Keindahan lima Sifat Nabi Muhammad dalam Surat At-Taubah

Bulan Rabiul Awal menjadi saksi sejarah yg tak mau pernah dilupakan umat Islam seantero dunia. Pada bulan tersebut, manusia paling mulia dan paling luhur dilahirkan. Beliaulah Nabi Muhammad saw, nabi terakhir yg capaian dakwahnya meski dalam waktu sangat singkat, mampu mengalahkan nabi-nabi dan rasul sebelumnya. Bahkan, ketika Nabi Musa as, mendengar sifat dan kemuliaannya, ia memohon kepada Allah supaya dijadikan umatnya.

 

Sebuah keharusan bagi umat Islam buat mensyukuri beragam nikmat yg telah Allah swt berikan, dan di antara nikmat-nikmat itu, bahkan yg paling agung ialah nikmat Islam yg dibawa oleh Nabi Muhammad. Dengan risalahnya, kita saat ini dapat hidup dalam keadaan iman jauh dari kemusyrikan. Selain itu, kehadirannya menjadi rahmat bagi alam semesta.

 

Pada bulan ini, menjadi salah satu momentum paling tepat bagi umat Islam buat menambah rasa cinta dan mahabbah kepadanya. Hal itu dapat diaplikasikan dgn beragam cara, di antaranya, (1) memperbanyak membaca shalawat; (2) mempelajari kisah hidupnya; dan (3) mempelajari sikap-sikap dan etikanya yg sangat mulia.

 

Pada kesempatan saat ini, penulis mau mengutip salah satu ayat Al-Qur’an yg menjelaskan beberapa sifat mulia Nabi Muhammad, persisnya dalam surat At-Taubah ayat 128:

 

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بالمؤمنين رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

 

Artinya, “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yg kamu alami, (dia) sangat mengmaukan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayg terhadap orang-orang yg beriman” (QS. At-Taubah [9]: 128).

 

Baca juga: 4 Cara Memperingati Maulid Nabi menurut Ibnu Hajar al-Asqalani

 

Pada ayat di atas, Allah swt menggambarkan beberapa poin, sifat, dan karakter mulia nan agung yg terdapat dalam diri Nabi Muhammad, yaitu; (1) min anfusikum; (2) azizun; (3) harishun; (4) raufun; dan (5) rahimun.

 

Pertama, min anfusikum (dari kaummu sendiri).

Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam kitab tafsirnya mengatakan, ayat ini menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad merupakan utusan Allah yg sama-sama manusia biasa, sebagaimana manusia pada umumnya. Hal ini perlu ditegaskan buat menepis anggapan sebagian orang yg menganggap bahwa ia berasal dari jenis malaikat, sehingga semua tapak-tilasnya tak dapat dijadikan teladan.

 

Selain itu, buat menegaskan kembali, bahwa meski seyogianya dilahirkan dari Suku Quraisy dgn kebangsaan Arab, ia tak lantas menjadi nabi khusus bagi orang-orang Arab. Sebab, diutusnya baginda nabi buat semua umat manusia. (Syekh Mutawalli, Tafsirul Khawathir lisy Sya’rawi, juz I, halaman 593).

 

Imam Abul Fida’ Ismail bin Umar ibn Katsir ad-Dimisyqi (wafat 774 H) dalam tafsirnya memiliki pandangan yg berbeda dgn penafsiran di atas. Menurutnya, penggalan ayat di atas memiliki makna dari bangsa Arab. Dengan demikian, secara tak langsung orang-orang Arab mengetahui sifat, karakter, nasab, amanah, sopan dan berbagai karakter serta sifat-sifatnya.

 

Oleh sebabnya, menurut Ibnu Katsir, tak sepatutnya masyarakat Arab mengingkari risalah yg dibawa oleh Nabi Muhammad. Sebab, semuanya telah tahu dan sangat jelas, bahwa nasabnya berada pada garis keturunan yg mulia dan luhur, kepribadiannya sangat agung, akhlaknya sangat terpuji, orangnya sangat berhati-hati, selain itu juga amanah dan tak pernah berbohong, menghormati yg lebih tua dan menyaygi yg lebih muda. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quranul Adzim, [Daruth Thayyibah, cetakan kedua: 1999, tahqiq: Syekh Salamah], juz IV, halaman 241).

