Pentingnya Ijazah dalam Ilmu Hikmah

ilmu hikmahDalam kamus bahasa Indonesia ijazah diartikan sebagai izin yang diberikan oleh seorang guru kepada muridnya untuk mengajarkan ilmu yang diperoleh si murid dari gurunya. Ada juga yang berpendapat bahwa ijazah merupakan pernyataan pemberian ilmu atau wewenang dari seorang guru kepada murid.

Definisi lain mengatakan bahwa Ijazah adalah suatu tindakan berisyarat pemberian hak/izin suatu amalan dan ilmu spiritual dari seorang yang ahli (Guru) kepada seorang Murid. Ada yang lebih mengkhususkan lagi pengertian Ijazah yaitu pemberian hak suatu amalan dan penanaman benih suatu ilmu dari ruh seorang guru ke dalam ruh seorang murid tanpa terikat di dalam suatu tindakan kewajiban dan khidmat.

Secara singkat ijazah merupakan izin seorang guru kepada murid untuk melakukan sebuah amalan. Dalam sebagian pandangan kaum sufi, pemberian ijazah kepada murid hukumnya adalah wajib karena orang yang mempelajari ilmu hikmah berkaitan erat dengan spiritual yang berhubungan dengan hal-hal ghaib.

Maka dari itu, izin dari seorang guru yang berupa ijazah kepada muridnya sangatlah diperlukan agar mendapatkan bimbingan dan arahan dari seorang guru agar kelak tidak tersesat oleh tipu daya setan maupun jin kafir.

Kisah Tentang Ijazah

Sebuah cerita cukup menarik yang perlu kita simak. Seorang yang bernama Abu Nahar mengamalkan berbagai amalan dan wirid-wirid bersumber dari suatu kitab, tanpa mendapat ijazah dari seorang guru. Abu Nahar melakukan amalan selama 20 tahun lamanya.

Dalam melakukan amalan, dia merasa mengalami peristiwa-peristiwa ghaib. Misalnya dia selalu dijaga oleh 7 malaikat penjaga asma’, memperoleh bimbingan khusus secara ghaib dari seorang waliyullah (kekasih Allah), bertemu dengan khodam penjaga surah Al-Fatihah dan Al-Ikhlas.

Suatu hari Abu Nahar bertemu dengan Syaikh Aqil Al–Munbaj kemudian bertanya kepadanya, ”Wahai Abu Nahar, amalan apa yang kau lakuka selama 20 tahun ini?” Abu Nahar menjawab, “Aku mengamalkan surah Al–Fatihah dan Al–Ikhlas beserta doanya yang aku dapatkan dari Kitab Nuuan.”

Lalu Syaikh Aqil menengadahkan kepalanya ke arah langit dan berkata, “Janganlah sekali–kali kamu tertipu daya oleh setan seperti ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu (Adam dan Hawa) dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada kedua auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka (Q.S. Al – A’raf : 27).”

Seketika itu pula Abu Nahar terjatuh tak sadarkan diri. Syaikh Aqil lalu mengusap wajahnya, memukul dadanya dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh orang – orang sekitarnya dan lalu pergi meninggalkannya.

Ketika sadar, beberapa orang menghampiri Abu Nahar dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu Nahar, apa yang dilakukan oleh Syaikh Aqil tadi kepadamu?” Abu Nahar pun menjawab, “Ketika Syaikh Aqil menatap langit, sesungguhnya aku melihat para malaikat turun membawa cahaya.”

Lalu Syaikh Aqil mengambilnya dan memasukkannya ke dalam pikiranku. Maka terlihatlah olehku apa yang ada di ujung barat hingga ujung timur. Lalu ia memukul keluar apa yang setan tanam di dalam hatiku dan menggantinya dengan benih–benih mahabbah.

Kemudian Syaikh Aqil berkata kepadaku, “Wahai Abu Nahar, janganlah engkau mencari cinta Allah dengan ada tujuan maksud, karena setiap langkah nafsu pasti diikuti oleh setan. Sesungguhnya batas perbedaan antara yang haq dan yang batil adalah segaris benang tipis, dan apa yang engkau peroleh selama ini adalah sesuatu yang batil. Dan janganlah mempelajari sesuatu amalan tanpa adanya perhatian (bimbingan) dari seorang Syaikh (Guru).”

Dari kisah tersebut bahwa jelas ijazah sangatlah penting diberikan oleh guru kepada muridnya dalam mengamalkan sebuah amalan ilmu hikmah. Sebuah ilmu spiritual yang tidak bisa begitu saja langsung dipelajari melalui sumber literatur, tetapi harus dengan ijazah dari seorang guru yang benar-benar mengetahuinya. Dengan adanya guru, tentu seorang murid akan dibimbing dan diarahkan sehingga ilmu yang dipelajarinya akan menajdi berkah dan jauh dari tipu daya setan.

Peran Ijazah

Ijazah sangat berperan dalam belajar ilmu hikmah. Tanpa izin atau ijazah yang diberikan seorang guru, akan menjadi sia-sia kelimuan yang dipelajarinya. Menjadi suatu keistimewaan dan kebanggan tersendiri ketika seseorang diberikan sebuah amalan yang memiliki fungsi atau hikmah tertentu sehingga memperoleh manfaat yang diharapkannya.

Melakukan beberapa amalan tanpa ijazah akan berdampak buruk terhadap pengamalnya. Ada beberapa risiko yang akan dialami oleh para pelaku amalan tanpa izin seorang guru. Hal ini karena tidak ada suatu bimbingan seorang guru spiritual. Beberapa risiko suatu amalan tanpa adanya ijazah di antaranya adalah kegilaan, mudah emosi, rawan kerasukan, dan kurangnya berkah dari ilmu yang dipelajari.

Dengan demikian, ijazah memiliki peran dan fungsi yang sangat vital dalam melakoni sebuah amalan ilmu hikmah yang merupakan sebagai nur ilahiah. Di samping itu, ijazah mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Beberapa fungsi ijazah adalah untuk menyambungkan garis silsilah keguruan, mendapat keberkahan dalam mengamalkan ilmu yang akan diamalkan, terjaga dari gangguan jin yang menyamar menjadi khodam ilmu yang akan diamalkan, mendapat keramat atau energi besar dari Guru sebelumnya, dan mendapat maqom atau derajat amalan yang mirip dengan Guru guru sebelumnya

Syaikh Abu Thalib Al–Makki mengatakan bahwa setiap ilmu spiritual pastilah mempunyai kedudukannya sendiri di sisi Allah SWT. Maka dari itu, untuk bisa menguasai ilmu spiritual dengan sempurna, dibutuhkan bantuan seseorang yang sudah sampai derajat maqamnya pada ilmu tersebut.

Dalam hal ini, ijazah seorang guru yang telah sampai pada derajat keilmuan dibutuhkan agar si murid mampu menguasai ilmunya secara sempurna. Namun jika tidak memperoleh suatu Ijazah dari seorang guru yang menjadi ahli dalam ilmu spiritual tersebut, maka pastilah si murid akan sangat kesulitan untuk menguasai ilmunya, akan tersesat di jalan setan, bahkan berbahaya pada kelangsungan hidupnya sehingga mengakibatkan ketidakberkahan dalam hidupnya.





Artikel, ILMU HIKMAH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.