‘Menghadirkan’ Nabi dgn Memperbanyak Shalawat saat Pandemi 

Sudah dua tahun dunia mengalami pandemi Covid-19. Hingga hari ini, belum ada tanda-tanda pandemi berakhir. Berbagai aktivitas yg melibatkan pengumpulan massa dibatasi sebagai bentuk protokol kesehatan. Tidak terkecuali pembacaan shalawat berjamaah yg sering dilaksanakan oleh umat Islam di Nusantara pun tak luput dari pembatasan ini. Di tengah pembatasan sosial yg diterapkan dan meningkatnya kasus Covid-19, para ulama tetap berusaha buat mengajak kaum muslimin buat membaca shalawat, meskipun tak harus berkumpul bersama di suatu tempat. 

Seiring dgn meningkatnya jumlah kasus Covid-19, belakangan para ulama sepuh NU telah menyampaikan imbauan kepada umat buat membaca shalawat Nariyah sebanyak-banyaknya. Pada banyak kesempatan yg lain, bacaan shalawat di kalangan kaum muslimin tetap dikumandangkan di berbagai tempat, terutama sejak masa pandemi. Tidak hanya dalam bentuk puji-pujian di mushala atau masjid maupun madrasah, shalawat semakin sering dikumandangkan di kampus-kampus, majelis doa bersama, baik skala lokal maupun nasional, baik online maupun offline. 

Muncul pertanyaan, apakah di masa wabah seperti sekarang ini, memperbanyak shalawat disyariatkan? Seorang ulama besar ahli hadits dan multipakar ilmu (polymath) Islam, yaitu Imam Jalaluddin As-Suyuthi, telah menjawabnya. Beliau telah mengumpulkan dalil-dalil dalam tulisannya yg diberi tema mirip seperti pertanyaan tersebut.

Pembahasan lengkap hal tersebut dapat dibaca dalam kitab karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi yg berjudul Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Thaun. Kitab ini ditulis sekitar 500 tahun yg lalu dan memuat sebuah dasar hukum berupa hadits tentang shalawat. Hadits ini dimaknai sebagai anjuran banyak bershalawat di tengah pandemi. Sebuah pertanyaan diajukan dalam kitab tersebut dgn redaksi: “Apakah doa buat mengangkat (pandemi) thaun disyariatkan? Dan apakah doa tersebut dilakukan secara berjamaah?” 

Kemudian sebagai salah satu jawabannya, disebutkan kutipan dari ulama yg menjadi pakar di bidang wabah, yg bernama Ibnu Abi Hajalah:

“Ibnu Abi Hajalah menyebutkan di salah satu karyanya tentang thaun, ada sebagian dari orang-orang saleh yg menyebutkan kepadanya bahwa di antara sebab terbesar buat diangkatnya thaun dan musibah besar lainnya ialah memperbanyak bershalawat kepada Nabi. Syekh Syamsuddin bin Khathib Bairud juga menyebutkannya dan membenarkannya serta memberikan dalil dgn hadits Ubay bin Ka’ab, ‘Jadi mau dicukupkan kemauanmu dan diampuni dosamu.’ ” (Imam Suyuthi, Ma Rawahu al-Waun fi Akhbar ath-Tha’un [Damaskus: Darul Qalam, tanpa tahun], h. 169).

Redaksi lengkap hadits yg dimaksud tersebut memang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dan didahului dgn gambaran situasi yg mencekam. Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab ra, bahwa Rasulullah ﷺ telah bangun malam ketika telah lewat seperempat malam, lalu bersabda:

“Wahai manusia, berdzikirlah pada Allah. Telah datang tiupan pertama yg diikuti dgn tiupan yg menggoncang alam, datanglah kematian dgn apa yg ada dalam kematian.” Maka bertanyalah Sahabat Ubay bin Ka’ab radliyallahu ‘anh, “Wahai Rasulallah, sesungguhnya aku memperbanyak shalawat buatmu, maka berapa kali aku harus bershalawat buatmu?” Jawab beliau. “Sesukamu, bila kamu menambahnya, itu lebih baik.” Kata Ubay radliyallahu ‘anh, “Kalau seperempat?” Jawab Nabi, “Sesukamu, bila kamu menambahnya, itu lebih baik.” Kata Ubay radliyallahu ‘anh, “Sepertiganya?” Beliau menjawab, “Jika kamu menambahnya, itu lebih baik.” Kata Ubay radliyallahu ‘anh, “Setengah?” “Jika kamu menambahnya, itu lebih baik.” Kata Ubay radliyallahu ‘anh, “Dua pertiga?” Jawab beliau, “Jika kamu menambahnya, itu lebih baik.” Kata Ubay radliyallahu ‘anh, “Wahai Rasulallah, maka aku jadikan semua shalawatku buatmu.” Sabda Nabi ﷺ, “Kalau begitu, mau dicukupi kenginanmu dan diampuni dosamu.” (Hadits Riwayat Imam Tirmidzi dan Imam Hakim).

Dalam konteks situasi musibah pandemi Covid-19 yg sekarang sangat mengkhawatirkan, umat Islam harus bershalawat sebanyak-banyaknya sebagai ikhtiar mencoba ‘menghadirkan’ Rasulullah ﷺ di tengah pandemi. Upaya ini perlu dilakukan dgn serius supaya Allah ﷻ mengampuni dosa-dosa kaum muslimin dan dgn pengampunan itu mau menghindarkannya dari azab. Inilah kemauan kaum Muslimin di seluruh dunia.

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin (Cahaya Purnama Kekasih Tuhan terjemah kitab Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin, Pustaka Tebuireng, Jombang, 2019: 145) menulis sebuah hadits tentang ‘kehadiran’ Rasulullah ketika menjelaskan tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi ﷺ. ‘Kehadiran’ Rasulullah ﷺ saat umatnya bershalawat diisyaratkan pada hadits berikut ini: 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah ï·º bersabda:

“Barang siapa bershalawat buatku di makamku, maka aku mendengarnya, dan barang siapa bershalawat buatku dari jauh, maka aku didatangkan pada shalawat itu.” (Hadits Riwayat Imam Baihaqi dan Imam Al-Khatib dalam kitab Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar, jilid 10: h. 243; Syarah Sunan Nasai, jilid 3: h. 304; Faidhul Qadir, jilid 6: h. 220).

Bagaimana ‘kedatangan’ Rasulullah ﷺ kepada umatnya yg hidup tak semasa dgn Beliau? Kaum Muslimin mengimaninya sebagai bagian dari iman kepada nabi. Mereka tak dapat mengatur teknisnya dan hanya bergantung kepada Allah ﷻ sebagai pemilik segala kuasa. 

Hadits lain yg berasal dari ‘Ammar bin Yasir dan diriwayatkan oleh Al-Ashbahaniy menerangkan bahwa Beliau ﷺ pernah bersabda, “Allah ﷻ mempunyai malaikat yg dikaruniai kemampuan mendengar seluruh hamba Allah, dan tiap mendengar orang-orang mengucapkan shalawat bagiku, ia (malaikat itu) yg menyampaikannya kepadaku.” (Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dan lain-lain). Kecuali itu, malaikat tersebut juga selalu memberitahukan kepada Beliau amal perbuatan umatnya, dan Beliau turut memohonkan ampun kepada Allah ﷻ atas kesalahan dan kekeliruan mereka bila mereka bertaubat.

 

Baca juga: Beda Pendapat Sahabat Nabi saat Terdampak Wabah Thaun

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits sebagai syarah (komentar) kitab Lubabul Hadits Imam Suyuthi menuliskan sebuah penjelasan tentang salah satu keutamaan shalawat terkait dgn permohonan rahmat dari malaikat buat manusia. Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash berkata: “Siapa bershalawat atas Nabi ﷺ satu kali, maka Allah ﷻ dan para malaikatnya bershalawat (memberikan rahmat) tujuh puluh kali. Maka bacalah shalawat itu lebih banyak.” Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad dgn isnad hasan mauquf. Diriwayatkan juga dalam kitab tersebut bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yg bershalawat atasku maka para malaikat bershalawat kepadanya. Orang yg dimohonkan rahmat para malaikat, maka Allah melimpahkan rahmat kepadanya. Orang yg mendapat limpahan rahmat Allah, maka tak ada sesuatupun yg tertinggal di langit dan di bumi melainkan bershalawat (memohonkan rahmat) buatnya.”