 

Kedua, azizun (berat terasa olehnya).

Potongan ayat ini menjadi sebuah bukti betapa besarnya cinta Nabi Muhammad kepada umatnya. Semua kesengsaraan, kesusahan, kepayahan dan musibah-musibah lain yg dirasakan umatnya, turut dirasakan Rasulullah. Bahkan, sebelum semua musibah dan derita itu dirasakan oleh mereka, ia telah merasakan terlebih dahulu.

 

Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi (wafat 1270 H), dalam tafsirnya mengatakan, semua beban dan kesengsaraan yg dirasakan oleh umatnya, juga menjadi beban kepada Rasulullah. Dengan lain, semua penderitaan dan kesengsaraan yg dirasakan umatnya, juga dirasakan dan menjadi kesengsaraan bagi Rasulullah.

 

Menurut Syekh Sahal, sebagaimana yg dikutip oleh Imam Al-Alusi, yg dimaksud dgn kata di atas, ialah Rasulullah tak dapat buat berusaha melupakan umatnya meski sekejap mata. Yang ada dalam pikirannya hanyalah tentang umatnya. Ia selalu berpikir nasib dan takdir mereka kelak. Dengan pikiraan tersebut, ia merasakan penderitaan yg sangat berat dan hidup tak tenang. (Syekh Al-Alusi, Ruhil Ma’ani fi Tafsiril Quranil Azim was Sab’il Matsani, [Bairut, Darul Kutub, cetakan pertama: 2005, tahqiq: Syekh Ali Abdul Bari], juz VII, halaman 417).

 

Tidak hanya itu, Rasulullah juga mengemban amanah buat berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam, ia tak henti-hentinya disibukkan dgn urusan umatnya. Bahkan, ia sangat jarang memperhatikan keluarganya demi umatnya. Dan yg paling urgen ialah penderitaan berat dirasakan olehnya dalam mengurus umat tak hanya di dunia, di akhirat pun juga demikian.

 

Menurut Syekh Mutawali Asy-Sya’rawi, ketika para nabi sibuk mengurus nasib mereka satu persatu pada hari kiamat, terik matahari yg begitu panas, api neraka yg berkobar, hisab amal kebaikan dan keburukan yg tak kunjung selesai, membuat para nabi lupa dan cenderung acuh pada umatnya, mereka sama-sama mengurus nasib mereka sendiri.

 

Di waktu yg bersamaan, semua manusia dalam posisi takut dan mengalami derita yg sangat luar biasa, tangisan terdengar di mana-mana, penyesalan buat memohon ampunan telah tak ada guna. Saat itu, tak ada satu orang pun yg berpikir perihal orang lain, masing-masing mereka sibuk dgn dirinya masing-masing, semua manusia mondar-mandir buat mencari pertolongan kepada para nabi, namun para nabi saat itu taklah sanggup menolong umatnya, semua sibuk dgn dirinya bahkan rasa takut mau azab Allah juga ada dalam jiwa-jiwa mereka.

 

Akan tetapi, hal itu tak dgn Rasulullah. Di tengah panasnya matahari dan kobaran api Neraka yg terus membesar, ia justru bersujud kepada Allah dgn berkata “Allahumma ummati, ummati, ummati-Ya Allah, umatku, umatku, umatku” sambil menangis. Melihat Rasulullah menangis dalam keadaan bersujud, Allah berkata kepada Malaikat Jibril, “Pergilan kepada Muhammad, kemudian tanyakan, apa penyebab ia menangis.”

 

Seketika itu malaikat Jibril langsung pergi buat mendatangi dan menanyakan alasan Rasululah di balik kemauan dalam sujud dan tangisannya, ia menjawab, “Allah lebih tahu penyebab semua ini.”

