Membahas tentang Viral Serial Laygan Putus, Berikut Istilah & Hukum Pelakor dalam Islam

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Viral Serial Laygan Putus, Berikut Istilah & Hukum Pelakor dalam Islam,

Akhir-akhir ini web series yg berjudul Laygan Putus sedang marak-maraknya diperbincangkan netizen. Sehingga membangkitkan kembali statement-statement tentang istilah pelakor atau perebut laki orang itu tak dapat dianggap remeh.

Pelakor ialah wanita fasik yg berniat jelek mau merusak rumah tangga orang lain. Wanita ini menggoda laki-laki yg telah beristri tentu dgn cara yg tak baik, dan tanpa adanya hubungan pernikahan.

Dalam web series tersebut sangat jelas bahwa seorang pelakor yg diperankan oleh Lidya (Anya Geraldine) dapat merusak rumah tangga Kinan (Putri Marino) dan Aries (Reza Rahadian) hingga membuat Kinan kehilangan calon bayi yg dikandungnya.

Hal ini ialah akibat dari perbuatan serong Aries bersama Lidya yg membuat Kinan murka sehingga memiliki kesehatan yg tak baik buat mental seorang ibu hamil.

Istilah dan Hukum Pelakor dalam Islam

Istilah pelakor dalam Islam ialah takhbib, yg berarti merusak hubungan istri dgn suaminya. Perbuatan seperti ini sangat dikecam oleh Islam. Hal ini berdasarkan dari hadis Abu Hurairah radiiyallahu:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, Barang siapa menipu dan merusak (hubungan) seorang hamba dari tuannya, maka ia bukanlah bagian dari kami. Dan barang siapa merusak (hubungan) seorang wanita dari suaminya, maka ia bukanlah bagian dari kami”.

Berdasar hadis tersebut, maka diketahui bahwa cinta menurut Islam dan juga merebut suami orang dgn tujuan merusak rumah tangga supaya dapat menikah dgn orang tersebut ialah haram hukumnya. 
Ditegaskan, bahwa Islam memberi larangan buat berbuat hal yg merusak hubungan suami istri dan menjadi dosa yg tak terampuni di mata Allah Swt.

Hadis di atas juga sebagai pengingat buat semua orang supaya dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan yg dilakukan. Termasuk merusak rumah tangga orang, sebab hal ini sangat dibenci oleh Allah Swt dan merupakan perbuatan yg haram. 
 

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Viral Serial Laygan Putus, Berikut Istilah & Hukum Pelakor dalam Islam . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang NasDem & Media Group Gelar Selawat Demi Keselamatan Bangsa 

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang NasDem & Media Group Gelar Selawat Demi Keselamatan Bangsa ,

Partai NasDem menggelar acara selawatan di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kompleks Media Group, Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa 11 Januari 2022. Acara ini sebagai momentum doa bersama di awal tahun demi keselamatan bangsa.

Dalam acara ini, Partai NasDem mengundang Jemaah Putri Mahabbah Rosul (Jamuri) Surakarta buat berselawat bersama. Ketua Jamuri, Sekhah Wal Afiah, memimpin pembacaan Maulid Al-Barzanji yg berisi doa, pujian, dan riwayat Nabi Muhammad ﷺ.
 
“Terima kasih Jamuri diberi izin berselawat di masjid penuh barokah ini,” ujar Sekhah Wal Afiah, ketika mau membuka selawat di Masjid Nursiah Daud Paloh seperti dilansir dari Medcom.id.

Sekhah secara simbolis menyerahkan Maulid Al-Barzanji kepada Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat (Rerie), yg hadir di lokasi. Di hadapan jemaah, Rerie berharap kehadiran dan selawat yg dilantunkan Jamuri dapat memberi keberkahan dan kebaikan berlipat.

embed
 
“Semoga kehadiran Jamuri memberikan keberkahan bagi semua dan izinkanlah saya mewakili Media Group dan Fraksi Partai NasDem menyampaikan terima kasih,” jelasnya.
 
Anggota DPR Fraksi Partai NasDem, Eva Yuliana, menjelaskan Jamuri ialah salah satu pihak yg melestarikan selawat di Kota Solo. Kehadiran Jamuri pun diharapkan menambah suasana damai terlebih di masa pandemi.

“Acara ini mendoakan semuanya lewat selawat. Jamuri mau hantarkan memasuki 2022 ini dgn berselawat. Diharapkan kita dapat berkah lebih dan rahmat berlimpah,” terang Eva.
 
Selain memberi keberkahan, selawat bersama ini diharapkan menjadi momentum mengingat dan mendalami sifat-sifat Nabi ﷺ buat diteladani.

Tak hanya anggota pengajian Jamuri, turut hadir dalam selawat bersama tersebut keluarga besar Media Group, serta sejumlah anggota DPR dan istri anggota DPR dari Fraksi Partai NasDem.

Artikel ini telah tayg di Medcom.id dgn judul; Jamuri Surakarta Berselawat di Masjid Nursiah Daud Paloh

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang NasDem & Media Group Gelar Selawat Demi Keselamatan Bangsa  . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Khutbah Jumat: Bertaubatlah Sebelum Hati Berkarat & Terkunci!