Riwayat yg lain menjelaskan bahwa orang yg bershalawat kepada Nabi mau dibalas dgn shalawat dari Allah ﷻ dan para malaikat. Shalawat dari Allah berupa rahmat dan shalawat dari malaikat berupa permohonan ampunan. Bila telah ada ketentuan rahmat dari Allah dan malaikat juga memohonkan ampunan buat kebaikan kaum Muslimin, tentu makhluk lainnya yg terlibat dalam peristiwa di kehidupan manusia mau menyesuaikan urusannya dgn kebaikan pula. 

Dalam konteks pandemi Covid-19, virus penyebab penyakit ini ialah makhluk ciptaan Allah ï·». Virus ini dapat bermutasi menjadi lebih ganas atau menjadi lebih jinak dgn kehendak Allah ï·». Bila doa kaum muslimin diiringi dgn memperbanyak shalawat buat Rasulullah ï·º, maka kaum Muslimin boleh berharap bahwa ampunan, keamanan dan rahmat mau turun serta bahaya mau diangkat sehingga virus yg paling berbahaya juga mau tunduk pada ketentuan Allah ï·» tersebut. Allah ï·» memiliki kekuasaan mutlak buat menundukkan makhluk, termasuk melemahkan virus tanpa adanya permohonan ampun dari malaikat buat manusia, tetapi Allah ï·» juga memberikan hukum sebab-akibat kepada makhluk sehingga permohonan ampun malaikat yg disebabkan pembacaan shalawat buat Nabi merupakan salah satu jalan terkabulnya harapan-harapan manusia.

Ikhtiar lain yg tak kalah penting dalam menghadapi Covid-19 ialah mengikuti sunnatullah yg telah ditetapkan kepada sifat virus dan telah diketahui manusia. Penyebaran virus melalui droplets (cairan dari saluran pernapasan manusia yg lebih lembut ketimbang debu) dapat dihindari dgn 5 M. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas. Upaya-upaya tersebut tetap harus dikuatkan buat memutus rantai penularan yg juga sangat penting dalam rangka mencegah mutasi virus.

Imam Suyuthi mengutip pendapat Imam Ibnu Hajar yg cenderung disyariatkannya doa supaya (pandemi) thaun dilenyapkan, tetapi pelaksanaannya secara individu, bukan secara berjamaah. Hal ini juga dapat diterapkan ketika mengamalkan pembacaan shalawat. Setiap umat Islam dapat melaksanakannya di rumah masing-masing secara individu maupun bersama dgn keluarga terdekat.

Demikianlah salah satu amalan sederhana yg dapat dilakukan oleh siapapun saat pandemi, yaitu memperbanyak shalawat. Maka tak heran bila ada kaum Muslimin yg membacanya ribuan kali dalam satu waktu atau membaginya menjadi beberapa kali sehingga jumlah yg ribuan itu terasa ringan. Tidak lain, itu semua ialah bentuk ikhtiar lahir dan batin dalam konteks bermujahadah buat memohon pertolongan Allah ﷻ. 

Kembali kepada khasiat shalawat, yg menurut para ulama, dapat menjadikan Allah menghindarkan kita dari musibah besar. Musibah besar itu dapat apa saja, dapat bencana alam, dapat juga bencana non-alam seperti pandemi atau wabah penyakit. Di kitab yg ditulis oleh Imam Suyuthi, dikatakan oleh para ulama bahwa memperbanyak shalawat dapat melenyapkan thaun dan musibah besar. Bagi yg membedakan antara thaun dan wabah Covid-19, mau tetap sepakat bahwa keduanya ialah musibah besar. Dengan membaca shalawat, Allah ﷻ mau menurunkan ampunan. Bila ampunan telah diberikan, maka terbukalah segala karunia, termasuk terbebas dari wabah penyakit, mendapatkan keluasan rezeki, kesehatan, umur panjang, dan kebaikan lainnya. Wallahu a’lam.

Yuhansyah Nurfauzi, anggota Komisi Fatwa MUI Cilacap, apoteker dan peneliti di bidang Farmasi





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.