Membahas tentangManfaat Puasa untuk Kesehatan Mental

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangManfaat Puasa untuk Kesehatan Mental,

Oase.id- Umat Muslim dunia bergembira, Ramadan tiba. Meski tengah berada dalam ancaman pandemi korona (Covid-19), rasa syukur harus tetap dipanjatkan sebab mendapat kesempatan untuk kembali bercengkerama dgn bulan suci. 

Kita tak dapat menafikan, bahwa kali ini, Ramadan harus dinikmati dgn cara yg berbeda.

Lantaran puasa tahun ini dianjurkan dijalani di rumah saja. Kita, barangkali, harus rela kehilangan banyak “ritual asik dan seru”, seperti ngabuburit, bukber, sahur on the road dan aktivitas luar rumah lainnya. Akan tetapi, yg patut diingat ialah, semua itu hanya pelengkap dari agenda utama kita, yakni berpuasa.

Jika mau disadari bersama, pembatasan ini secara tak langsung justru mengajak kita untuk menikmati esensi puasa secara lebih mendalam, tanpa terbuai oleh atribut “hore” yg -harus kita akui- terkadang dijalani dgn lebih serius ketimbang ibadah puasanya itu sendiri. 

Nah, ketika sekarang punya ruang lebih luas di kepala untuk memaknai esensi puasa, maka, waktunya kita menyadari juga bahwa dgn berpuasa seseorang dapat mencapai apa yg disebut dgn mindfulness.

 

Apa itu mindfulness?

Mindfulness dapat dideskripsikan sebagai keadaan mental penuh kesadaran dan penuh perhatian pada kondisi fisik dan lingkungan sekitar kita tanpa disertai penilaian, apalagi prasangka. 

Ketika berada dalam keadaan mindfulness, kita dapat membebaskan diri dari “PR masa lalu” yg masih belum mampu diselesaikan, atau pun harapan masa depan yg masih bertahan di fase perencanaan. 

Ketika memasuki tahap mindfulness, seseorang dapat mengalokasikan perhatian sepenuhnya untuk “saat ini”. Ya, segala sesuatu (sensasi di dalam tubuh dan apa yg diterima oleh indera) yg terjadi detik ini. Bukan yg silam, atau yg mau datang. 

Baca: Yuk! Patuhi Imbauan Social Distancing, Ini Manfaatnya Secara Psikologis

 

Psikolog dan ahli saraf kognitif spesialis kajian ilmiah meditasi Peter Malinowski, dalam salat satu artikelnya menjelaskan 5 faktor yg mampu mengkonstruksi mindfulness, yaitu acting with awareness, non judging, observing, describing dan non-reactivity

Keadaan memasrahkan perhatian untuk dipusatkan pada situasi saat ini dapat membantu seseorang untuk mereduksi stres, dan mengantarkannya pada kondisi mental yg baik.

 

Saat berpuasa, kita membawa niat di sepanjang hari selama waktu yg telah ditetapkan. Niat tersebut dimunculkan dalam kesadaran dan mengaktivasi fungsi kontrol yg melaluinya. Pengkondisian ini membuat kita mampu untuk tak melakukan sesuatu, meskipun kita sangat mau mengekskusinya. 

Ketika tak berpuasa, secara refleks kita mencari air dan meneguknya saat kita berada dalam keadaan haus. Namun saat berpuasa, kita menggunakan kesadaran sepenuhnya untuk mengendalikan diri dan menerima rasa hausnya. 

Kita mengambil alih kendali diri  dari komando refleks yg biasanya menyelesaikan banyak persoalan dalam tubuh. Perpindahan kendali ini, tentunya merupakan hasil dari kolaborasi antara kesadaran dan perhatian dgn sebuah tujuan. Ini ialah aksi, bukan reaksi. 

 

Mindfulness berpuasa

Aktivitas berbuka puasa juga membawa kita pada level yg lebih tinggi dalam menikmati masa kini (present moment) secara penuh. Sejenak, kita dapat melepaskan diri dari pekerjaan yg belum diselesaikan atau pun permasalahan yg belum dipecahkan. 

Kita mencurahkan perhatian pada setiap teguk air yg melewati tenggorokan. Seseorang dapat merasakan seutuhnya sensasi tubuh dan perubahan di dalamnya yg menyertai aktivitas. 

Pada momen ini, tak ada masa lalu atau masa nanti. Yang ada, hanya saat ini yg memenuhi perhatian dan kesadaran. 

Sepenggal keadaan mindfulness ini membawa kita pada kondisi mental yg dipenuhi ketenangan, kenyamanan, dan kecukupan. Hal ini, sesuai dgn fungsi mindfulness yg bila dipraktikan secara rutin, mau dapat mengurangi kecemasan, depresi, serta meningkatkan aktivitas bagian otak yg bertanggungjawab terhadap perasaan positif manusia. 

Saat berbicara mengenai keutamaan lain dalam praktik puasa, kita mau sampai pada pembahasan mengenai kapasitas diri untuk mengelola emosi. Kata kerja “mengelola” menunjukkan bahwa kita ialah subjek yg mau melakukan sesuatu, dan emosi ialah objek yg mau menerima perlakukan dari diri kita. 

Penegasan ini bermakna tak adanya pergantian peran dalam prosesnya. Puasa, mengkondisikan kita untuk mengelola emosi supaya tak berlaku sebaliknya, alias emosi yg justru mengatur kita. 

Baca: 7 Langkah Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Cobaan Wabah Korona

 

Untuk sampai pada kemampuan mengelola emosi, terlebih dulu kita perlu menyadari dan menerima keberadaannya. Pengkondisian ini, sejalan pula dgn mindfulness program, yakni, sebagai individu kita diminta untuk menyaksikan serta menyadari pikiran dan emosi yg muncul, tanpa terpengaruh olehnya. 

Tidak diragukan lagi bahwa puasa membawa banyak manfaat dalam hidup, baik yg disampaikan melalui ajaran agama, maupun hasil riset yg dilengkapi dgn berbagai data.

Untuk optimalisasi manfaatnya, pertama-tama, kita perlu menyadari esensinya alih-alih menjalankannya sebagai ritual semata. 

Definisi puasa lebih dari sekadar larangan dan batasan. Ada proses penuh kesadaran, penerimaan, dan kendali diri di dalamnya. 

Ketika dilaksanakan dgn benar, maka puasa tak lain merupakan bagian dari proses seseorang dalam melatih diri untuk menjalani hidup dgn mindfulness mode. Dan tentu, ini sangat bermanfaat bagi kesehatan mental manusia. 

 

Rubrik ini diampu Psikolog Remaja Muharini Aulia (@auliyarini). Pertanyaan lebih lanjut dapat dilakukan dgn mengubungi redaksi Oase.id 

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangManfaat Puasa untuk Kesehatan Mental . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.