Tidak selayaknya manusia menunda-nunda bertaubat. Dalam naskah khutbah Jumat ini umat Islam diingatkan bahwa dosa yg dilakukan terus-menerus dapat menyebabkan tertutupnya hati. Jika Allah telah menutup hati maka Allah mau menguncinya.

 

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Bertaubatlah Sebelum Hati Berkarat dan Terkunci!”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، الَّذِيْ أَعَزَّنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَكْرَمَنَا بِالْإِيْمَانِ، وَنَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْاٰنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ نِالَّذِي عَلَا النُّجُوْمَ وَالْكَوَاكِبَ الْعِظَامَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، بُدُوْرِ التَّمَامِ وَشُمُوْسِ دِيْنِ الْإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مَثِيْلَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ 

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (التحريم: ٨)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yg penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi buat senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dgn melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yg diharamkan.

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

إنَّ المُؤْمِنَ إِذَا أذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ فَإِذَا تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَعْتَبَ صُقِلَ قَلبُهُ وَإِنْ زَادَ زادَتْ حَتَّى يُغْلَقَ قَلْبُهُ فَذَلِكَ الرّانُ الَّذِي قَالَ اللهُ تَعَالَى: كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (المطففين: ١٤)

 

Maknanya: “Sesungguhnya seorang mukmin bila ia berbuat dosa, ditorehkan noktah hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat dan berhenti mengerjakan dosa, hatinya dibersihkan. Namun bila ia terus berbuat dosa maka noktah hitam itu juga bertambah sehingga ditutup hatinya. Itulah penutup hati yg difirmankan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya: ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yg mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka’.” (HR Ash-hab as-Sunan)

 

Dosa bila dilakukan terus-menerus maka pada akhirnya qalbu (hati) mau ditutup oleh Allah ta’ala. Jika qalbu telah ditutup oleh Allah maka Allah mau menguncinya. Ketika itulah iman tak mau menemukan jalan menuju qalbu, dan kufur tak mau dapat lepas darinya, sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabari rahimahullah dalam Tafsir ath-Thabari. Karenanya, tak selayaknya seseorang mengabaikan taubat meskipun kemudian ia mengulang dosa kembali. Karena taubat ialah pembersih dosa dari hati. Jangan sekali-kali seseorang mengatakan, “Untuk apa aku bertaubat, aku telah bertaubat dari banyak dosa sebelumnya, tapi aku mengulangi lagi perbuatan dosa setelah menyesal dan bertaubat, taubatku tak ada gunanya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاؤُوْنَ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ (رواه الترمذي)

 

Maknanya: “(Sebagian besar) anak Adam itu pelaku kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan ialah mereka yg bertaubat” (HR at-Tirmidzi)

 

Hadirin Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Taubat hukumnya wajib dilakukan seketika begitu seseorang melakukan dosa, baik dosa besar maupun kecil. Janganlah kita meremehkan sebuah maksiat lalu kita lalui begitu saja tanpa taubat. Janganlah kita melihat besar kecilnya maksiat yg kita lakukan. Tapi hendaklah kita melihat kepada siapa kita bermaksiat. Sesungguhnya kita bermaksiat kepada Allah, Tuhan yg menciptakan kita dan menganugerahkan berbagai nikmat dan rezeki kepada kita.

 

Bersegeralah buat bertaubat dari semua dosa dgn cara:

 

  1. Meninggalkan dosa.
  2. Menyesal sebab kita tak menjaga hak Allah yg telah menciptakan kita dan mengaruniakan banyak nikmat yg tak terhitung, lalu kita gunakan nikmat-nikmat itu dalam berbuat maksiat kepada-Nya.
  3. Bertekad bulat dalam hati buat tak mengulangi lagi maksiat yg kita lakukan sebelum ajal menjemput. Kita tak pernah tahu kapan kita meninggalkan dunia yg sementara ini.

 

Allah ta’ala berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ (التحريم: ٨)

 

Maknanya: “Wahai orang-orang yg beriman! Bertaubatlah kepada Allah dgn taubat yg semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu mau menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai” (QS at-Tahrim: 8)

 

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Jika maksiat yg kita lakukan berupa meninggalkan perkara yg fardhu seperti meninggalkan shalat lima waktu maka wajib kita qadha’. Dan bila maksiat kita berkaitan dgn hak sesama hamba maka diterimanya taubat kita disyaratkan harus mengembalikan hak-hak mereka dan melepaskan diri dari tanggungan terhadap mereka.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ (رواه البخاري)

 

Maknanya: “Barang siapa yg memiliki tanggungan kezaliman kepada saudaranya maka hendaklah ia meminta kehalalan darinya sebab sesungguhnya di akhirat dinar dan dirham tiada guna, sebelum diambil kebaikannya buat diberikan kepada saudaranya. Jika ia tak memiliki kebaikan maka diambil-lah dosa-dosa saudaranya lalu ditimpakan kepadanya” (HR al-Bukhari).

 

Kezaliman yg dimaksud dalam hadits ialah seperti mencaci, memakan harta orang lain tanpa hak, membicarakan keburukannya dan lain sebagainya. Jika seseorang memiliki tanggungan kezaliman kepada orang lain dan ia mati sebelum menyelesaikannya tanpa udzur (tanpa sebab yg dibenarkan oleh syariat) maka orang-orang yg ia zalimi pada hari kiamat mau mengambil kebaikan orang yg berbuat zalim. Jika kebaikannya tak mencukupi maka dosa orang yg dizalimi diambil dan diberikan kepadanya lalu ia dilemparkan ke api neraka.

 

Hadirin rahimakumullah,

Segeralah kita bertaubat sebelum kematian menyergap kita. Kematian mau membuka kedok kita. Dan pengadilan akhirat mau membeberkan dosa-dosa yg pernah kita lakukan di dunia. Tiada seorang pun yg dapat menolong kita.

 

Hadirin rahimakumullah,

Janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, sebanyak apapun dosa dan maksiat yg pernah kita lakukan. Allah ta’ala menegaskan:

 

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ (الزمر: ٥٨)

 

Maknanya: “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yg melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayg”  (QS az-Zumar: 53).

 

Janganlah kita mengatakan, “Aku tak mau diampuni oleh Allah, Allah pasti mau menyiksaku saking banyaknya dosaku.” Haram hukumnya dan termasuk dosa besar apabila seseorang berburuk sangka kepada Allah seperti ini. Inilah yg disebut para ulama dgn al-qunuth min rahmatillah (berputus asa dari rahmat Allah). Kita tak mau pernah tahu apa yg mau Allah perbuat terhadap diri kita. Bagaimana mungkin kita memastikan bahwa Allah mau menyiksa kita?. Allah memang Syadid al ‘Iqab (siksanya pedih), tapi ia juga Ghafur Rahim (Maha Pengampun dan Maha Penyayg).

 

            Begitu juga sebaliknya. Janganlah kita lepas kendali hingga banyak melakukan maksiat tanpa bertaubat, dgn bersandar dan bergantung kepada rahmat Allah. Janganlah kita mengatakan, “Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayg, Dia pasti tak mau menyiksaku meskipun aku banyak melakukan maksiat.” Hal seperti ini disebut oleh para ulama dgn al aman min makrillah (merasa aman dari siksaan Allah). Hukumnya juga haram dan termasuk dosa besar.

 

Yang semestinya ialah kita posisikan diri kita di antara khauf (takut) dan raja’ (berharap). Takut terhadap siksa Allah dan di sisi yg lain tetap berharap rahmat, ampunan dan pahala dari-Nya.

 

Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:

 

إِنَّ اللهَ يُملِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ (رواه مسلم)

 

Maknanya: “Sesungguhnya Allah menangguhkan balasan terhadap orang yg zalim sehingga ketika (waktunya tiba) Allah tak mau melepasnya (membalasnya dgn siksaan)” (HR Muslim).

 

Oleh sebab itu, janganlah seorang pelaku maksiat tertipu sebab balasan siksa dari Allah tak kunjung datang menimpanya. Lalu dia terus berbuat maksiat dan berbuat zalim tanpa bertaubat dan tanpa takut terhadap siksa Allah. Jika balasan siksa dari Allah betul-betul datang mengenainya, dia pasti binasa dan tak dapat mengelak.

 

Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda dalam hadits qudsi: Allah ta’ala berfirman:

 

يَا ابْنَ ءَادَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي، غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ ءَادَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ، يَا ابْنَ ءَادَمَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ)  

 

Maknanya: “Wahai manusia, sungguh selama engkau berdoa kepada-Ku dan mengharap ampunan-Ku maka Aku mau mengampunimu atas dosa-dosa yg engkau lakukan, dan banyaknya dosamu tak berpengaruh bagi-Ku. Wahai manusia, bila dosamu memenuhi bumi dan angkasa sehingga ia naik ke langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku maka Aku mau mengampunimu, dan banyaknya dosamu tak berpengaruh bagi-Ku. Wahai manusia, seandainya engkau datang kepada-Ku dgn dosa yg memenuhi bumi kemudian engkau meninggal dalam keadaan tak menyekutukan-Ku dgn sesuatu pun, niscaya Aku mau memberimu ampunan yg sepadan”  (HR at-Tirmidzi).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yg penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto


Baca naskah khutbah lainnya:


​​​​​​​

Membahas tentang Ini Pahala yg Dijanbilan Allah kepada Orang yg Mengajak pada Kebaikan

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Ini Pahala yg Dijanbilan Allah kepada Orang yg Mengajak pada Kebaikan,

Berbuat baik merupakan perilaku terpuji dan hal positif. Mengapa demikian? Banyak amalan sunah yg dapat dilakukan dalam memperoleh pahala. Mengajak ke dalam kebaikan misalnya.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surah Al Maidah ayat 2:

“Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan dalam ketakwaan.” (QS. Al Maidah: 2)

Diriwayatkan dalam kitab Sahih Muslim, dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu (RA), bahwa Rasul ﷺ bersabda:

“Barang siapa mengajak menuju hidayah, maka baginya pahala sebagaimana orang yg mengamalkannya, pahala-pahala mereka tiada mengurangi sedikit pun dari pahalanya. Dan barang siapa mengajak menuju kesesatan, maka baginya dosa sebagaimana dosa orang yg mengikutinya, dan dosa tersebut tak mengurangi sedikit pun dosanya.” 

Kami telah meriwayatkan dalam kitab Sahih Muslim dari Ibnu Mas'ud al-Anshari al- Badari, bahwa Rasul ﷺ bersabda: 

“Barang siapa yg menunjukkan pada kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yg mengamalkannya.”

Suatu ketika diceritakan, dari Abdullah bin Abbas, ia mengatakan, 

“Nabi Shallallahu alaihi wasallam (SAW) memasuki kamar kecil kemudian aku meletakkan air buat beliau wudu, ketika beliau keluar bertanya, 'siapa yg meletakkan air ini?'

Lalu, beliau bersabda sembari mendoakan, “Ya Allah, semoga Engkau jadikan dia orang yg pandai.”

Sepadan, riwayat Bukhari menambahkan, “Pandaikan dalam urusan agama.”

Sementara, diriwayatkan dalam kitab Sahih Bukhari-Muslim dari Sahl bin Sa'id Radiyallahu anhu (RA), bahwa Rasul bersabda:

“Demi Allah, bila Allah Swt memberi hidayah kepada satu orang sebab kamu, maka lebih baik bagi kamu ketimbang onta merah (harta bangsa Arab paling mewah waktu itu) yg menyenangkan.”

Selanjutnya, diriwayatkan dalam Sahihain, Rasul bersabda: 

“Allah itu pada pertolongan hamba, selagi hamba tersebut menolong saudaranya.”

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Al-Adzkar An-Nawawiyah karya al-Imam Abi Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Ini Pahala yg Dijanbilan Allah kepada Orang yg Mengajak pada Kebaikan . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang tiga Hikmah Membahagiakan Anak-anak

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang tiga Hikmah Membahagiakan Anak-anak,

– Islam merupakan agama yg sangat menekankan tentang pentingnya menebar kasih sayg kepada siapapun. Cinta kasih orang tua kepada anak merupakan salah satunya.

Nabi Muhammad ﷺ juga telah memberikan teladan tentang kasih sayg kepada anak-anak. Bahkan, Nabi akhir zaman itu dijuluki sebagai bapak para anak yatim.

Banyak hadis yg menjelaskan betapa Rasulullah ﷺ menyaygi dan mengistimewakan anak-anak. Salah satunya ialah hadis yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سُوقٍ مِنْ أَسْوَاقِ المَدِينَةِ ، فَانْصَرَفَ فَانْصَرَفْتُ ، فَقَالَ : أَيْنَ لُكَعُ – ثَلاَثًا – ادْعُ الحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ . فَقَامَ الحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ يَمْشِي وَفِي عُنُقِهِ (وهو نوع من الطيب الصلب) ونحوه، وليس فيها من اللؤلؤ والجوهر شيء> السِّخَابُ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ هَكَذَا ، فَقَالَ الحَسَنُ بِيَدِهِ هَكَذَا ، فَالْتَزَمَهُ فَقَالَ : اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ ، وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُ

“Saya pergi bersama Rasulullah ﷺ pada suatu waktu di siang hari tetapi dia tak berbicara dgn saya dan saya tak berbicara dgnnya sampai dia mencapai Pasar Banu Qainuqa`. Dia kembali ke tenda Fatimah dan berkata, “Apakah orang kecil (artinya Al-Hasan) di sana?” Kami mendapat kesan ibunya telah menahannya buat memandikan dan mendandaninya dan menghiasinya dgn karangan bunga manis.

Tidak banyak waktu yg telah berlalu sampai dia (Al-Hasan) datang berlari hingga keduanya saling berpelukan, kemudian Rasulullah ﷺ berkata, “Ya Allah, aku mencintainya, cintai dia dan cintai orang yg mencintainya.” (HR Muslim)

Melansir dari berbagai sumber, merangkum hikmah yg mau didapat seseorang yg membahagiakan anak-anak:

1. Ditempatkan rumah di surga

Bagi para orang tua atau orang dewasa lainnya yg selama hidup selalu membahagiakan anaknya sendiri maupun anak-anak yg kurang beruntung mau ditempatkan di dalam rumah kegembiraan.

Diriwayatkan Imam Abu Ya’la dari Aisyah RA, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ في الجنة دارا يقال لها دار الفرح لا يدخلها إلا من فَرَّحَ الصبيان

“Sesungguhnya di surga ada satu rumah yg bernama Rumah Kegembiraan. Tiada yg memasukinya kecuali orang yg menggembirakan anak-anak kecil.”

2. Dihapuskan dosanya

Dalam kitab Qâm‘uith Tughyân, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah menceritakan, bahwa ada seorang tamu datang kepada baginda Nabi Muhammad ﷺ buat melaporkan bahwa ia telah melakukan perbuatan maksiat, dan meminta kepada Nabi supaya memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa tamu tersebut.

Sebelum permintaan itu dipenuhi, Rasulullah ﷺ pun bertanya kepada si tamu tersebut, “maksiat apa yg telah kamu lakukan? “Saya malu mengungkapkan perbuatan maksiat tersebut, Ya Rasulullah ﷺ,” Jawab si Tamu. Kemudian Nabi mendesak, “Kenapa kau harus malu menceritakan di depan saya tentang dosa-dosa yg telah kamu perbuat, sedangkan kepada Allah Swt yg selalu memantaumu tak malu?” Setelah itu Rasulullah ﷺ meminta kepada si tamu buat segera pergi. “Pergilah, sebelum api neraka datang ke sini sebab ulah dosa-dosamu!” Akhirnya si tamu tersebut pergi sambil menangis dgn perasaan sedih bercampur kecewa.

Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril datang dan menegur Nabi, “Ya Muhammad janganlah membuat si tamu yg melakukan maksiat merasa sedih dan putus asa, sebab si tamu telah membayar kafarat (denda) atas dosanya, walaupun dosa tersebut besar”. Nabi Muhammad ﷺ pun bertanya, “Apa kafaratnya?

“Kafaratnya ialah anak kecil. Ketika tamu yg datang tadi tiba di rumahnya, tiba-tiba ada anak kecil mencegatnya dan meminta sesuatu yg dapat dimakan. Akhirnya tamu itu memberikan makanan. Lantas anak itu pergi dgn perasaan senang dan bahagia. Itulah kafarat atas dosa si tamu,” jelas Malaikat Jibril kepada Rasulullah ﷺ.

3. Memperoleh rahmat dari Allah Swt

Dalam suatu majelis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kepada seluruh sahabat dgn mengatakan, “Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka. Allah ‘Azza wa Jalla memberi rahmat kepada seseorang yg membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.”

Salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara membantu anakku sehingga ia dapat berbakti kepadaku?” Nabi ﷺ menjawab, “Menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tak membebaninya dgn beban yg berat, dan tak pula memakinya dgn makian yg melukai hatinya.” (HR Abu Daud)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang tiga Hikmah Membahagiakan Anak-anak . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Ini Ciri Amal Ibadah Terbaik dalam Islam

Sering kali kita jumpai, asumsi orang bahwa amal atau ibadah terbaik ialah amal yg paling berat. Semakin berat semakin baik. Sebaliknya, semakin ringan semakin diremehkan. Dari asumsi seperti ini kadang muncul sikap meremehkan amal ibadah yg sekilas tampak ringan dan remeh. Padahal amal seperti itu justru berpotensi menjadi amal terbaik.

Ada al-Haula binti Tuwait ra—perempuan suku Qurais yg masih satu garis keluarga dgn Sayyidah Khadijah ra namun baru masuk Islam setelah hijrah ke Madinah—, salah satu dari deretan sahabat yg sangat terkenal sebagai ahli ibadah di kota Nabi saw.

Suatu ketika Al-Haula mengunjungi Sayyidah Aisyah ra. Lalu ketika Nabi saw datang, Al-Haula segera berdiri dan bergegas pergi. Melihat hal itu, Nabi saw pun bertanya kepada Sayyidah Aisyah ra, “Siapa itu?”

“Itu ialah orang yg paling giat ibadahnya di kota Madinah,” jawab Aisyah ra penuh respek terhadap al-Haula ra, sebagaimana diriwayat oleh al-Hasan bin Sufyan.

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, Sayyidah Aisyah menyebutkan orang itu ialah al-Haula binti Tuwait yg setiap malam di tak pernah tidur—sebab shalat semalam sbuat—sebagaimana kabar dari para sahabat lainnya. Namun mendengar jawaban seperti itu justru Nabi saw tak respek dan bahkan mengingkarinya. Tampak pula muram ketidaksetujuan di wajah beliau.

Nabi saw pun meresponnya secara verbal: “Tidak tidur? Lakukanlah amal ibadah semampu kalian. Demi Allah, Allah tak mau pernah bosan (memberi pahala) sampai kalian sendiri yg bosan (beribadah),” (An-Nawawi, al-Minhâj Syarh Shahih Muslim, [Beirut: Dârul Ihyâ-it Turâts al—‘Arabi: 1392 H], juz VI, halaman 73; dan Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bâri, [Beirut, Dârul Ma’rifah: 1379 H], juz I, halaman 101).

Dalam konteks seperti inilah di kemudian hari Imam Thawus bin Kaisan, tokoh besar ahli fiqih generasi tabiin, menegaskan ibadah terbaik ialah ibadah yg paling ringan. Ia berujar:

أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ أَخَفُّهَا

Artinya, “Ibadah terbaik ialah ibadah yg paling ringan.”

Maksudnya, ibadah yg paling ringan dan paling disukai oleh hati lebih berpotensi besar dapat dilakukan secara istiqamah dan berkelanjutan. Bahkan dapat menjadi kebiasaan dan karakter yg mendarah daging padanya. Demikian dijelaskan oleh Abu Yusuf Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya, At-Tamhid. (Ibnu Abdil Bar al-Qurthubi, At-Tamhîd limâ fil Muwattha’ minal Ma’âni wal Asânîd, [Mu’assasah Qurthubah], juz I, halaman 196).

Karena itu, semestinya orang tak meremehkan amal sekecil atau seringan apapun baik amal ritual maupun amal sosial. Sebab, justru amal yg paling ringan ialah amal terbaik yg lebih mudah dilakukan secara istiqamah sehingga mau membawa hight impact atau dampak besar dalam perbaikan diri bagi pelakunya. Wallâhu a’lam.

 

Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online.

Membahas tentang Allah Membenci Orang Tidur Tengkurap, Kenapa?

