Ada banyak sekali macam shalawat yg ditunjukan buat Baginda Rasulullah ï·º. Masing-masing memiliki faedah dan keutamaan. Salah satunya ialah shalawat Kamaliyah. Shalawat Kamaliyah pahalanya dilipatgandakan ratusan ribu kali dan memiliki khasiat menolak lupa. Berikut lafalnya:
اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠وَ سَلّÙمْ ÙˆÙŽ بَارÙكْ عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَ عَلَى اٰلÙه٠كَمَا لَا Ù†Ùهَايَةَ Ù„ÙكَمَالÙÙƒÙŽ ÙˆÙŽ عَدَدَ كَمَالÙÙ‡Ù
Allâhumma shalli wasallim wabârik’alâ sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada Baginda Nabi Muḫammad ﷺ, dan juga kepada keluarganya, sebagaimana kesempurnaan-Mu yg tanpa batas, dan sebanyak bilangan kesempurnaannya ﷺ.
Â
Keutamaan Shalawat Kamaliyah
Pertama, memperoleh pahala ratusan ribu kali lipat. Meskipun lafal Shalawat Kamaliyah terbilang cukup ringkas, tetapi sekali baca saja pahalanya cukup besar. Ada yg mengatakan satu kali Shalawat Kamaliyah setara dgn 70.000 kali bershalawat. Ada yg bilang setara 100.000 kali shalawat. Bahkan ada yg mengatakan 500.000 kali lipat. Syekh Abdul Qadir al-Jilani (wafat 561 H) menjelaskan dalam kitabnya, as-Safînatul Qâdiriyyah, sebagai berikut:
ونقل عن بعض العارÙين: أن من صلى بهذه الصلاة مرة واØدة عدلت له خمسمائة أل٠صلاة وكانت له Ùداء من النار، وهي: اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا Ù…Øمد وعلى آله كما لا نهاية لكمالك وعدد كماله
Artinya: “Dikutip dari sebagian ulama ahli ma’rifat, siapa yg membaca shalawat berikut sebanyak satu kali, maka pahalanya setara dgn membaca shalawat sebanyak 500.000 kali dan menjadi tebusan baginya dari api neraka. Redaksi shalawat itu ialah ‘Allâhumma shalli wasallim wabârik’alâ sayyidinâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi’.†(Muhyiddin Abdul Qadir bin Shalih al-Jilani, as-Safînatul Qâdiriyyah, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2016], halaman 118).
Â
Sementara Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani (wafat 1350 H) dalam kitabnya, Afdhalusshalât ‘Alâ Sayyidis Sâdât menjelaskan, dalam kitab al-Asrâr ar-Rabbâniyyah Syarhush Shâwî ‘alâ  Shalawâti Ahmad ad-Dardir dijelaskan, shalawat dgn redaksi tersebut dinamakan sebagai shalawat Kamaliyah dan merupakan salah satu redaksi shalawat yg paling mulia. Sebagian ulama mengatakan pahalanya setara dgn membaca 70.000 kali shalawat, ada yg mengatakan 100.000 kali. (Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Afdhalusshalât ‘Alâ Sayyidis Sâdât, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2016], halaman 104).
Kedua, menolak lupa. Sebagai manusia, tentu sifat lupa ialah hal wajar. Tetapi, tentu ketajaman ingatan ialah keunggulan tersendiri yg banyak diidamkan orang. Salah satu khasiat shalawat Kamaliyah ialah mampu menolak lupa.
Dalam kitab Sa’âdatuddârain Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani menjelaskan, shalawat Kamaliyah yg dinisbatkan kepada Nabi Khidir as ini memiliki khasiat mampu menolak lupa. Dalam salah satu riwayat dikisahkan sosok Syekh Ali Syibromalisi yg (wafat 1087 H) mengalami kebutaan. Di suatu hari Jumat sebelum melaksanakan shalat, Syekh Ali bertamu ke rumah Syihab al-Khaffaji. Syekh Ali pun dipersilahkan duduk di sebuah kursi, sementara Syihab duduk di hadapannya dan bertanya kepada Syekh Ali perihal persoalan-persoalan pelik. Hebatnya, Syekh Ali mampu menjawab setiap persoalan yg diajukan beserta menyebutkan sumber kitab (buku) pengambilannya, lengkap pula dgn sanad-sanadnya.
Â
Pada Jumat berikutnya, Syekh Ali melakukan hal yg sama. Ia juga ditanyai hal-hal sulit dan menjawabnya dgn menyebutkan rujukan kitab beserta sanad-sanadnya, sebagaimana Jum’at lalu. Kemudian, beliau pun ditanya, mengapa dapat sehabat itu. Padahal ia buta, tetapi seperti orang yg mampu melihat dgn baik.
Syekh Ali pun menjawab dgn mengungkapkan kisahnya. Dulu, ia mempunyai seorang kawan setia yg selalu bersama dalam menuntut ilmu. Akan tetapi kedunya terpaksa berpisah sebab ia memutuskan buat belajar ilmu ramal—ilmu yg digunakan buat mengetahui kejadian yg mau datang dgn menggaris di atas pasir, termasuk juga ilmu perbintangan—. Dengan kondisi matanya yg buta, hal ini terlalu sulit bagi Syekh Ali. Â
Ia pun mendatangi gurunya, menceritakan apa yg sedang terhadi pada dirinya, dan meminta sang guru buat mengajari ilmu ramal itu. Namun, sang guru menolak, menyadari bahwa Syekh Ali tak mungkin mampu memahami ilmu tersebut, sebab buat memahaminya harus dgn penglihatan. Sementara ia tak dapat melihat. Syekh Ali pun merasa sangat kecewa. Saking sedihnya, ia mogok makan selama dua hari.Â
Â
Suatu saat datanglah seorang laki-laki, dan berkata, “Tidak apa-apa, wahai Ali.†Lalu laki-laki itu menasihatinya, mengatakan bahwa ilmu ramal tak baik buat di dunia maupun akhirat. Jangan sampai bergantung pada ilmu tersebut. Ia lalu menawarkan sebuah amalan sebagai gantinya, dgn syarat Syekh Ali tak lagi berniat buat mendalami ilmu ramal.
“Beri aku faedah (amalan) tersebut, aku berjanji padamu (tak mau lagi berniat mendalami ilmu ramal),†mantap Syekh Ali.
Laki-laki itu pun memberikan Syekh Ali shalawat yg memiliki khasiat buat menolak lupa. Dengan cara dibaca antara waktu Maghrib dan Isya tanpa dibatasi bilangan tertentu. Redaksi shalawat itu ialah sebagai berikut:
اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠عَلَى Ù…ÙØَمَّد٠وَ عَلَى اٰلÙه٠كَمَا لَا Ù†Ùهَايَةَ Ù„ÙكَمَالÙÙƒÙŽ ÙˆÙŽ عَدَدَ كَمَاٰلÙÙ‡Ù
Allâhumma shalli ’alâ Muḫammadin wa ‘alâ âlihi kamâ lâ nihayata likamâlika ‘adada kamâlihi
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Baginda Nabi Muḫammad ﷺ, dan juga kepada keluarganya, sebagaimana kesempurnaan-Mu yg tanpa batas, dan sebanyak bilangan kesempurnaannya ﷺ. (Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Sa’âdatuddârain fish Shalâti ‘alâ Sayyidil Kaunain, [Beirut, Dârul Kutub al-‘Ilmiyyah: 2012], halaman 306). Wallâhu a’lam.
Â
Â
Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, Alumnus Pesantren KHAS Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta.
Â
Â