Nabi yg Dikurbankan: Ismail atau Ishaq?

Perihal perbedaan pendapat di kalangan ulama soal siapa nabi yg dikurbankan, Prof KH Nasaruddin Umar pernah mengulasnya dgn baik di Media Indonesia. Apakah Ismail putra sulung Ibrahim dari Sayyidah Hajar, istri kedua berkebangsaan Ethiopia; atau Ishaq, putra bungsu Ibrahim dari Sayyidah Sarah, istri pertama yg berkebangsaan Palestina. Di samping memang tak disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an dan hadits terkait siapa yg dikurbankan, masing-masing dari kedua pendapat juga didukung oleh para sahabat dan ulama. Tulisan ini berusaha memperkaya dari penjelasan yg ada.

 

Pendapat yg mengatakan Ismail, di antaranya didukung beberapa sahabat seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abas, Abu Hurairah, Ali bin Abi Thalib, dan Abut Thufail Amir bin Watsilah radhiyallâhu ‘anhum‘ . Dari kalangan Tabi’in seperti Sa’id bin Al-Musayyib, Sa’id bin Jubair, dan Al-Hasan Al-Bashri. Dari kalangan mufassir seperti An-Nasafi, Thahir Ibnu ‘Asyur, Wahbah az-Zuhaili, Ar-Razi, Ibnu Katsir, dan Al-Qurtubi.

 

Sementara pendapat yg mengatakan Ishaq, di antaranya didukung oleh beberapa sahabat seperti Umar bin al-Khattab, Ka’ab al-Akhbar, Jabir, dan Al-‘Abbas radhiyallâhu ‘anhum. Dari kalangan Tabi’in seperti Qatadah, Malik bin Anas, ‘Ikrimah, Masruq, Muqatil, Az-Zuhri, dan As-Suddi. (Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsîrul Munîr, juz XXII, halalaman 126).

 

Untuk lebih jelasnya, berikut penulis kemukakan argumen masing-masing kedua pendapat. Ar-Razi dalam Tafsîr Mafâtîhul Ghaib mengemukakan enam argumen buat kelompok yg berpendapat Ismail sebagai nabi yg disembelih, dan dua argumen buat pendapat yg mengatakan Ishaq. (Fakhruddin Ar-Razi, Tafsîr Mafâtîhul Ghaib, juz XIII, halaman 160-162).

 

Argumentasi Pendapat yg Mengatakan Ismail 
Pertama, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَا ابْنُ الذَّبِيحَيْنِ

 

Artinya: “Saya ialah anak dari dua orang yg disembelih.”

 

Maksud dari ‘dua orang yg disembelih’ ialah Abdullah bin Abdul Muthallib ayah Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam dan Nabi Ismail ‘alaihissalâm. Dulu saat Abdul Muthalib menggali sumur Zamzam, ia bernazar mau menyembelih salah satu anaknya bila diberi kemudahan. Setelah dimudahkan, Abdul Muthallib mengundi buat menentukan salah satu anaknya buat disembelih. Undian jatuh ke Abdullah. Namun akhirnya Abdullah ditebus dgn 100 ekor unta.

 

Sementara yg dimaksud ‘yg disembelih’ kedua dari hadits di atas ialah Nabi Ismail ‘alaihissalâm. Sebab Ismail merupakan nenek moyg bangsa Arab atau Abul ‘Arab. Jika nasab Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam dilacak, pasti mau bertemu dgn Nabi Ismail ‘alaihissalâm.

 

Kedua, Nabi Ismail ‘alaihissalâm tinggal di Makkah, dan dialah yg membangun Baitullah bersama ayahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm. Di Makkah itulah, tepatnya di Mina, terdapat Al-Manhar (tempat penyembelihan). Seandainya yg dimaksud ialah Ishaq, pasti Al-Manhar berada Baitul Muqaddas, bukan Mina. Karena Ishaq tinggal di Palestina.

 

Ketiga, Allah menyifati Nabi Ismail ‘alaihissalâm dgn nabi yg penyabar (Al-Anbiya ayat 85), sebab kesabaran menerima cobaan buat disembelih. Allah juga menyifatinya sebagai nabi yg menepati janji (Maryam ayat 54), sebab ia bersedia buat disembelih dan membantu ayahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm, buat menepati janji.

 

Keempat, Nabi Ishaq ‘alaihissalâm merupakan ayah dari Nabi Ya’qub ‘alaihissalâm. Saat Allah memberi kabar gembira pada Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm, bahwa ia mau dikaruniai Ishaq, sekaligus diberitahu bahwa dari Ishaq nanti mau lahir juga Ya’qub. Jika yg disembelih itu Ishaq, tak mungkin. Karena Allah telah mengatakan, Ishaq mau melahirkan Ya’qub. Secara tak langsung Allah memberitahu bahwa usia Ishaq mau sampai dewasa hingga melahirkan Ya’qub. Bukan disembelih seperti Ismail saat masih kecil. Seandainya kita mengatakan bahwa Ishaq diperintahkan disembelih ketika telah melahirkan Ya’qub, ini tak juga mungkin. Karena usia Ishaq pada saat itu telah tua. Sementara dalam Al-Qur’an yg disembelih itu masih usia kanak-kanak. Ada yg mengatakan 13 tahun. Jelas, ini lebih cocok buat Ismail.

