Tambak dalam perikanan ialah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yg diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur). Hewan yg dibudidayakan ialah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dgn air payau atau air laut. Kolam yg berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.
Â
Untuk perikanan tambak, ada sejumlah praktik yg umum berlaku di masyarakat, antara lain sebagai berikut:
- Para petambak kadang memperoleh bibit ikan dari hasil pembenihan sendiri.
- Para petambak kadang memperoleh bibit ikan dari hasil membeli kepada petani bibit.
Â
Urudl al-Tijarah dari Perikanan Tambak dan Empang atau Kolam
Dengan mencermati uraian mengenai asal bibit ikan itu diperoleh, maka status urudl al-tijarah (harta niaga) dari petambak di atas dapat diperinci sebagai berikut:
- Untuk petambak dgn model bibit yg diperoleh dari hasil pembenihan sendiri, maka haul (masa satu tahun) urudl al-tijarah dihitung sejak mulai panen pertama, yg kemudian sebagian hasil panen itu disisihkan buat diputar sebagai modal usaha lagi.
- Untuk model bibit yg kedua, maka haul urudl al-tijarah dihitung sejak mulai diterimanya (qabdlu) bibit yg dibeli dan hendak dibudiidayakan.
Â
Â
Hal-hal yg Dihitung sebagai Urudl al-Tijarah dalam Perikanan
Dengan mencermati 6 syarat mengenai urudl al-tijarah atau aset dagang, maka hal-hal yg dapat dimasukkan sebagai urudl al-tijarah, antara lain:
- Biaya pembelian benih ikan
- Aktiva lancar berupa tagihan ke pembeli hasil produk dan dapat diharapkan penunaiannya di dalam haul itu
- Utang produksi sebagai faktor pengurang besaran urudl al-tijarah
Â
Ketiga biaya ini merupakan bagian dari modal disebabkan sebab telah disiapkan sejak awal oleh petambak dan diperoleh dgn jalan dibeli (mu’awadlah). Adapun biaya penyediaan tambak/kolam, mencakup biaya sewa tambak atau kolam, tak masuk dalam bagian urudl al-tijarah dgn alasan merupakan tempat.
Â
Â
Dasar Pengambilan Hukum
Â
معنى عروض التجارة: العروض جمع عَرَض (بÙتØتين): Øطام الدنيا، وبسكون الراء: هي ما عدا النقدين (الدراهم الÙضية والدنانير الذهبية) من الأمتعة والعقارات وأنواع الØيوان والزروع والثياب ونØÙˆ ذلك مما أعد للتجارة. ويدخل Ùيها عند المالكية الØلي الذي اتخذ للتجارة. والعقار الذي يتجر Ùيه صاØبه بالبيع والشراء Øكمه Øكم السلع التجارية، ويزكى زكاة عروض التجارة. أما العقار الذي يسكنه صاØبه أو يكون مقراً لعمله كمØÙ„ للتجارة ومكان للصناعة، Ùلا زكاة Ùيه.
Â
“Makna dari urudl al-tijarah. Urudl ialah jama’ dari ‘aradl (dgn dua fathah hurufnya), ialah materi duniawi. Bila dibaca dgn sukun ra’-nya, maka ia diartikan sebagai segala sesuatu selain naqdain (dirham yg terbuat dari perak, dan dirham yg terbuat dari emas) mencakup segala harta, kebun, atau berbagai jenis hewan, tanaman, pakaian, dan sejenisnya, dan disiapkan buat maksud diperdagangkan. Menurut Malikiyah, masuk dalam kategori urudl ialah perhiasan yg dibeli buat maksud dijual kembali. Adapun kebun yg niat diniagakan oleh pemiliknya, baik dgn jalan menjual atau membeli, maka secara hukum ia menempati aset niaga, oleh sebabnya wajib dizakati sebagai harta dagang. Adapun kebun (tanah) yg dijadikan tempat tinggal oleh pemiliknya, atau sebagai tempat bekerja, maka kedudukannya menyerupai tempat dagang atau tempat produksi. Alhasil, tak wajib dizakati.†(Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, juz 3, h. 1866).
Â
Â
Ustadz Muhammad Syamsudin, Peneliti Bidang Ekonomi Syariah – Aswaja NU Center PWNU Jatim
Â
Uncategorized