Baca: Anjuran dan Urgensi Memperbanyak Ingat Mati

 

Salah satu gambaran kematian yg ada di sekitar kita ialah “tidur”. Dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaekh Thahir dijelaskan bahwa keadaan di alam kubur ialah sesuatu yg ghaib. Sehingga sulit dimengerti oleh manusia pada umumnya. Untuk memudahkan hal tersebut, kematian dapat dianalogikan dgn tidur. Ketika seseorang tidur maka orang-orang di sekitarnya tak ada yg tahu apa yg sedang terjadi di alam mimpinya.

 

Kesamaan tidur dan mati dapat ditelaah dari doa bengun tidur sebagai berikut:

 

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

 

“Segala puji bagi Allah dzat yg telah menghidupkan setelah mematikan kami, dan kepa-Nya tempat kembali.”

 

Kata أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا menunjukkan bahwa tidur memiliki kesamaan dgn kematian. sehingga tersebut dalam doa bangun tidur ialah Allah yg telah menghidupkan setelah mematikan (menidurkan).

 

Doa lain sebagaimana diajarkan Rasulullah ï·º:

 

الحمد لله الذي رَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ وَعَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ وَأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ

 

“Segala puji bagi Allah dzat yg mengembalikan ruh ku, memberikan kesehatan badanku, dan mengizikanku berdzikir kepada-Nya” (Imam Nawawi, Al-Adzkar, hal. 21).

 

Statemen mengembalikan ruhku menunjukkan bahwa persamaan tidur dan mati ialah sama-sama ruh keluar dari jasad. Bedanya ketika tidur ruh dapat kembali sedangkan mati tak. Penjelasan ini sekaligus memperkuat pernyataan di atas, dapat dilihat dalam kitab Duratun Nashihin bahwa manusia memiliki tiga ruh, yakni ruh sulthaniyah, ruhaniyah, dan jasmaniyah.

Ruh sulthaniyah bertempat di hati, ruhaniyah di dada, sedangkan ruh jasmaniyah di antara daging dan darah, antara tulang dan otot.

 

Pada potongan pernyataan selanjutnya disebutkan bahwa ketika seseorang tidur maka keluarlah ruh jasmaniyahnya bersamaan dgn akal. Kemudian berjalan di antara langit dan bumi. Terkadang ada mimpi dapat dipahami, hal ini berarti akal berperan di dalamnya. Sebaliknya mimpi yg tak dapat dimengerti, berarti akal tak berperan di dalamnya (Syekh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir, Duratun Nashihin, Semarang: Toha Putra, hal. 145).

 

Berangkat dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sebanarnya manusia telah merasakan sebagian dari tanda kematian. Oleh sebabnya setiap bangun tidur harus selalu bersyukur sebab masih diberikan kesempatan hidup oleh Allah ﷻ. Selain itu manusia selalu belajar dari tidur supaya selalu ingat mau kematian sebagaimana yg diperintahkan Rasulullah ﷺ. Wallahu a’lam.

 

 

Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta