Khutbah Jumat: Hubungan Agama & Negara

Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang hubungan antara agama dan negara. Naskah khutbah ini menjelaskan bahwa agama dan negara merupakan dua hal yg saling melengkapi. Tanpa negara, agama tak dapat dilaksanakan dangan maksimal. Begitu pula tanpa agama, negara tak mau memiliki kontrol moral.

Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب. وَ قَالَ: وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada hari yg mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian buat senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dgn semaksimal mungkin, takwa dalam artian menjauhi segala larangan yg ditetapkan Allah subhânahu wa ta’âla dan menjalankan perintah-Nya. Karena dgn ketakwaan, setiap persoalan hidup yg kita alami mau ada jalan keluarnya dan mau ada pula rezeki yg datang kepada kita tanpa disangka-sangka.

Jamaah shalat Jumat yg dimuliakan Allah

Pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia buat beribadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56, Allah berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  

Artinya: Aku tak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hanya saja, buat dapat beribadah dgn maksimal, manusia membutuhkan fasilitas dan tempat. Dalam hal ini ialah negara. Kita tak dapat beribadah dgn tenang bila kondisi negara sedang tak stabil. Karena ibadah kita tak dapat lepas dari stabilitas negara, maka menjaga keamanan negara ialah wajib. Dalam sebuah kaidah fiqih disebutkan:

مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ

Artinya: “Sesuatu yg menjadi penyempurna sebuah kewajiban, maka hukumnya juga wajib.

Dari sini lah muncul sebuah konsep yg dinamkan nasionalisme atau mencintai tanah air.

Salah satu ayat Al-Qur’an yg menjadi dalil relasi agama dan negara ialah surat Al-Qashash ayat 85:

إِنَّ ٱلَّذِى فَرَضَ عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لَرَآدُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُل رَّبِّىٓ أَعْلَمُ مَن جَآءَ بِٱلْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ 

Artinya: “Sesungguhnya yg mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar mau mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: ‘Tuhanku mengetahui orang yg membawa petunjuk dan orang yg dalam kesesatan yg nyata.”

Imam Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya menjelaskan maksud kata ma’âd dalam ayat di atas kota Makkah, tanah kelahiran Nabi Muhamad SAW. 

Lebih tegas lagi, Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi dalam kitabnya yg berjudul Rûḫul Bayân menjelaskan, ketika Rasulullah SAW sedang melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, beliau sering membahas kecintaannya terhadap kota Makkah. Seolah beliau mau mengatakan bahwa mencintai tanah air merupakan sebagian dari iman.

وفي تَفسيرِ الآيةِ إشَارَةٌ إلَى أنَّ حُبَّ الوَطَنِ مِنَ الإيمانِ، وكَانَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ كَثِيرًا: اَلْوَطَنَ الوَطَنَ، فَحَقَّقَ اللهُ سبحانه سُؤْلَهُ … قَالَ عُمَرُ رضى الله عنه لَوْلاَ حُبُّ الوَطَنِ لَخَرُبَ بَلَدُ السُّوءِ فَبِحُبِّ الأَوْطَانِ عُمِّرَتْ البُلْدَانُ

Artinya: “Dalam penafsiran ayat tersebut (QS. Al-Qashash ayat 85), terdapat suatu petunjuk atau isyarat bahwa ‘cinta tanah air sebagian dari iman’. Rasulullah SAW (dalam perjalanan hijrahnya menuju ke Madinah) banyak sekali menyebut, ‘cinta tanah air, cinta tanah air’. Kemudian Allah mewujudkan permohonannya (dgn kembali ke Makkah)… Sahabat Umar berkata, ‘Jika bukan sebab cinta tanah air, niscaya mau rusak negeri yg jelek (gersang). Sebab dgn cinta tanah air lah, negeri-negeri dibangun.”

Setelah hijrah ke Madinah, beliau juga begitu mencintai negeri keduanya itu. Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa Nabi juga sangat mencintai Madinah. Hal ini menunjukkan betapa Nabi tak hanya aktif dalam mendakwahkan ajaran Islam, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilali kebangsaan. 

Rasulullah sendiri pernah menjanbilan, barang siapa yg mengalami kesulitan di Madinah dan mau bersabar, niscaya anak mendapatkan syafa’at beliau kelak di hari kiamat. Beliau bersabda:

الْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، لَا يَدَعُهَا أَحَدٌ رَغْبَةً عَنْهَا، إِلا أَبْدَلَ اللهُ فِيهَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ، وَلا يَثْبُتُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا وَجَهْدِهَا، إِلا كُنْتُ لَهُ شَهِيدًا أَوْ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَة

Artinya: “Kota Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahui. Tidaklah seseorang meninggalkan kota Madinah sebab benci kepadanya, kecuali Allâh mau menggantikannya dgn orang yg lebih baik darinya, dan taklah seseorang tetap tegar atas kesusahan dan kesulitan kota Madinah, niscaya aku mau menjadi saksi dan pemberi syafa’at baginya pada hari kiamat.” (HR. Imam Muslim) 

Jamaah shalat Jumat yg dimuliakan Allah

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indoesia, ulama-ulama kita telah mencontohkan, bagiamana antara agama dan negara harus sama-sama diperjuangkan. Sehingga ulama-ulama Indonesia tak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki semangat  kebangsaan yg luar biasa.

Contohnya ialah semangat nasionalisme yg dimiliki Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari dalam melawan penjajah. Ia mengeluarkan fatwa-fatwa yg dikenal sebagai ‘Resolusi Jihad’ yg disampaikan pada 22 Oktober 1945. Sekarang, tanggal itu diperingati sebagai Hari Santri Naional.

Dalam catatan sejarah, pada 22 Oktober 1945 atau tepat setelah delapan minggu Indonesia merdeka, terjadi peperangan di Surbaya. Untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia, KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa buat memobilisasi dukungan umat Islam. Ada lima butir fatwa yg ia keluarkan:

1. Kemerdekaan Indonesia yg diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus wajib dipertahankan.

2. Republik Indonesia, sebagai satu-satunya pemerintah yg sah, harus dijaga dan ditolong.

3. Musuh Republik Indonesia yaitu Belanda yg kembali ke Indonesia dgn bantuan sekutu (Inggris) pasti mau menggunakan cara-cara politik dan militer buat menjajah kembali Indonesia.

4. Umat Islam, terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan Belanda dan sekutunya yg mau menjajah Indonesia kembali.

5. Kewajibaan ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yg tinggal dalam radius 92 kilometer. Sedangkan mereka yg tinggal di luar radius tersebut, harus membantu secara material terhadap mereka yg berjuang.

Lima butir fatwa ini kemudian dikenal dgn Resolusi Jihad yg meyebabkan meletusnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

 

Baca Juga Khutbah Jumat: Menjadi Warga Baik buat Negara yg Baik

Jamaah shalat Jumat yg dimuliakan Allah

Semoga kita selalu dijaga oleh Allah buat selalu memiliki jiwa nasionalisme yg tak pernah padam. Dengan mempertahankan kedamaian bangsa sendiri, Insya Allah, kita juga dapat senantiasa beribadah kepada Allah dgn damai dan tenteram.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Ustadz Muhamad Abror, pengajar Mahad Aly Pesantren AS-Shiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat.

Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI.

 

 

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.