 

Mendengar jawaban Rasulullah, Jibril langsung menuju Allah swt buat menyampaikan jawabannya. Setelah disampaikan, Allah berkata keada Jibril,

 

فَقَلَ: إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوْؤُكَ

 

Artinya, “Sungguh, Kami (Allah) mau membuatmu ridha dalam masalah umatmu, dan Kami tak mau menyakitimu.” (Syekh Mutawalli, Tafsirul Khawathir lisy Sya’rawi, juz I, halaman 593).

 

Jika diangan-angan, pada saat yg begitu mencemaskan, buat kemudian menuju Surga sebagai tempat penuh nikmat dan anugerah dan Neraka yg menjadi tempat penuh siksa dan malapetaka, Nabi Muhammad merupakan satu-satunya nabi yg melupakan dirinya demi umatnya, bahkan lebih sibuk mengurus umatnya ketimbang dirinya.

 

Ketiga, harishun (sangat mengmaukan keimanan).

Imam Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at-Taimi, atau yg dikenal dgn julukan Imam Fakhruddin ar-Razi (wafat 606 H), dalam kitab tafsirnya mengatakan, potongan ayat di atas memiliki arti bahwa dalam diri Rasulullah terdapat kemauan yg sangat tinggi buat dapat memberikan kebaikan kepada semua umat manusia, dan membersihkan segala kesyirikan dalam diri mereka.

 

Semangat yg sangat tinggi dalam mengajak manusia buat memeluk ajaran Islam sangat tampak dari berbagai sepak terjangnya yg ia lewati. Misalnya, ketika rintangan datang silih berganti, permusuhan, fitnah yg bertebaran, serangan dan ancaman yg selalu berdatangan, tak lantas mempengaruhi semangatnya dalam berdakwah dan melakukan upaya buat menunjukkan jalan yg benar kepada semua manusia. (Imam ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Bairut, Darul Ihya’, cetakan ketiga: 2000], juz XVI, halaman 178).

 

Keempat dan Kelima, raufun rahimun (penyantun dan penyayg).

Setelah pribadi Nabi Muhammad disebutkan sebelumnya, pada penutup ayat terakhir, Allah menegaskan bahwa ia merupakan nabi dan rasul yg sangat santun dan penyayg. Hal ini tak lain kecuali sebagai pengejawantahan paling tepat sebagai representasi dari pribadinya sebagai manusia penebar kasih sayg dan kedamaian.

 

Imam Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi (wafat 516 H), dalam tafsirnya mengutip salah satu pendapat ulama bahwa kasih sayg dan sikap santun Rasulullah tak hanya kepada umat Islam yg taat saja, sebab hal itu telah menjadi aturan dalam ajaran Islam yg dibawanya, lebih dari itu, ia juga memiliki sikap yg sangat penyayg dan santun meski kepada orang-orang ahli maksiat. Imam al-Baghawi mengatakan,

 

قِيْلَ رَؤُوْفٌ بِالْمُطِيْعِيْنَ رَحِيْمٌ بِالْمُذْنِبِيْنَ

 

Artinya, “Dikatakan (bahwa Rasulullah) penyantun kepada orang-orang yg taat, dan penyayg kepada orang-orang yg berdosa.” (Imam al-Baghawi, Tafsir Ma’alimut Tanzil, [Bairut, Daruth Thayyibah, cetakan keempat: 1997, tahqiq: Syekh Muhammad Abdullah], juz IV, halaman 115).

 

Selain itu, dalam tafsir yg lain, Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi mengutip salah satu riwayat yg menjelaskan perihal sifat-sifat Rasulullah, bahwa ia bukanlah pribadi yg keji dan berbuat keji. Ia tak pernah berteriak di pasar, ia (juga) tak membalas keburukan dgn keburukan, mau tetapi memaafkan dan berlapang dada. (Syekh Mutawalli, Tafsir Asy-Sya’rawi, juz I, halaman 5023).

 

Demikian penjelasan para ulama ahli tafsir perihal lima sifat Rasulullah yg mulia dalam surat At-Taubah ayat 128. Dengan mengetahuinya, semoga menjadi teladan bagi umatnya, dan semakin menambah kecintaan kepadanya, khususnya di bulan Rabiul Awal ini. Wallahu A’lam bisshawab.

 

Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan.


Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI

 

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.