Khutbah Jumat: Bijak Dakwah di Media Sosial

Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang bagaimana bersikap bijaksana dan taat aturan dalam beraktivitas di media sosial. Ada beberapa rambu-rambu yg dapat digunakan sebagai petunjuk bagi kita dalam bermedia sosial. Simak Khutbah Jumat ini!

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jum’at: Bijak Dakwah di Media Sosial”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ

أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ اِذَا جَاءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Saat ini kita hidup di masa di mana semua informasi dgn begitu mudahnya didapatkan. Kalau dulu, mau tahu informasi tertentu, kita harus membeli majalah, koran, atau buku, sekarang tanpa harus mengeluarkan uang, informasi berseliweren di media sosial yg kita miliki. Tidak perlu repot buat mendapatkan informasi pada masa sekarang. Tinggal klik kata kunci di Google, seluruh informasi yg berkaitan mau disabilan kepada kita. 

Tidak hanya mencari informasi yg dimudahkan, menyampaikan informasi juga sangat mudah. Jika kita mau mengabarkan kepada keluarga atau teman terkait kondisi kita sekarang, cukup buka media sosial, dan ceritakan tentang bagaimana keadaan kita sekarang. Tidak butuh waktu lama, semua keluarga dan teman yg berinteraksi dgn kita di media sosial, mau mengetahui kondisi kita.

Kemudahan mendapatkan dan menyampaikan informasi ini harus dikelola sebaik mungkin supaya tak terjadi penyalahgunaan. Sama-sama diketahui, tak semua informasi yg ada di internet itu benar. Teliti dan bersikap kritislah terhadap informasi yg tersebar-luas di internet. Apalagi bila informasi itu berkaitan dgn nama baik seseorang. Jangan sampai, kita termakan berita yg tak benar, alias hoaks. 

Media sosial saat ini menjadi salah satu rujukan dalam belajar Islam. Ada banyak kajian keagamaan yg dapat diakses di media sosial. Para pendakwah masa sekarang pun telah banyak yg terampil di media sosial. Setiap mengisi kajian atau ceramah, mereka selalu mendokumentasikan dalam bentuk video, kemudian diunggah di media sosial. Kelebihannya, jangkaun pendengarnya semakin luas, tak hanya terbatas orang yg ada di masjid. 

Jamaah Jum’at yg dirahmati Allah

Era keterbukaan ini, mari kita manfaatkan dgn sebaik-baik mungkin. Kalau kita mau menyebarluaskan ajaran Islam, media sosial ialah saluran yg sangat efektif buat itu. Tapi sampaikan ajaran Islam dgn cara yg baik dan penuh hikmah. Jangan sampai, pendekatan yg kita gunakaan, malah membuat orang menjadi takut dan enggan buat belajar Islam. Karena itu, dalam surat al-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman:

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ

Artinya, “Ajaklah manusia kepada jalan tuhan-Mu dgn hikmah dan pengajaran yg baik” (Surat An-Nahl ayat 125)

Dalam Tafsir al-Qurthubi, Imam al-Qurthubi menjelaskan:

هَذِهِ الْآيَةُ نَزَلَتْ بِمَكَّةَ فِي وَقْتِ الْأَمْرِ بِمُهَادَنَةِ قُرَيْشٍ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ إِلَى دِينِ اللَّهِ وَشَرْعِهِ بِتَلَطُّفٍ وَلِينٍ دُونَ مُخَاشَنَةٍ وَتَعْنِيفٍ

Artinya, “Ayat ini turun di Mekah pada waktu perang dgn orang Qurays. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad buat mengajak orang kepada agama dan syariat Allah dgn cara yg lembut dan lunak, bukan dgn cara yg kasar dan keras.”

Baygkan, dalam kondisi perang saja, Allah masih memerintahkan Nabi Muhammad buat menyampaikan ajaran Islam dgn lemah lembut dan tak menggunakan cara kekerasan. Apalagi dalam situasi damai. Masyarakat kita saat ini hidup dalam kondisi rukun dan tak terlalu mempermasalahkan perbedaan. Sebagai pendakwah, mestinya kondisi rukun ini harus tetap dijaga. Makanya, konten dakwah yg kita sebarluaskan di media sosial, usahakan tak menyulut emosi orang yg berujung pada kekecauan dan kekerasan. 

Ma’asyiral Muslim Rahimakumullah

Karena jejak digital itu abadi, susah dihilangkan, berpikirlah semaksimal mungkin, sebelum kita mengupload konten di media sosial. Apalagi bila konten itu berkaitan dgn masalah agama. Pastikan bahwa apa yg kita sampaikan itu telah sesuai dgn ajaran yg disampaikan para ulama, dan tak bertentangan dgn nilai-nilai kebaikan yg terkandung di dalam Islam. Selain konten, yg perlu diperhatikan ialah dampak dari konten yg kita sebarluaskan. 

Sebarkanlah informasi yg baik dan juga memiliki pada dampak kebaikan. Meskipun informasinya benar, tapi kalau kita sebarkan nanti mau memicu kesalahpahaman dan keributan, alangkah baiknya informasi itu kita tahan dulu. Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar mengingatkan:  

اعلم أنه لكل مكلف أن يحفظ لسنانه عن جميع الكلام  إلا كلاما تظهر المصلحة فيه، ومتى استوى الكلام وتركه فى المصلحة، فالسنة الإمساك عنه، لأنه قد ينجر الكلام المباح إلى حرام أو مكروه، بل هذا كثير أو غالب في العادة

Artinya, “Hendaklah setiap orang menjaga lisannya pada pembicaraan apapun, kecuali bila dipastikan ada kemaslahatannya. Namun bila bimbang, antara meninggalkan dan mengucapkannya sama-sama ada maslahahnya, disunnahkan tetap diam (tak berkata apapun). Sebab terkadang perkataan biasa dapat berimplikasi pada keharaman dan makruh. Bahkan hal seperti ini banyak terjadi.”     

Masih dalam Kitab Al-Azkar, Imam An-Nawawi mengutip pernyataan Imam As-Syafi’i terkait pentingnya menjaga kata:

إذا أراد الكلام فعليه أن يفكر قبل كلامه، فإن ظهرت المصلحة تكلم، وإن شك لم يتكلم حتى تظهر

Artinya, “Apabila kalian hendak bicara, berpikirlah sebelumnya. Jika ada kemaslahatan pada ucapan tersebut, bicaralah. Andaikan kalian ragu, lebih baik tak bicara sampai ditemukan kemaslahatannya”

Sebagai penutup, menyampaikan kebaikan ataupun ajaran agama seluas-luasnya ialah perbuatan yg sangat terpuji dan dianjurkan dalam agama, tapi kita juga harus ingat, ajaran agama juga harus disampaikan dgn cara yg baik dan bijak, apalagi di media sosial yg sangat rentan disalahpahami. Sampaikan dan sebarluaskanlah konten yg maslahatnya telah jelas, kalau memang masih diragukan, lebih baik ditunda dan ditahan dulu, supaya tak menimbulkan kemudaratan.   

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ  ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ  فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.  وَاَلْحَمْدُ لِهَِٰا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Ustadz Hengki Ferdiansyah, pegiat kajian hadits, tinggal di Jakarta.

Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI.

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.