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Allah Membenci Orang Tidur Tengkurap, Kenapa?,

Tidur merupakan salah satu aktivitas yg tak dapat diabaikan. Sebab, tidur sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia buat mengembalikan energi setelah sepanjang hari beraktivitas.

Selaku umat Muslim, ada beberapa hal yg perlu diketahui dalam tidur. Salah satunya posisi tidur yg hampir semua orang mengabaikan hal tersebut sebab terlihat sepele.

Diambil dari sabda Rasulullah ﷺ yg menyebutkan:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى بَطْنِهِ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ لَضِجْعَةٌ مَا يُحِبُّهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Amru berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melewati seorang laki-laki yg tidur dgn posisi tengkurap maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ini ialah posisi tidur yg tak disukai oleh Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Ahmad)

Berdasarkan hadis ini, Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa Allah Swt tak menyukai orang yg tidur dgn posisi tengkurap. Oleh sebab itu, Rasulullah pun tak menyarankan tidur dgn posisi seperti demikian.

Bukan itu saja, hadis di atas juga dikuatkan oleh salah satu hadis yg menyebutkan alasan Allah membenci tidur dgn posisi tengkurap. 

Rasulullah ﷺ bersabda:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ طِخْفَةَ الْغِفَارِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي
أَنَّهُ ضَافَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ نَفَرٍ قَالَ فَبِتْنَا عِنْدَهُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ يَطَّلِعُ فَرَآهُ مُنْبَطِحًا عَلَى وَجْهِهِ فَرَكَضَهُ بِرِجْلِهِ فَأَيْقَظَهُ فَقَالَ هَذِهِ ضِجْعَةُ أَهْلِ النَّارِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Zuhair yaitu Ibnu Muhammad, dari Muhammad bin 'Amr bin Al Halhalah dari Nu'aim bin Abdullah dari Ibnu Thihfah Al Ghifari berkata; telah mengabarkan kepadaku bapakku pernah dia mendatangi Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersama beberapa orang. Dia berkata; lalu kami menginap di tempat beliau.

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam keluar pada malam hari, memeriksa tamu-tamunya yg setengah tidur. Ternyata dia tengkurap pada wajahnya, beliau menyentuhnya dgn kaki beliau, membangunkannya dan bersabda: “Ini ialah cara berbaring penduduk neraka.” (HR. Ahmad)

Maka dapat disimpulkan bahwa posisi tidur tengkurap merupakan hal yg dibenci oleh Allah sebab sesungguhnya itu ialah cara berbaring penduduk neraka. Jika dilihat dari segi kesehatannya, tidur tengkurap memang tak bagus. Karena dgn posisi itu dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, terutama dapat menghambat kerja jantung dan pernapasan.

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Allah Membenci Orang Tidur Tengkurap, Kenapa? . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Nabi Muhammad Larang Umat Islam Membunuh Katak, Ini Alasannya

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentang Nabi Muhammad Larang Umat Islam Membunuh Katak, Ini Alasannya,

Sebagaimana yg kita ketahui, Al-Quran telah memosisikan hewan dalam kedudukan lebih rendah dari manusia. Tapi hal tersebut tak berarti membenarkan manusia buat berbuat seenaknya terhadap hewan. 

Dalam Islam, hidup saling mencintai dan saling mengasihi bukan hanya buat sesama manusia saja. Melainkan kepada hewan pun hendaknya melakukan hal yg sama. Karena semua makhluk yg ada di muka bumi ini ialah ciptaan Allah Swt yg senantiasa memuji-Nya.

Bercerita tentang hewan, ada salah satu hewan yg benar-benar dijaga kehidupannya dalam Islam. Seperti yg terdapat dalam salah satu sabda Rasulullah ﷺ:

أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ خَالِدٍ الْقَارِظِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُثْمَانَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ قَتْلِ الضِّفْدَعِ

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami 'Ubaidullah bin Abdul Majid telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'id bin Khalid Al Qarizhi dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abdurrahman bin Utsman bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang buat membunuh katak. (HR. Darimi)

Hadis di atas menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ melarang umatnya membunuh katak. Siapa sangka, hewan yg dianggap biasa saja mendapatkan tempat khusus di mata Baginda Nabi ﷺ.

Hadis lain juga menyebutkan bahwa suara katak yg kita dengar ialah tasbih. Inilah salah satu penyebab dilarangnya membunuh katak.

عن عَبد الله بن عَمْرو ، أنه قال : لاَ تقتلوا الضفادع فإن نقيقها تسبيح

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata, “Janganlah kalian membunuh katak, sebab suaranya ialah tasbih”. (HR. Al Baihaqi)

Selain hadis di atas, ada sebuah kisah yg menceritakan tentang seekor katak membawa air di mulutnya, lalu memercikkannya ke arah api yg membakar Nabi Ibrahim AS. Oleh sebab itu, hendaklah kita sebagai manusia menyaygi sesama makhluk hidup lainnya. Karena Allah tak mau sia-sia dalam menciptakan mereka.

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentang Nabi Muhammad Larang Umat Islam Membunuh Katak, Ini Alasannya . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Membahas tentang Mengenal Dunia Metaverse & Basis Akadnya

Dunia metaverse ialah dunia baru berbasis teknologi digital. Sebagai dunia baru, dalam dunia metaverse, diperkenalkan suatu mode kehidupan versi baru, tak sebagaimana fisiknya. Untuk dapat merambah kehidupan tersebut dibutuhkan sebuah teknologi yg dapat memperantarainya, antara lain headset, kacamata augmented reality (kacamata virtual), aplikasi telepon pintar, dan beberapa perangkat lainnya.

 

Metaverse ini merupakan sebuah lompatan teknologi virtual, yg dari sebelumnya berbasis dua dimensi (2D) beralih menjadi 3 dimensi (3D). Teknologi 2D dicirikan oleh kemampuan hanya dapat melihat dan mendengar saja dalam suatu layar kaca. Namun, dgn teknologi 3D, seseorang mau diperkenalkan pada kesan bahwa ia sekaligus menjadi subjek (pelaku) di dalamnya.

 

Yang penting buat kita catat ialah bahwa dunia metaverse ini ialah bukan dunia fisik, melainkan virtual. Segala sesuatu yg berkaitan dgn dunia virtual ialah tak memungkinkan buat diputusi dgn menggunakan kaidah hukum fisik, misalnya seperti bai’ (jual beli). Alhasil, minimal akad yg terbentuk di dalam dunia metaverse ialah akad ijarah (sewa manfaat/jasa) dan cabangnya (furu’-nya), seperti halnya akad kafalah dan ju’alah.

 

Metaverse dan Jasa

Sebagai dunia tak kasat mata maka dunia metaverse ialah perkembangan dari dunia pemrograman (programming). Dunia ini dibentuk oleh aktivitas pengodingan (coding), yg mana bahasa yg digunakan ialah hasil pengolahan dari bahasa sandi (code). Disebut sebagai bahasa, sebab ada efek keputusan hasil akhirnya dan dapat direspons oleh suatu perangkat.

 

Suatu misal, aplikasi Al-Qur’an Digital. Aplikasi ini disusun dgn menggunakan bahasa coding yg dienkripsi dalam suatu pemrograman, sehingga menyabilan tampilan wujud fisik menyerupai Al-Qur’an. Para penginstalnya dapat membaca Al-Qur’an lewat aplikasi tersebut, sehingga mengurangi wujud mushaf yg ditulis secara fisik dgn bahan dasar kertas dan tinta.

 

Aplikasi Al-Qur’an semacam ini merupakan aset manfaat. Ia dapat dijual/disewakan sebab memiliki nilai amal (operasional). Kendati ketika ini, kecenderungan yg berlaku ialah aplikasi tersebut disampaikan secara open source sehingga dapat diunduh secara gratis, mau tetapi andaikata pihak developernya mau menjual pun, hukumnya ialah boleh seiring ada manfaat syaiin (manfaatnya sesuatu) yg dimilikinya.

 

Sudah barang tentu, maksud dari “sesuatu” (syaiin) di sini ialah bahasa pemrogramannya. Jadi, karakteristiknya ialah bersifat terikat dgn manfaatnya yg berupa amal (fungsional) dari bahasa pemrograman tersebut. Bukti pendukungnya ialah bila bahasa pemrogramannya keliru dalam penginputan, maka hilanglah karakteristik fungsionalnya (amalnya). Sebaliknya, apabila benar dalam pengiputan, maka tampak nyata adanya amal (fungsionalnya) dari program tersebut. Kita umumnya menyebutnya sebagai ketidak-eroran sistem.

 

Tidak operasionalnya bahasa coding, menjadi alasan bagi disematkannya istilah ketiadaan manfaat. Dengan demikian, keberadaannya menjadi tak berlaku lagi sebagai aset manfaat (jasa). Sebaliknya, operasionalnya input bahasa coding, menandakan adanya asas manfaat di dalamnya. Wallahu a’lam bish shawab.

 

Muhammad Syamsudin, Peneliti BidangEkonomi Syariah – Aswaja NU Center PWNu Jatim


Membahas tentang Kisah Abu Bakar Mendapat Julukan Ash-Shiddiq & Al-‘Atiq

Dalam tradisi bangsa Arab, dikenal dgn yg namanya laqab (julukan). Salah satu fungsi laqab disematkan pada seseorang ialah sebagai bentuk pujian atas keluhuran tabiatnya. Syekh Yahya bin Syarafuddin al-Imrithi dalam petikan nadham Imrithi-nya mengatakan,

فَمَا بِمَدْحٍ أَوْ بِذَمٍّ مُشْعِرُ ¤ فَلَقَبٌ وَالاِسْمُ مَا لاَ يُشْعِرُ

Artinya: “Isim yg menunjukkan sanjungan atau hinaan disebut alam laqab, dan alam asma tak menunjukkan makna hinaan atau pun sanjungan (nama biasa).”

Rasulullah saw juga sering memberikan julukan kepada para sahabat sebagai bentuk sanjungan sesuai dgn keunggulan yg dimiliki. Seperti Umar bin Khattab yg dijuluki al-Faruq (pembeda antara kebenaran dan kebatilan), Khalid bin Walid yg dijuluki Saifullah (pedang Allah), dan Hamzah bin Abdul Muthalib yg dijuluki Asadullah (macan Allah).

Sebagai sahabat Nabi yg paling utama, Abu Bakar juga memiliki julukan khusus, yaitu ash-Shiddiq dan al-‘Atiq. Berikut penjelasan arti serta alasan penyematan kedua julukan tersebut.

Ash-Shiddiq

Ash-Shiddiq memiliki arti orang yg sangat jujur atau banyak membenarkan. Abu Bakar mendapat julukan ini sebab merupakan sahabat Nabi yg paling mempercayai Nabi, bahkan terkait hal-hal yg tak masuk akal sekalipun. Seperti pernah dikisahkan ketika setelah peristiwa isra mi’raj. Dalam satu malam, Rasulullah melakukan perjalanan kilat dari Makkah ke Baitul Maqdis, dan dilanjut perjalanan langit dgn segala keajaibannya. 

Keesokan harinya, Nabi Muhammad menceritakan kepada penduduk Makkah apa yg baru saja dialaminya semalam. Bukan malah tambah beriman, penduduk Makkah justru banyak yg tak percaya. Yang tadinya suka mencela Nabi semakin heboh mengolok-olok sebab mendapat momen emas buat mencela sang nabi. 

Parahnya lagi, orang-orang yg imannya lemah menjadi murtad sebab terhasut dan menganggap Nabi Muhammad sebagai pendusta. Dalam keadaan yg demikian genting, Abu Bakar muncul dgn gagah dan penuh percaya diri membenarkan apa saja yg Rasulullah sampaikan tanpa tapi. Sejak kejadian itu, Nabi menjulukinya ash-Shiddiq.

Dalam hadits riwayat Siti Aisyah dijelaskan,

لَمَّا أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى، أَصْبَحَ يُحَدِّثُ بِذَلِكَ النَّاسَ، فَارْتَدَّ نَاسٌ مِمَّنْ كَانَ آمَنَ وَصَدَّقَ بِهِ وَفُتِنُوا، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنِّي لأُصَدِّقُهُ فِيمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ، أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِ السَّمَاءِ غَدْوَةً أَوْ رَوْحَةً، فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقَ 

Artinya: “Begitu Nabi melakukan isra ke Masjid al-Aqsha, paginya ia kabarkan hal itu kepada warga (Makkah). (Saking tak percayanya), sampai-sampai mereka yg tadinya beriman dan mempercayai Nabi menjadi murtad. Mereka celaka. Abu Bakar pun berkata, ‘Aku membenarkannya pada perkara yg lebih dari pada itu, aku membenarkannya tentang wahyu yg ia terima dari langit di pagi atau pun sore hari’. Oleh sebab itu, Abu Bakar dinamakan ash-Shiddiq.” (Ibnul Atsir, Usdul Ghabah fi Ma’rifatish Shababah, juz III, h. 310)

Sementara Imam an-Nawawi dalam Tadzhibul Asma wal Lughat juga menegaskan,

وأجمعت الأئمة على تسميته صديقًا. قال على بن أبى طالب، رضى الله عنه: إن الله تعالى هو الذى سمى أبا بكر على لسان رسول الله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – صديقًا، وسبب تسميته أنه بادر إلى تصديق رسول الله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ولازم الصدق، فلم يقع منهم هناة ولا وقفة فى حال من الأحوال. 

Artinya: “Para imam (ulama) sepakat atas julukan ash-Shiddiq pada Abu Bakar. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra pernah mengatakan, ‘Sesunngguhnya Alllah lah yg memberi nama (julukan) ash-Shidddiq memalui perantara Rasulullah saw.’ Sebab penamaan itu sebab Abu Bakar merupakan orang yg selalu terdepan dalam membenarkan Nabi dan tak sekali pun dia mendustakannya.” (An-Nawawi, Tadzhibul Asma wal Lughat, juz II, h. 181)

Al-‘Atiq

Julukan yg dimiliki Abu Bakar berikutnya ialah al-Atiq. Ulama berbeda pendapat apa yg menyebabkan ia dijuluki dgn nama ini. Ada yg mengatakan sebab wajah Abu Bakar tampan rupawan. Pendapat ini menurut Laits bin Sa’ad, Ahmad bin Hambal, Ibnu Mu’in, dan lainnya. 

Ada pula yg mengatakan sebab Abu Bakar merupakan orang yg terdepan dalam hal kebaikan. Pendapat ini menurut Abu Nu’aim al-Fahdl bin Dukain. Sementara versi lain mengatakan sebab Abu Bakar terlahir dari nasab yg suci sebab nasab nenek moygnya terhindar dari perbuatan zina. Ada juga yg mengatakan sebab Abu Bakar telah mendapat jaminan terbebas dari siksa neraka. (As-Suyuti, Tarikhul Khulafa, h. 27)

Penyebutan julukan ini juga disebut dalam beberapa hadits, salah satunya ialah hadits Aisyah berikut,

والله إني لفي بيتي ذات يوم ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- وأصحابه في الفناء والستر بيني وبينهم إذ أقبل أبو بكر، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “من سره أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر

Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku sedang berada di rumahku pada suatu hari, sementara Rasulullah saw dan beberapa sahabat berada di halaman. Di antara aku dan mereka tertutup oleh pembatas. Tiba-tiba datang Abu Bakar, lalu Nabi bersabda, ‘Siapa yg senang melihat orang yg terbebas (‘atiq) dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar.” (HR Al-Hakim)

Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta