Membahas tentangNabi Ismail dan Pelajaran tentang Pengorbanan yg Tulus

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangNabi Ismail dan Pelajaran tentang Pengorbanan yg Tulus,

Nabi Ismail merupakan anak dari Nabi Ibrahim. Nabi Ismail bersama sang ayah dalam kisahnya mengalami berbagai macam peristiwa yg besar dan mengharukan. Salah satunya peristiwa Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih Nabi Ismail.

Dalam hal ini, Allah menguji ketaatan Ibrahim. Sebagai nabi ke-6, Ibrahim harus mempertaruhkan rasa cinta dan saygnya kepada sang anak. Hingga peristiwa ini menjadi awal mula perintah Allah bagi seluruh umat muslim untuk melaksanakan ibadah kurban.

Dilansir dari Kisahmuslim.com, berikut Oase.id merangkum kisah Nabi Ismail, dari kelahiran seorang anak saleh hingga perintah untuk berkurban.

Kisah Kelahiran Nabi Ismail
Nabi Ibrahim dgn Sarah (istrinya) tak langsung dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim dalam kisah ini pun banyak memanjatkan doa kepada Allah. Dia minta dianugerahkan seorang anak yg saleh dan taat kepada-Nya.

Suatu waktu, Sarah mengetahui apa yg diharapkan oleh suaminya. Namun, ia tak dapat mewujudkan kemauan suaminya. Sebab, dia memiliki kondisi rahim yg mandul. Sarah kemudian mendapatkan satu rencana untuk mendekatkan Ibrahim dgn budaknya yg bernama Hajar untuk menikah. Harapan Sarah, dgn adanya pernikahan tersebut Nabi Ibrahim dapat mendapatkan keturunan yg saleh dari perkawinannya dgn Hajar.

Sarah menyampaikan rencana tersebut kepada sang suami. Kemudian Nabi Ibrahim berkata, “Kita harus menanyakannya terlebih dahulu kepada Hajar. Apakah dirinya setuju atau tak?” Lalu Sarah dan Ibrahim menanyakan langsung kepada Hajar. Hajar pun menyetujuinya.

Setelah menikah, Hajar akhirnya dapat mengandung anak dari Nabi Ibrahim. Dari mengandung selama 9 bulan, kemudian Hajar melahirkan seorang anak yg diberi nama Ismail. Kelahiran Nabi Ismail ini merupakan jawaban dari doa yg selalu dipanjatkan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.

Nabi Ismail dan Ibunya di Makkah
Beberapa waktu setelah kelahiran Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk pergi membawa Hajar dan anaknya ke Makkah. Tidak berpikir lama, Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah tersebut. Dia membawa Hajar dan Ismail pergi melewati gurun dan berhenti di dekat tempat yg saat ini berdiri bangunan Ka’bah.

Tidak lama kemudian, Nabi Ibrahim pergi meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut untuk kembali ke Syam. Seketika Hajar memegang baju Ibrahim, lalu berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi ke mana? Apakah kamu hendak meninggalkan kami di lembah yg tak ada seorang atau sesuatu apa pun di sini?” Hajar terus mengulangi pertanyaannya, tetapi tak ada satu kata pun sebagai jawaban dari Ibrahim.

Bahkan, Ibrahim tak menoleh sedikit pun. Sama sekali dia tak menanggapi pertanyaan istrinya. Hingga akhirnya Hajar berkata, “Apakah Allah memerintahkan kamu atas semua ini?” Seketika juga Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar pun dapat menerimanya. Dia berkata, “Kalau begitu Allah tak mau menelantarkan kami.”

Bukit Shafa dan Marwah
Sejak mendapatkan jawaban itu, Hajar segera kembali ke tempatnya semula bersama Ismail. Sedangkan Ibrahim kembali melanjutkan perjalanan menuju Syam. Dalam perjalanan itu, Ibrahim menghadap Ka’bah dan mengangkat kedua tangannya. Dia berdoa kepada Allah:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yg tak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yg dihormati. Ya Tuhan kami (yg demikian itu) supaya mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)

Di sisi lain, Hajar kembali menemui Ismail. Dia mulai menyusuinya. Selama beberapa hari Hajar hidup dgn persediaan minum yg telah dibawanya. Namun tiba di satu waktu, persediaan air itu semakin lama habis. Hajar menjadi haus, begitu juga dgn bayinya. Ismail kecil hanya dapat menangis. Hajar hanya dapat memandangnya dgn rasa cemas dan kasihan. Karena tak tahan, kemudian Hajar pergi meninggalkan Ismail untuk mencari bantuan.

