالشَّقّ٠لÙغَيْرÙنَا
“Galian lahad (identitas) bagi kita (Kaum Muslimin), sedangkan galian syaq (identitas) bagi selain kita†(HR. Ibnu Majah)
Dalil di atas menunjukkan bahwa model galian liang kubur yg paling utama bagi kaum muslimin ialah model lahad. Namun para ulama mengarahkan anjuran ini ketika struktur tanah yg dijadikan sebagai kuburan bersifat keras, tak lunak dan tak berair. Sedangkan ketika struktur tanah bersifat lunak dan berair, maka yg dianjurkan ialah galian model syaq. Perincian ini sesuai dgn lanjutan referensi di atas:
وَأَيّÙÙ‡Ùمَا Ø£ÙŽÙْضَلÙØŸ ÙÙŽØ¥Ùنْ كَانَت٠الْأَرْض٠صÙلْبَةً، ÙَاللَّØْد٠أَÙْضَلÙØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùلَّا، ÙَالشَّقّÙ.
“Model manakah yg paling utama? Jika struktur tanahnya kuat dan keras, maka model lahad ialah yg paling utama, bila tak keras, maka model Syaq ialah yg paling utama†(Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Raudhah ath-Thalibin, juz 2, hal. 133)
Mengapa tak dianjurkannya galian model lahad pada tanah yg lunak dan basah? Sebab dikhawatirkan tanah mau mudah merosot mengenai lubang yg ditempatkan jenazah. Sehingga model galian yg paling ideal di tanah yg lunak ialah galian model syaq.
Demikian penjelasan mengenai dua model galian liang kubur, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita. Wallahu a’lam.
Â
Ustadz  M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember