Khutbah I
Â
Berbicara tentang kepahlawanan, biasanya mengundang pembicaraan tentang jihad. Karena tiada kepahlawanan tanpa jihad.
Ada kesalahpahaman tentang pengertian jihad. Ini mungkin disebabkan oleh seringkalinya kata itu baru terucapkan pada saat perjuangan fisik, sehingga diidentikkan dgn perlawanan bersenjata. Kesalahpahaman ini disuburkan juga oleh terjemahan yg keliru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, yg berbicara tentang jihad, dgn anfus dan harta benda. Kata anfus seringkali diterjemahkan dgn “jiwa”. Terjemahan Al-Qur’an oleh Kementerian Agama pun demikian. Misalnya:
Â
“Sesungguhnya orang-orang yg beriman dan berhijrah serta berjihad dgn harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yg memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi.” (QS Al-Anfal: 72)
Â
Â
Â
“Sesungguhnya orang-orang yg beriman itu hanyalah orang-orang yg percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dgn harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yg benar.” (QS Al-Hujurat: 15)
Kata “anfus†dalam dua ayat di atas diterjemahkan oleh Kementerian Agama dgn arti “jiwaâ€. Walaupun ada juga yg diterjemahkan dgn “diri” seperti tercantum dalam Surat at-Taubah ayat 88.
Jamaah shalat jum’at hafidhakumullah,
Memang, dalam Al-Qur’an, banyak arti dari kata anfus, yaitu “nyawa”, “hati”, “jenis”, dan “totalitas manusia” di mana terpadu jiwa raganya. Al-Qur’an mempersonifikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan masyarakat dgn menggunakan kata nafs. Kalau demikian, tak meleset bila kata itu dalam konteks jihad dipahami dalam arti totalitas manusia. Sehingga, kata nafs mencakup nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat, sebab manusia tak dapat memisahkan diri darinya. Pengertian ini dapat diperkuat dgn adanya perintah berjihad tanpa menyebutkan nafs atau harta benda:
Â
Â
Â
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dgn jihad yg sebenar-benarnya.” (QS Al-Hajj: 78)
Sekitar 40 kali kata jihad disebut oleh Al-Qur’an dgn berbagai bentuknya. Maknanya bermuara pada “mencurahkan seluruh kemampuan” atau “menanggung pengorbanan”. Mujahid ialah orang yg mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dgn nyawa atau tenaga, pikiran, emosi dan apa saja yg berkaitan dgn diri manusia. Sedangkan jihad ialah cara buat mencapai tujuan. Jihad tak mengenal putus asa, menyerah, bahkan kelesuan, dan tak pula pamrih.
Jihad tak dapat dilakukan tanpa modal, sebab itu jihad disesuaikan dgn modal yg dimiliki dan tujuan yg mau dicapai. Sebelum tujuan tersebut tercapai dan selama masih ada modal di tangan, selama itu pula jihad dituntut. Karena jihad harus dgn modal, maka mujahid tak mengambil tetapi memberi. Bukan mujahid yg menanti imbalan selain dari Allah, sebab jihad diperintahkan buat dilakukan semata-mata sebab Allah.
Jihad ialah titik tolak seluruh upaya, sebabnya ia ialah puncak segala aktivitas. Ia bermula dari upaya mewujudkan jati diri, dan ini bermula dari kesadaran. Karena itu Allah menekankan: Siapa yg berjihad, maka sesungguhnya ia berjihad buat dirinya sendiri. Allah Mahakaya, tak memerlukan sesuatu apa pun dari seluruh alam (QS 29: 6). Dan kesadaran harus berdasarkan pengetahuan serta bertentangan dgn paksaan. Karena itulah seorang mujahid bersedia berkorban.
Jamaah shalat jum’at hafidhakumullah,
Beragam jihad, beragam pula buahnya. Buah jihad seorang ilmuwan ialah pemanfaatan ilmunya, sementara buah jihad seorang karyawan ialah karyanya yg baik, guru ialah pendidikannya yg sempurna, pemimpin ialah keadilannya, pengusaha ialah kejujurannya, demikian seterusnya.
Dahulu, ketika kemerdekaan belum diraih, jihad mengakibatkan terenggutnya nyawa, dan hilangnya harta benda. Namun bukan kematian itu sendiri yg menjadi tujuan. Tujuan jihad waktu itu justru ialah demi lestarinya kehidupan yg lebih baik di masa mendatang. Kalaupun nyawa melayg, itu ialah konsekuensi logis totalitas perjuangan para pahlawan.
Karena itu, jihad para pahlawan revolusi yg menumpas penjajahan dan ketakadilan tak dapat disamakan dgn praktik bom bunuh diri yg dilakukan di negara damai. Alih-alih menghidupkan, “jihad†semacam ini justru memunculkan korban-korban dan masalah baru.
Kini, jihad harus membuahkan terpeliharanya jiwa, mewujudkan kemanusiaan yg adil dan beradab, serta berkembangnya harta benda. Jihad juga dapat berarti mencurahkan seluruh kemampuan dan berkorban dgn nyawa atau tenaga, pikiran, emosi dan apa saja buat membangun peradaban yg lebih baik dan maslahat.
Â
Â
Â
“Apakah kamu menduga mau masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yg berjihad di antara kamu, dan belum nyata pula yg tabah?” (QS Ali Imran: 142).
Â
Â
Â
Semoga kita semua diberi kekuatan dan petunjuk buat bersungguh-sungguh dalam melaksanakan sesuatu, tanpa menimbulkan kerugian bagi orang lain. Jihad sebagaimana yg dilakukan Rasulullah: perjuangan buat sebuah peradaban yg mengenal prinsip-prinsip ketuhanan dan kemanusiaan.
Â
Â
Khutbah II
Â
Â
Â
أَمَّا بَعْد٠Ùَياَ اَيّÙهَا النَّاس٠اÙتَّقÙوااللهَ ÙÙيْمَا أَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكÙمْ بÙأَمْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙدْسÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى Ø¥Ùنَّ اللهَ وَمَلآئÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَسَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلّÙمْ وَعَلَى آل٠سَيّÙدÙناَ Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ وَرÙسÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙمَّ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ أَبÙÙ‰ بَكْر٠وَعÙمَر وَعÙثْمَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØَابَة٠وَالتَّابÙعÙيْنَ وَتَابÙعÙÙŠ التَّابÙعÙيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙاÙØْسَان٠اÙلَىيَوْم٠الدّÙيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يَا أَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللهÙمَّ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَاْلمÙؤْمÙنَات٠وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَاْلمÙسْلÙمَات٠اَلاَØْيآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙمَّ أَعÙزَّ اْلإÙسْلاَمَ وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°Ùلَّ الشّÙرْكَ وَاْلمÙشْرÙÙƒÙيْنَ وَانْصÙرْ عÙبَادَكَ اْلمÙÙˆÙŽØÙ‘ÙدÙيَّةَ وَانْصÙرْ مَنْ نَصَرَ الدّÙيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ دَمّÙرْ أَعْدَاءَ الدّÙيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدّÙيْنÙ. اللهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙتْنَة٠وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً وَسَائÙر٠اْلبÙلْدَان٠اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ اْلآخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْÙÙرْ لَنَا وَتَرْØَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ اْلخَاسÙرÙيْنَ. عÙبَادَالله٠! Ø¥Ùنَّ اللهَ يَأْمÙرÙنَا بÙاْلعَدْل٠وَاْلإÙØْسَان٠وَإÙيْتآء٠ذÙÙŠ اْلقÙرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØْشآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ وَاذْكÙرÙوا اللهَ اْلعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ وَاشْكÙرÙوْه٠عَلىَ Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠أَكْبَرْ
Alif Budi Luhur
* Mayoritas isi materi khutbah ini mengutip tulisan M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, 2007 (Bandung: Mizan).
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Uncategorized