Tata Cara Talqin Kalimat Tauhid di Telinga Orang Sekarat

Orang yg sedang menghadapi kematian dianjurkan buat melazimkan bacaan kalimat tauhid, “Lā ilāha illallāh.” Sejumlah hadits menerangkan keutamaan ucapan kalimat tauhid sebagai kalimat terakhir yg diucapkan seseorang.

Hal ini mudah dipahami mengingat kalimat tauhid merupakan kalam paling mulia. Tidak ada kalimat yg lebih mulia dari kalimat tauhid. Oleh sebab itu, Rasulullah menyebut pahala surge bagi mereka yg mengakhiri ucapannya dgn kalimat tauhid.

وإذا حضره النزع، فليكثر من قول لا إله إلا الله، ليكون آخر كلامه. فقد روينا في الحديث المشهور في سنن أبي داود وغيره، عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

Artinya, “Bila seseorang mengalami sakaratul maut, hendaklah memperbanyak bacaan kalimat ‘Lā ilāha illallāh’ supaya kalimat tauhid menjadi kalimat terakhir yg diucapkannya. Sungguh telah diriwayatkan dalam hadits masyhur dalam Sunan Abu Dawud dan lainnya, dari sahabat Mu’adz bin Jabal RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa saja yg ucapan terakhirnya ‘Lā ilāha illallāh’, niscaya ia masuk surga,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 121).

Rasulullah SAW bahkan menganjurkan kepada keluarga atau orang terdekat buat menalqin atau menuntun kalimat tauhid secara perlahan di telinga orang sekarat yg tak lagi mampu mengucap kalimat tauhid sendiri.

وروينا في صحيح مسلم وسنن أبي داود، والترمذي، والنسائي وغيرهما، عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لقنوا موتاكم لا إله إلا الله

Artinya, “Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan selainnya dari sahabat Abu Said Al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Bimbing orang mati kamu buat mengucap ‘Lā ilāha illallāh,’’” (An-Nawawi, 1971 M/1391 H: 121).

Ulama memberikan panduan menalqin orang yg sedang sakaratul maut. Menurut mereka, talqin bukan dimaknai sebagai ucapan tauhid yg terus menerus sampai orang yg sekarat mengembuskan nafas terakhir.

Talqin hanya bersifat memastikan kalimat tauhid sebagai ucapan terakhir orang yg sekarat buat mengejar keutamaan kalimat tauhid. Meski setelah mengucapkan kalimat tauhid tak ada kalimat lain dari orang yg sekarat sampai ia mengembuskan nafas terakhirnya, maka keutamaan kalimat tauhid telah tercapai. Jadi talqin bukan dimaknai sebagai tindakan menghujani orang sekarat dgn kalimat tauhid sebagai pengisi luang sampai ajal tiba.

قال العلماء فإن لم يقل هو لا إله إلا الله لقنه من حضره، ويلقنه برفق مخافة أن يضجر فيردها، وإذا قالها مرة لا يعيدها عليه، إلا أن يتكلم بكلام آخر

Artinya, “Ulama berkata, bila orang yg sedang mengalami sakaratul maut tak mengucapkan ‘Lā ilāha illallāh,’ orang yg hadir di dekatnya boleh menuntunnya. Ia dapat menuntun orang tersebut dgn lembut sebab khawatir membuatnya panik lalu menolak kalimat tauhid. Kalau orang yg bersangkutan telah mengucapkan kalimat tauhid sekali, orang yg menuntunnya tak perlu mengulanginya kecuali ia mengucapkan kalimat lainnya (kalimat duniawi),” (An-Nawawi, 1971 M/1391 H: 121).

Demikian tata cara talqin yg dibimbing oleh ulama. Sedangkan talqin sendiri bersifat sunnah. Bukan berarti orang yg tak menyudahi ucapannya dgn kalimat tauhid lalu menjadi kafir atau su’ul khatimah. Semoga penjelasan ini dapat dipahami dgn baik supaya tak terjadi salah paham dalam pemahaman dan pengamalan talqin. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.