– H Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) menyampaikan, jumlah masjid dapat jadi Indonesia ialah juaranya dari semua negara di jagat dunia ini. Hampir di setiap kampung, masjid berdiri.
Kegiatan pembangunan masjid, kata Gus Miftah, nyaris tidak
pernah berhenti. Hal ini dapat dilihat dari kotak amal pembangunan masjid yg
tidak sulit dijumpai di sejumlah titik, di pinggir jalan, dan di mulut gang.
Dan masyarakat yg berniat membangun masjid, pasti selesai.
“Umat Islam Indonesia memang senang bangun masjid,†ujarnya saat
memberikan tausiyah di lapangan Ambulu, Kabupaten Jember Jawa Timur, dikutip
dari situs resmi NU, Senin 2 September 2019.
Menurutnya, Nabi Muhammad dalam mengembangkan dakwahnya
memang pertama kali yg menjadi prioritas ialah membangun masjid.
“Sebab, masjid merupakan pusat kekuatan umat Islam yg
tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai tempat
konsolidasi dan pengembangan ekonomi umat,†ujarnya.
“Jadi fungsinya banyak masjid itu, dan itulah fungsi masjid
di zaman Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam,†tambahnya.
Gus Miftah mengaku bersyukur dgn ghirah umat Islam
Indonesia yg gemar membangun masjid. Namun semangat membangun masjid harus
berbanding lurus dgn semangat buat memakmurkan masjid.
“Dan justru yg harus dipikirkan ialah setelah membangun
masjid, dalam pengertian memakmurkannya. Membangun masjid justru lebih ringan
dari pada memakmurkan masjid. Sebab, membangun masjid cuma satu kali, tapi
memakmurkan masjid butuh perhatian selamanya,†terangnya.
“Di indonesia, semangat buat memakmurkan masjid masih
kurang,†jelasnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengaku heran dgn keengganan
sebagian masyarakat buat datang (memakmurkan) masjid. Sebab kondisi masjid
saat ini bagus-bagus.
“Dulu, walaupun lantainya terdiri dari pasir, tapi semangat
para sahabat buat memakmurkan masjid luar biasa,†ujar Gus Miftah.
“Mereka rajin sujud di situ, sampai-sampai dahinya hitam.
Sekarang sujud di marmer, sajadah, tapi kita masih enggan di masjid,â€
ungkapnya.
Kehadiran Gus Miftah cukup menjadi perhatian masyarakat.
Lapangan yg terletak di depan masjid itu, dipadati hadirin. Dan seperti
biasa, dalam ceramahnya Gus Miftah kerap menyelingi dgn lagu-lagu Jawa
bernada kritik sosial.