Hingga Hajar sampai di bukit Shafa. Sebuah gunung yg tak jauh dari keberadaannya semula bersama Ismail. Hajar berdiri dan menghadap ke lembah untuk mencari tanda-tanda keberadaan manusia lain dgn harapan dapat membantunya. Namun, tak seorang pun terlihat dari bukit itu.

Lalu, Hajar memutuskan untuk pergi ke lembah hingga sampai di bukit Marwah. Dia berdiri dan mencari pertolongan. Sama seperti di bukit Shafa, tetap tak ada manusia lain yg terlihat di sana. Bahkan Hajar melakukan perjalanan dari Shafa ke Marwah hingga tujuh kali. Hasilnya sama, masih saja nihil.

Saat berada di puncak Marwah, Hajar mendengar sesuatu. Ia berusaha untuk diam dan kembali mendengarkan suara itu dgn seksama. Suara itu muncul lagi, “Engkau telah memperdengarkan suaramu bila engkau bermaksud memberikan bantuan.”

Suara itu ternyata merupakan suara dari malaikat Jibril yg berada di dekat sumber air zam-zam. Jibril mengambil air dgn sayapnya hingga air keluar memancar. Akhirnya Hajar dapat minum. Setelah itu dapat kembali menyusui Ismail kecil.

Malaikat Jibril kemudian berkata, “Janganlah kamu takut ditelantarkan, sebab di sini ialah rumah Allah, yg mau dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tak mau menyia-nyiakan hamba-Nya.”

Kedatangan Suku Jurhum
Kisah Nabi Ismail dan sang ibu yg tinggal di Makkah masih terus berlanjut. Hingga datanglah sekelompok Suku Jurhum. Mereka datang dari bukit Kadaa’. Dari bagian bawah Makkah, mereka melihat sekelompok burung yg berputar-putar di suatu wilayah. Mereka berharap, burung yg berputar-putar itu merupakan tanda adanya sumber mata air.

Kemudian, mereka mengirimkan dua orang untuk mendatangi lokasi burung tersebut. Ternyata benar, burung-burung tersebut mengelilingi sumber air. Lalu, dgn cepat dua orang dari suku Jurhum itu kembali untuk memberitahukan kelompoknya.

Setelah itu, mereka bersama-sama mendatangi sumber mata air tadi. Hajar saat itu sedang duduk di dekat sumber air. Lalu salah satu dari suku Jurhum berkata, “Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung dgnmu di tempat ini?” Hajar menjawab, “Ya, boleh. Namun kalian tak berhak memiliki air.” Mereka pun menyepakati permintaan Hajar tersebut.

Hajar merasa senang dgn keberadaan keluarga Jurhum. Sebab, dirinya merasa tak kesepian lagi. Mereka dapat tinggal bersama dgn rukun. Bahkan dari keluarga Jurhum, Ismail mulai belajar bahasa Arab. Ismail tumbuh menjadi anak yg cerdas dan berakhlak mulia seperti yg diajarkan ibunya.

Hari demi hari, Ismail tumbuh menjadi anak yg dewasa. Saat inilah, Ismail mau bertemu dgn ayahnya, Nabi Ibrahim.

Mimpi Nabi Ibrahim dan Perintah Berkurban
Ismail yg telah dewasa bersama ibunya bertemu dgn Ibrahim yg datang menemui untuk melepas rasa rindu. Nabi Ibrahim dapat menjalani hari bersama anaknya tercinta.

Pada suatu hari, Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, Ismail. Setelah bangun, ia menyadari bahwa mimpi itu merupakan petunjuk dari Allah SWT.

Kemudian, suatu hari Ibrahim mendatangi anaknya. Sang ayah menyampaikan mimpi yg dialaminya. Ibrahim lalu berkata kepada Ismail, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” 

Ismail pun menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yg diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu mau mendapatiku termasuk orang-orang yg sabar.” (QS As Shaafaat : 102)

Nabi Ibrahim lalu membawa Ismail ke Mina. Sesampainya di sana, Ibrahim mengikat kain di atas muka anaknya. Hal tersebut dilakukan supaya ia tak dapat melihat raut wajah sang anak yg dapat membuatnya terharu. Keduanya pun telah pasrah dan menyerahkan diri kepada Allah.

Setelah itu, Ibrahim mendengar seruan Allah, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yg berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yg nyata.”

Tidak lama kemudian, malaikat Jibril membawa kambing besar dan meletakkannya sebagai pengganti Ismail yg mau disembelih. Dari peristiwa inilah turun perintah Allah SWT bagi seluruh umat muslim untuk menunaikan kewajiban berkurban. Hukum dasar berkurban ini ialah sunnah muakkad. Yaitu, meskipun sunnah, tetapi ibadah ini sangat dianjurkan.

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangNabi Ismail dan Pelajaran tentang Pengorbanan yg Tulus . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.