Pemuda merupakan tonggak penting suatu peradaban, di mana pun dan kapan pun. Demikian pula pada zaman Rasulullah saw. Para sahabat Nabi yg kebanyakan mereka berusia muda, memiliki peran penting dalam mengawal suksesnya dakwah Islam.
Masa muda Nabi Muhammad
Setelah Rasulullah ditinggal ibu, bapak, dan sang kakek, ia hidup bersama keluarga pamannya, Abdul Muthalib, sejak usia delapan tahun dua bulan sampai usia lebih dari empat puluh tahun. Melihat kondisi perekonomian keluarga paman yg kurang stabil, belum lagi paman harus menghidupi istri dan beberapa anaknya, Nabi Muhammad pun meminta izin kepada sang paman buat menggembala kambing miliki orang Makkah dgn mendapat imbalan beberapa qirath (bagian dari uang dinar). Usia Nabi saat itu 25 tahun.Â
Selain menggembala kambing, masa muda Rasulullah juga dikenal sebagai pedagang. Ia menjajakan dagangan milik Siti Khadijah ke Syam dgn ditemani Maisarah (hamba sahaya miliki Khadijah). Rasulullah memiliki kapabilitas markerting yg profesional. Dengan berbekal kejujuran dan tutur kata yg lembut, dagangannya habis lebih cepat dgn untung yg berlipat. (Shafyurrahman al-Mubarakfuri, Raḫîq al-Makhtûm, [Riyadh: Muntada al-Ttsaqafah, 2013], h. 59-61)
Etos kerja Nabi Muhammad saw saat usia muda merupakan teladan bagi umatnya, terutama bagi pemuda dan pemudi. Dengan memiliki profesi, berarti Nabi mengajarkan umatnya buat hidup mandiri. Rasulullah saw pernah bersabda,
لَأَنْ ÙŠÙŽØْتَزÙÙ…ÙŽ Ø£ÙŽØَدÙÙƒÙمْ ØÙزْمَةَ Øَطَب٠ÙÙŽÙŠÙŽØْمÙلَهَا عَلَى ظَهْرÙÙ‡Ù ÙَيَبÙيعَهَا خَيْرٌ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ù…Ùنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجÙلًا ÙŠÙعْطÙيه٠أَوْ يَمْنَعÙÙ‡Ù
Artinya: “Seseorang di antara kamu membungkus seikat kayu bakar lalu dibawa di atas pundaknya, kemudian menjualnya, itu lebih baik baginya ketimbang meminta-minta pada seseorang, yg mau memberinya atau menolaknya.†(HR Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas menegaskan bahwa mendapatkan penghasilan dari hasil keringat sendiri lebih utama ketimbang meminta-meminta. Nabi menyebutkan pekerjaan mencari kayu bakar dalam hadits tersebut sebab profesi itu merupakan salah satu mata pencaharian sahabat saat itu.Â
Masa muda sahabat Nabi
Selain masa muda Rasulullah yg menginspirasi, masa muda para sahabat juga demikian. Dalam perjalanan dakwah, Nabi Muhammad banyak mendapat dukungan dan kekuatan dari para sahabat yg muda-muda. Untuk sekadar menyebutkan di antaranya, ada Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Asma’ binti Abu Bakar, dan lain sebagainya.
Abu Bakar as-Shiddiq
Abu Bakar masuk Islam pada usia 37 tahun. Dalam usianya yg masih muda itu, ia dedikasikan buat mendukung langkah dakwah Rasulullah. Abu Bakar merupakan orang yg pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki merdeka dan terpandang. Saking besar jasa Abu Bakar, sampai-sampai ia menjadi sahabat yg paling dicintai oleh Rasulullah. Dalam satu hadits dijelaskan,
أنَّ النَّبيَّ صَلَّى الله٠عليه وسلَّمَ بَعَثَه٠علَى جَيْش٠ذَات٠السَّلَاسÙÙ„ÙØŒ ÙأتَيْتÙÙ‡Ù ÙÙŽÙ‚ÙلتÙ: أيّ٠النَّاس٠أØَبّ٠إلَيْكَ؟ قَالَ: عَائÙØ´ÙŽØ©ÙØŒ ÙÙŽÙ‚ÙلتÙ: Ù…ÙÙ†ÙŽ الرّÙجَالÙØŸ Ùَقَالَ: أبÙوهَا، Ù‚ÙلتÙ: Ø«Ùمَّ مَنْ؟ قَالَ: Ø«Ùمَّ عÙمَر٠بن٠الخَطَّابÙØŒ Ùَعَدَّ رÙجَالًا
.
Artinya: “Nabi Muhammad saw mengutus ‘Amr bin ‘Ash beserta pasukan Dzatus Salasil. Lalu aku (‘Amr) mendataingi Nabi dan bertanya kepadnya, ‘Siapakah orang yg paling engkau cintai?’ Nabi menjawab, ‘Aisyah’. Aku (‘Amr) bertanya lagi, ‘Dari kalangan laki-laki?’ Nabi menjawab, ‘Ayahnya (Abu Bakar)’. ‘Siapa lagi?’ ‘Umar bin al-Khattab’. Lalu nabi menyebutkan beberapa orang laki-laki. (HR Bukhari)
Bukti dedikasi Abu Bakar buat dakwah Islam samakin nyata dgn banyaknya sahabat yg masuk Islam di bawah tangannya. Mereka ialah Utsman bin Affan dalam usia 34 tahun, Abdurrahman bin Auf dalam usia 30 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash dalam usia 17 tahun, Zibair bin Awwam dalam usia 12 tahun, dan Thalhah bin Ubaidillah dalam usia 13 tahun. Orang-orang ini kemudian menjadi basis dakwah Islam yg cukup berpengaruh. Oleh sebab itu, setelah keislaman mereka, berbondong-bondong orang memeluk Islam.Â
(Ali Muhammad as-Shallabi, As-Sîrah an-Nabawiyyah ‘Ardhu Waqâ’i’ wa Tahlîl al-Ahdâts, [Beirut, Darul Ma’rifah: 2008], h. 89-90)
Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib masuk Islam dalam usianya yg kesepuluh tahun. Masa mudanya juga didedikasikan betul buat memperjuangkan dakwah Islam. Salah satu peristiwa penting yg pernah Ali lakukan ialah saat ia menyamar sebagai Rasulullah demi menyelamatkan nyawa baginda dari incaran kaum kafir Quraisy.
Dikisahkan, waktu telah menunjukkan petang. Sementara di luar pintu rumah Nabi telah berkumpul sekelompok pemuda Quraisy, lengkap dgn pedang masing-masing buat membunuh Rasulullah. Nabi yg menyadari hal itu, menyuruh Ali buat menyamar menjadi dirinya, menggantikannya di tempat tidur yg biasa Rasulullah gunakan. “Tidurlah di tempat tidurku dan berselimutlah dgn jubah Hadrami milikku. Niscaya mereka tak mau melukaimu,†kata Nabi.
Berkat keberanian Ali ini, Rasulullah terbebas dari rencana pembunuhan itu. Ali pun dijuluki Rasulullah sebagai pemuda pertama yg menjadi tebusan nyawa Nabi. (Muhammad Abu Syahbah, as-Sîrah an-Nabawiyah fî Dhau’il Qur’âni was Sunnah, [Maktabah Syamilah], juz I, h. 475)
Asma’ binti Abu Bakar
Jika di atas telah penulis sebutkan contoh sahabat laki-laki, sekarang ialah sahabat perempuan yg juga mendedikasikan masa mudanya buat  dakwah Islam. Ia ialah Asma’ binti Abu Bakar. Ia merupakan sosok pemudi yg pemberani. Banyak kisah keberaniannya, salah satuanya ialah saat malam hari, ia sendirian secara diam-diam mengirimi makanan buat Rasulullah dan Abu Bakar di tempat persembunyiannya, Gua Tsur. Padahal, kondisi saat itu sangat genting. Sekali saja ia terpergoki, habis telah nyawanya.
Shafyurrahman al-Mubarakfuri dalam Rahiq al-Makhtum mengisahkan, suatu ketika Asma’ diinterogasi Abu Jahal tentang tempat persembunyian ayahnya bersama Rasulullah yg saat itu berada di Gua Tsur. Meski Asma’ mengetahui keberadaannya, ia tetap bersikukuh buat merahasiakan. Karena Asma’ menjawab tak tahu, Abu Jahal lantas menamparnya sampai anting-anting Asma’ terlepas. Namun, Asma masih tetap dalam pendiriannya. (Shafyurrahman al-Mubarakfuri, h. 149)
Dikisahkan juga, saat Rasulullah bersama Abu Bakar hendak melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, Asma’ menyiapkan bekal buat mereka berdua. Kebetulan ikat buat bekalnya tak ada. Tanpa pikir panjang, Asma’ menggunakan selendang pengikat pinggang milikinya dgn dibelah dua, yg satu buat mengikat air, dan yg satunya lagi buat mengikat makanan. Dari peristiwa ini, Asma’ kemudian dijuluki Dzatun Nithâqain (pemilik dua potong kain ikat pinggang). (HR Bukhari)
Demikianlah sebagian kisah semangat pemuda dan pemudi pada zaman Rasulullah saw. Tentu, masih banyak lagi kisah heroik lain para sahabat. Berkat kegigihan mereka, Rasulullah memperoleh kekuatan dan dukungan besar dalam misi dakwahnya.
Muhammad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, alumnus Pesantren KHAS Kempek-Cirebon, Mahsantri Ma’had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta
Uncategorized