Khutbah Jumat: Maulid Nabi, Amalan Bagus yg Dianjurkan

Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang Maulid Nabi bukan hanya sebagai tradisi yg positif tapi juga aktivitas yg mengandung nilai ibadah. Para ulama sepakat mau keutamaan dan anjuran melaksanakannya.

 

Baca juga: Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Maulid

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Maulid Nabi, Amalan Bagus yg Dianjurkan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).
 


Khutbah I

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ  وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا (النساء: ١١٥)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yg penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi buat senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dgn melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yg diharamkan.

 

Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,

 

Ayat yg kami baca di atas menunjukkan bahwa orang yg mengmaukan keselamatan haruslah mengikuti dan menetapi sabilul mukminin, yakni perkara yg disepakati oleh para ulama kaum muslimin. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa orang yg berpaling dari jalan kaum muslimin balasannya ialah neraka yg merupakan seburuk-buruk tempat kembali. Dalam sebuah hadits mauquf dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud  radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

 

مَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ قَبِيْحًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ قَبِيْحٌ (قال الحافظ ابن حجر: هذا موقوفٌ حسَنٌ)

 

“Sesuatu yg dinilai dan disepakati sebagai perkara yg baik oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah baik, dan sesuatu yg dinilai dan disepakati sebagai perkara buruk oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah buruk” (al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini ialah hadits mauquf yg hasan”).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di antara perkara yg dinilai baik oleh kaum muslimin dari masa ke masa dan disepakati sebagai sesuatu yg disyariatkan ialah merayakan Maulid Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallm. Merayakan Maulid termasuk kebaikan yg diganjar pahala yg agung. Sebab dgn peringatan maulid, seseorang menampakkan suka cita dan kebahagiaan atas kelahiran Nabi yg mulia. Peringatan maulid, meskipun tak pernah dilakukan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallm, namun ia termasuk bid’ah hasanah yg disepakati kebolehannya oleh para ulama. Peringatan maulid pertama kali dilakukan di awal abad ke tujuh hijriah oleh raja al-Muzhaffar, seorang raja yg mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau ialah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak. Dalam peringatan maulid yg ia laksanakan, ia mengundang banyak para ulama di masanya. Mereka semua menganggap baik apa yg dilakukan oleh raja al-Muzhaffar. Mereka memujinya dan tak mengingkarinya.

 

Para pecinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yg berbahagia,

Para ulama sepeninggal raja al-Muzhaffar juga tak ada seorang pun di antara mereka yg mengingkari peringatan maulid. Bahkan al-Hafizh Ibnu Dihyah dan lainnya menulis karangan khusus tentang maulid. Peringatan maulid juga dinilai bagus oleh al-Hafizh al-‘Iraqi, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Hafizh as-Suyuthi dan lainnya. Hingga kemudian pada sekitar 200 tahun yg lalu, muncul sekelompok orang yg mengingkari peringatan maulid dgn keras. Mereka mengingkari perkara yg dinilai baik oleh ummat Islam dari masa ke masa selama berabad-abad lamanya. Mereka menganggap bahwa peringatan maulid ialah bid’ah yg sesat. Mereka berdalih dgn sebuah hadits yg mereka tempatkan tak pada tempatnya, yaitu hadits كُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ (Setiap perkara baru yg tak pernah dilakukan pada masa Nabi ialah bid’ah). Hadits ini memang sahih. Akan tetapi maknanya taklah seperti yg mereka katakan. Para ulama menjelaskan, makna hadits tersebut bahwa perkara yg dilakukan sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ialah bid’ah yg buruk dan tercela kecuali perkara yg sesuai dgn syariat.

 

Jadi kata “Kullu” dalam hadits tersebut maknanya bukanlah “semua tanpa terkecuali”, tapi “al aghlab” (sebagian besar). Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yg menceritakan tentang angin yg menjadi ‘adzab bagi kaum ‘Ad:

 

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا (سورة الأحقاف: ٢٥)

 

Maknanya: “Angin itu menghancurkan segala sesuatu dgn perintah Tuhannya“ (QS al-Ahqaf: 25)

 

Kenyataannya, angin tersebut tak menghancurkan segala sesuatu. Tidak menghancurkan bumi dan langit. Angin tersebut hanya menghancurkan kaum ‘Ad dan harta benda mereka. Allah menggunakan redaksi “semua”, tapi yg dimaksud ialah “sebagian”.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ  (رواه مسلم وغيره)

 

Maknanya: “Barangsiapa merintis perkara baru yg baik dalam Islam, maka ia  mendapatkan pahalanya dan pahala orang yg mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim dan lainnya)

 

Oleh sebabnya, Imam asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu berkata:

 

اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ” (رواه عنه الإمام البيهقي وغيره)

 

“Bid’ah itu ada dua macam: Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela), jadi bid’ah yg sesuai dgn sunnah ialah terpuji dan bid’ah yg menyalahi sunnah ialah tercela.” (Perkataan Imam asy-Syafi’i ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan lainnya).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Apa yg biasanya dilakukan pada saat perayaan maulid? Yang dilakukan tiada lain ialah hal-hal yg disyariatkan dan dianjurkan buat dikerjakan, yaitu membaca Al-Qur’an, berdzikir, membaca shalawat, melantunkan puji-pujian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menjelaskan sejarah hidup Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kebaikan-kebaikan lainnya. Semua itu ialah kebaikan-kebaikan yg dianjurkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Apakah hal-hal itu bila dikerjakan sendiri-sendiri ialah kebaikan, mau tetapi bila dikerjakan dalam satu rangkaian kegiatan yg diberi nama “Perayaan Maulid”, hukumnya menjadi haram dan bid’ah yg menjerumuskan ke neraka? Aneh! Ajaran macam apa ini? Agama barukah?

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

al Hafizh as-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan maulid Nabi, beliau menjawab:

 

أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ ﷺ

 

“Pada dasarnya peringatan maulid, berupa berkumpulnya orang, membaca Al-Qur`an, meriwayatkan hadits-hadits tentang permulaan sejarah Nabi dan tanda-tanda yg mengiringi kelahirannya, kemudian disabilan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, ialah termasuk bid’ah hasanah (perkara yg baik, meskipun tak pernah dilakukan pada masa Nabi) yg pelakunya mau memperoleh pahala, sebab itu merupakan perbuatan mengagungkan Nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita dgn kelahiran Nabi yg mulia” (Disebutkan dalam karya beliau, Husnul Maqshid fi ‘Amalil Maulid).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yg penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Nur Rohmad, anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur


Baca naskah khutbah lainnya:


 

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.