Membahas tentangKisah Inspiratif Sandiman, Mantan Perampok yg Tobat Hingga Mendirikan Pesantren

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangKisah Inspiratif Sandiman, Mantan Perampok yg Tobat Hingga Mendirikan Pesantren,

Allah Swt selalu membuka pintu tobat bagi hamba-hambanya yg tersesat dan mau kembali ke jalan-Nya. Hal ini tertuang dalam surah At-Taubah ayat 104.

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

A lam ya'lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata 'an 'ibādihī wa ya`khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm

Artinya: Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(nya), dan bahwa Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayg? (QS At -Taubah :104)

Kisah Inspiratif dari Sandiman Nur Hadi Widodo

Lantunan bunyi bacaan ayat Al-Qu'ran mau muncul dari Masjid Al-Ghifari di Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Para santri mau merapalkan bacaan ayat Al-Qur'an setelah kegiatan salat tarawih selesai ditunaikan para jamaah.
 
Sandiman, menjadi satu di antara puluhan jamaah yg ikut menunaikan berbagai amalan pada bulan Ramadhan. Di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ghifari itulah jalan Sandiman menuju pertobatan terus dilakukan.

embed

(Aktifitas santri di pondok pesantren Al-Ghifari, ponpes yg didirikan Sandiman Nur Hadi Widodo, seorang mantan perampok/Ahmad Mustaqim/medcom)

Pria berusia 58 tahun itu bukan jebolan pondok pesantren (ponpes) sebagaimana apa yg dia lakukan di sana. Sandiman memiliki jalan kelam kehidupan sebelum akhirnya sadar dan memutuskan bertobat.

“Saya dulu judi, merampok, dan banyak lagi, termasuk main perempuan,” kata Sandiman saat ditemui Medcom.id.

Sandiman menjalani kelamnya kehidupan selama puluhan tahun sejak masa muda. Merampok emas merupakan salah satu tindakan spesialis yg dulu kerap dia lakukan sebab aksinya jarang gagal.
 
Namun aksi Sandiman dan komplotannya terhenti di salah satu toko emas di Kota Yogyakarta pada medio 1995. Rencana aksinya terbaca dan ia dijebloskan ke sel.
 
Sebelum ditahan, Sandiman sempat buron hingga ke Pulau Sumatra. Ketika itu, aparat mencokok Sandiman di kawasan Riau.

“Dulu divonis empat tahun (pidana), ditahan di (Lembaga Pemasyarakatan Lelas IIA) Wirogunan. Dapat remisi, 1998 dapat bebas,” ungkap lelaki kelahiran Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo.

Hidayah dari Balik Jeruji

Masa muda bapak dua anak dan empat cucu itu dihabiskan menjadi perampok. Saat usianya memasuki 32 tahun, Sandiman harus menjalani kehidupan di tahanan. Di balik jeruji besi, Sandiman mulai mendalami agama Islam dan mengenal salat hingga membaca Al-Qur'an.
 
“Dulu enggak dapat salat, ngaji. Di sana (tahanan) belajar, ada ustaznya,” ungkap Sandiman.
 
Kebiasaannya salat dan mengaji membuatnya menjadi sosok religius. Lepas dari penjara, Sandiman berkomitmen menjadi orang yg baik dan berguna untuk sesama.
 
Sandiman langsung balik kampung setelah bebas. Ia lantas mengajak beberapa anak untuk belajar mengaji dan salat. Saat itu anak-anak di kampungnya jarang salat lima waktu, apalagi mengaji.

Membangun Pondok Pesantren

Seiring berjalannya waktu, Sandiman dapat membangun masjid sekaligus Ponpes sejak 1999. Masjid dan ponpes tersebut bernama Al-Ghifari. Ia menggunakan lahan warisan orang tuanya seluas 2.400 meter untuk itu.
 
“Tanah warisan bapak sebenarnya buat saya dan saudara, ada kakak dan adik. Tapi kami sepakat mewakafkannya untuk membangun pondok pesantren,” bebernya.
 
Ponpes Al-Ghifari tak hanya mengajarkan agama. Di sana juga menyediakan sekolah setingkat SD hingga SMA dgn konsep semacam islam terpadu. Sampai saat ini total ada 87 santri berasal dari Yogyakarta dan juga Papua hingga Sumatra.

Selain Pendidikan Agama dan Formal, Santri Juga dibekali Keterampilan

Sandiman mengatakan ilmu dalam sekolah formal mau lebih lengkap bila disertai keterampilan. Ia menilai anak-anak yg belajar di sana mau memiliki bekal dgn sejumlah pengalaman berwirausaha.
 
Agustiawati merupakan satu dari puluhan santri yg belajar di Ponpes Al-Ghifari. Ia mengatakan betah belajar agama dan ilmu lain di ponpes itu. Mulai dari keterampilan berwirausaha, bercocok tanam, hingga beternak. 
 
“Santri di sini juga dibantu kalau tak punya uang. Ada juga yg dikasih baju gratis,” kata santri asal Kecamatan Lendah, Kulon Progo ini.

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangKisah Inspiratif Sandiman, Mantan Perampok yg Tobat Hingga Mendirikan Pesantren . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.