Membahas tentang3 Sahabat Perempuan Pejuang Emansipasi

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang3 Sahabat Perempuan Pejuang Emansipasi,

Oase.id- Jauh sebelum RA Kartini menyuarakan emansipasi, ribuan tahun lalu para sahabat perempuan telah berupaya meraih kesetaraan hakiki antara perempuan dan laki-laki.

Kala itu, budaya Arab memang masih begitu kental dgn diskriminasi terhadap perempuan. Bahkan sahabat sekaliber Umar bin Khattab saja memiliki catatan kelam menguburkan bayi perempuan di masa jahiliyah. 

Bayi-bayi perempuan dikubur hidup-hidup sebab dianggap aib bagi keluarga. Kalaupun selamat dari maut di masa kecil, mereka mau tumbuh dalam kesengsaraan. Mereka, dianggap tak bernilai, tak diakui hak-haknya, tak mendapatkan warisan, malahan diwariskan layaknya barang.  

Kemudian Islam datang membawa misi perdamaian dan kesetaraan bagi seluruh insan. Kehadiran Islam bagaikan kemunculan mata air di tengah padang gersang. Ia datang untuk mengangkat derajat perempuan.

Beberapa sahabat perempuan Nabi Muhammad Saw dikenal gencar menyuarakan emansipasi, di antaranya ialah;

 

Aisyah binti Abi Bakar

Ia merupakan istri Rasulullah Saw. Putri dari sahabat mulia nan tepercaya, Abu Bakar Shiddiq Ra dan Ummu Rumman. 

Sebagai perempuan yg mendapat pengajaran langsung dari Rasulullah Saw, Aisyah mewarisi begitu banyak ilmu dari suaminya. Ia dikenal sebagai ummul mukminin yg cerdas, kritis dan pemberani. 

Terbukti dari upayanya menjunjung harkat dan martabat perempuan, juga keberaniannya menyampaikan berbagai kritik kepada para sahabat laki-laki, bahkan sahabat senior sekelas Umar bin Khattab sekalipun.

 

Baca: Lika-liku Kartini Belajar Islam

Sanggahan yg dilaygkan Aisyah kepada para sahabat dirangkum oleh Imam Badruddin Az-Zarkasyi dalam Al-Ijabah li Iraadi maa Istadrakathu Aisyah ‘ala ash- Shahabah.

Dalam kitab ini disebutkan salah satu kritik Aisyah pada Abu Hurairah atas hadis yg menyatakan, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Kesialan itu ada pada 3 hal; kuda, wanita, dan rumah.”

Hadis ini kemudian diriwayatkan oleh Imam Abu Daud ath-Thayalisi dalam musnadnya.

Aisyah berkata, “Abu Hurairah belum menghafalnya. Maksudnya, ada sepenggal redaksi yg terlewat Abu Hurairah. Sesungguhnya yg disabdakan Rasulullah Saw ialah, “Semoga Allah memerangi Yahudi yg mengatakan ‘Kesialan itu ada pada 3 hal; kuda, wanita dan rumah.” 

Aisyah menyatakan bahwa Abu Hurairah hanya mendengar akhir redaksinya saja dan melewatkan kalimat awalnya.

 

Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah

Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah merupakan sahabat senior dari kalangan Anshar. Ia pernah mengikuti perang bersama Nabi Saw, tak hanya untuk mengobati pasukan yg terluka, melainkan juga turun langsung menghadapi musuh.

Perempuan yg dijuluki Ummu Umarah ini bahkan pernah melindungi Nabi Saw dalam perang Uhud, hingga menyisakan 13 luka di tubuhnya. Nusaibah wafat pada peristiwa perang Yamamah (632 M), ia bertempur hingga tangannya terpotong dan sekujur tubuhnya terluka. 

Baca: Respons Nabi terhadap Usul Kesetaraan Pendidikan Laki-laki dan Perempuan

 

Sampai-sampai, Rasulullah Saw bersabda, “Kedudukan Nusaibah pada hari ini (Uhud) lebih baik dari pada si fulan dan si fulan.”

Selain aktif membela agama Allah, srikandi Uhud ini juga dikenal sebagai pembela hak-hak perempuan.

Dalam Sunan At-Tirmidzi, Musnad Ishaq bin Rohawaih dan Al-Mu’jam al-Kabir li Thabrani, disebutkan hadis tentang Ummu Umarah yg bertanya kepada Rasulullah Saw.

“Ya Rasululllah, takkah aku lihat segala sesuatu melainkan diperuntukkan bagi laki-laki, dan setahuku kaum perempuan tak disebutkan sama sekali,” ucap Ummu Umarah.

Karena aduan tersebut, Allah Swt berfirman;

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yg Muslim, laki-laki dan perempuan yg Mukmin, laki-laki dan perempuan yg tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yg benar, laki-laki dan perempuan yg sabar, laki-laki dan perempuan yg khusyu', laki-laki dan perempuan yg bersedekah, laki-laki dan perempuan yg berpuasa, laki-laki dan perempuan yg memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yg banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yg besar. (QS. Al-Ahzab:25)

Sejatinya, mayoritas ayat Al-Qur’an bersifat general alias diperuntukkan untuk umum, baik laki-laki maupun perempuan, meskipun menggunakan dhamir mudzakkar. Akan tetapi, ayat ini menegaskan bahwa Islam memandang pemeluknya setara, bukan berdasarkan jenis kelamin semata.

Ayat ini juga menjadi bukti begitu cepatnya Allah Swt dan Rasulullah Saw menjawab kegelisahan para perempuan.

 

Ummu Salamah

Nama aslinya ialah Hindun binti Abi Umayyah bin al-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Makhzum.

Ummu Salamah merupakan istri Rasulullah Saw yg paling terakhir wafat, tepatnya pada akhir 61 H. Ia bahkan menyaksikan masa pembunuhan Husein bin Ali, cucu Nabi Saw.

Ummu Salamah ialah perempuan cerdas dan kritis. Sepupu Khalid bin Al-Walid ini bahkan menduduki posisi kedua perempuan periwayat hadis terbanyak, setelah Aisyah binti Abi Bakr. 

Dalam beberapa riwayat, Ummu Salamah disebutkan juga pernah mengutarakan hal yg sama seperti Ummu Umarah. 

“Ya Rasulullah, mengapa kami (kaum perempuan) tak (amat jarang) disebutkan dalam Al-Qur’an, sedangkan laki-laki (selalu) disebut-sebut?” tanya Ummu Salamah.

Setelah mengutarakan kegelisahannya pada Rasulullah, Ummu Salamah kemudian berkata, “Tidak ada yg paling mengejutkanku di hari itu kecuali suara Rasulullah di atas mimbar. Ketika itu aku sedang menyisir rambut, aku langsung membenahi rambutku lalu keluar menuju suatu ruangan dan mendengarkan (khutbah Nabi).” Ternyata beliau membacakan QS. Al-Ahzab ayat 35 di atas mimbar.

Riwayat yg disandarkan kepada Ummu Salamah ini tercantum dalam beberapa kitab. Di antaranya Musnad Ishaq bin Rahawaih, Musnad Ahmad, dan Al-Jami’ Ash-shahih lil Sunan wal Masanid karya Suhaib Abdul Jabbar.

Ummu Salamah kerapkali menjadi rujukan para sahabat untuk menimba ilmu. Ia juga tak segan-segan menegur para sahabat yg keliru memahami hadis Nabi.

Ummu Salamah dan Aisyah pernah mengkritik Fadhl bin Abbas dan Abu Hurairah tentang ketak-absahan puasa orang yg mendapati fajar dalam keadaan masih junub.

Keduanya kemudian meluruskan bahwa Nabi Saw pernah dalam keadaan junub saat fajar menyingsing. Beliau kemudian mandi dan tetap berpuasa.

Imam Nawawi melakukan tarjih antara riwayat Abu Hurairah dan Fadhl bin Abbas dgn riwayat Aisyah dan Ummu Salamah. Hasilnya, riwayat istri-istri Nabi ternyata lebih valid.

 

Sumber: Disarikan dari keterangan dan kisah dalam Siyar A’lam An-Nubala karya Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi, Al-Ishabah fii Tamyiz Ash-Shahabah karya Al-Imam al-Hafiz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Atsqalani, Al-Ijabah li Iraadi maa Istadrakathu Aisyah ‘ala Ash- Shahabah karya Badruddin az-Zarkasyi, dan An-Nisaa Haula Ar-Rasul karya Muhammad Ibrahim Salim.

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang3 Sahabat Perempuan Pejuang Emansipasi . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.