 

Kelima, dalam Al-Qur’an dijelaskan, usia Ibrahim telah tua (86 tahun), tapi belum juga dikaruniai anak. Ia pun meminta kepada Allah supaya dikaruniai buah hati (As-Shaffat ayat 99-100). Setelah memaparkan kisah itu, Al-Qur’an menjelaskan tentang nabi yg disembelih dan ditunjukkan pada anak pertama. Ulama sepakat bahwa Ismail anak pertama itu. Bukan Ishaq.

 

Keenam, banyak riwayat yg menjelaskan bahwa tanduk kambing yg dulu menggantikan Nabi Ismail ‘alaihissalâm, digantung di Ka’bah. Ini menunjukan bahwa nabi yg disembelih berada di Makkah, yaitu Ismail. Seandainya itu Ishaq, maka tanduk kambing itu berada di negeri Syam (tepatnya di Palestina).

 

Argumentasi Pendapat yg Mengatakan Ishaq
Pertama, dalam Al-Qur’an (As-Shaffat ayat 99-100), dijelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm hijrah ke negeri Syam. Saat itu Ibrahim berdoa supaya dikaruniai seorang anak. Analisa ini menyimpulkan bahwa Ishaq itulah nabi yg disembelih. Karena Ishaq lahir dari Sayyidah Sarah yg berasal dari Syam. Kemudian dipertegas pada ayat berikutnya (As-Shaffat ayat 112), yg menjelaskan kabar gembira dari Allah, bahwa Ishaq tergolong sebagai orang shaleh. Kabar gembira ini tak lain sebab Ishaq telah melewati cobaan begitu berat, yaitu hendak disembelih.

 

Kedua, Nabi Ya’qub ‘alaihissalâm pernah mengirim surat buat putranya, Yusuf ‘alaihissalâm. Potongan teks surat tersebut berbunyi:

 

مِنْ يَعْقُوبَ إِسْرَائِيلَ نَبِيِّ اللهِ بْنِ إِسْحَاقَ ذَبِيحِ اللهِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ اللهِ

 

Artinya: “… dari Ya’qub (Israil) Nabi Allah bin Ishaq Dzabihillâh bin Ibrahim Khalîlillâh …”

 

Dalam surat tertulis ‘Ishaq Dzabihillâh’, yg berarti Ishaq merupakan nabi yg disembelih.

 

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, yg terpenting ialah mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm tersebut. Kita dapat meneladani kecintaan Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm kepada Allah. Seperti diketahui, Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm ialah nabi yg sangat dicintai Allah. Demikian juga diri Ibrahim, sangat mencintai Allah, sampai-sampai dijuluki Khalîlullâh (Kekasih Allah). Hanya saja, kecintaannya hampir terduakan setelah ia memiliki anak. Sampai akhirnya diuji oleh Allah buat membuktikan cintanya kepada Tuhan masih murni. Seolah-olah Allah berkata, “Jika cintamu masih murni pada-Ku, sembelihlah putra yg sangat kau cintai itu. Yang telah meyebabkan kau menduakan-Ku.”

 

Keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm merupakan potret keluarga yg sangat taat kepada Allah. Ibrahim sebagai seorang ayah yg sangat mencintai anaknya, dgn ikhlas mematuhi perintah Allah buat menyembelihnya. Demikian juga Si Anak, begitu mengetahui hal itu merupakan perintah Allah, ia langsung menerima tanpa penolakan. 

 

Kita juga semestinya meneladani jiwa rela berkorban di jalan Allah dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm. Paling tak mau mengorbankan harta buat disedekahkan kepada fakir miskin, atau berkurban di hari raya Idul Adha. Ketaatan keluarga Ibrahim juga mendapat balasan yg setimpal dari Allah. Di antaranya, keturunan Ibrahim menjadi orang-orang shaleh. Bahkan Ibrahim dijuluki Abul Anbiyâ’ (Bapak Para Nabi), sebab nabi-nabi setelahnya merupakan keturunan darinya. Jika kita menyebutkan nasab Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam, pasti mau sampai pada Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm.

 

Semoga kita semua dapat mencontoh ketaatan keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm dalam membina keluarga yg taat kepada Allah. Jika Ibrahim yg disuruh mengorbankan putranya saja mau, telahkah kita berkurban, minimal seekor kambing di hari raya Idul Adha? Wallâhu a’lam.
 

Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab; Alumnus Pesantren KHAS Kempek Cirebon.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.