Keislaman Sahabat Anshar & Kesabaran Dakwah Rasulullah

Islam menjadi agama yg sangat besar, disegani, dan sangat pesat perkembangannya tak lepas dari perjuangan Rasulullah saw yg sangat sabar, tabah dan penuh keistiqamahan. Tak henti-hentinya beliau menyerukan ajaran Islam yg santun, ramah dan penuh dgn kesopanan kepada masyarakatnya. Meskipun pada awalnya upayanya tak membuahkan hasil yg signifikan, namun semangatnya tetap menggelora, tak berkurang sedikit pun.

Dakwah yg diajarkan Rasulullah saw tak hanya mengandalkan kesopanan dan kebijakan.  Rasulullah saw juga menyampaikan dakwah dgn kecerdasan. Hal itu terlihat dalam dakwahnya yg dilakukan bertepatan dgn momentum perkumpulan masyarakat Arab dan sekitarnya, bahkan seluruh pelosok negeri, yaitu musim haji. Setiap musim haji Rasulullah saw memperkenalkan diri kepada orang-orang yg datang ke Masjidil Haram dari berbagai suku yg berbeda-beda. Beliau membacakan Al-Qur’an dan mengajak mereka mengesakan Allah swt. Hanya saja, tak seorang pun menyambut ajakannya.

Ketika menyampaikan risalah kenabian, tak sesekali Rasulullah saw memberikan iming-iming imbalan surga bagi yg mau menerima ajaran yg dibawanya dan neraka bagi yg menolaknya. Namun apa yg disampaikan Rasulullah saw kepada masyarakat jahiliyah hanya dianggap sekadar berita usang. Tak ada satu orang pun yg menerima ajakannya.

 

Meski ajakan dakwahnya sering dihiraukan dan dicampakkan oleh masyarakat Arab saat itu, semangat dan ketabahan Rasulullah saw sama sekali tak berkurang. Ia selalu berusaha dan berdoa dgn penuh istiqamah supaya dakwah yg dibawanya dapat diterima oleh masyarakat. Penolakan masyarakat terhadap dakwahnya tak lantas membuat dirinya menyerah dan berhenti buat menyampaikan kebenaran ajaran Islam.

Penentangan Abu Lahab 
Di sisi yg lain, Abu Lahab yg terus mengawasi gerak-gerik Rasulullah saw juga berusaha buat meyakinkan masyarakat Arab supaya tak menerima dakwahnya. Setiap kali bertemu dgn masyarakat Arab, Abu Lahab mengatakan: “Jangan turuti kata-katanya, sebab ia murtad dan pembohong!”

Abu Lahab selaku tokoh yg berpengaruh mendapatkan respon positif dari masyarakat Arab. Hoax dan ujaran kebenciannya kepada Rasulullah saw membuat banyak orang menolak dakwah Islam secara kasar. Bahkan tak hanya sesekali masyarakat Arab menyakiti Rasulullah saw ketika menyampaikan dakwahnya.

Keislaman Sahabat Anshar 
Syekh Said Ramadhan al-Buthi dalam kitab Sirah-nya menyebutkan, pada tahun ke-11 kenabian, Rasulullah saw memberikan tawaran kepada berbagai suku buat membela dan melindunginya, sebagaimana yg beliau lakukan setiap tahun. Ketika berada di Aqabah (antara Mina dan Makkah, tempat melempar jumrah Aqabah), Rasulullah saw bertemu sekelompok orang dari suku Khazraj yg dikehendaki kebaikan oleh Allah dgn masuk Islam. 

Rasulullah bertanya, “Siapa kalian?”

Mereka menjawab, “Kami orang Khazraj.”

“Apakah kalian sekutu kaum Yahudi?” tanya Rasulullah kembali.

“Ya”, jawab mereka.

“Maukah kalian duduk dan berbincang?” pinta Rasulullah

“Iya, kami mau”, pungkas mereka.

Setelah mereka duduk, Rasulullah saw mengajak mereka menyembah kepada Allah, masuk Islam, dan membacakan Al-Quran kepada mereka.

Menurut Al-Buthi, salah satu faktor yg memengaruhi suku Khazraj sehingga berkenan menerima Islam ialah kedekatannya dgn kaum Yahudi. Sudah diketahui bahwa kaum Yahudi ialah Ahli Kitab yg dikenal sebagai kelompok yg berilmu. Apabila terjadi pertentangan atau peperangan antara Yahudi dan pribumi Madinah, orang Yahudi kerap mengancamnya dgn mengatakan: 

 

“Sekarang mau muncul seorang nabi, setelah sekian lama tak ada nabi yg diutus. Kami mau mengikutinya. Bersama nabi itu kami mau menumpas kalian, seperti ditumpasnya kaum Ad dan Iram!”

Tatkala Rasulullah saw berbicara dan mengajak mereka masuk Islam, mereka saling berpandangan, lalu berkata: “Ketahuilah, demi Allah, inilah nabi yg kerap disebutkan kaum Yahudi buat mengancam kita. Jangan sampai mereka mendahului kita dalam mengikutinya.”

Mereka pun menyambut ajakan Rasulullah saw buat masuk Islam dan berkata:

 

“Kaum kami ialah kaum yg kerap bermusuhan dan berbuat buruk satu sama lain. Semoga Allah mempersatukan mereka melalui dirimu. Kami mau menemui mereka dan mengajak mereka buat mengikutimu. Kami juga mau memberikan tawaran kepada mereka agama yg telah kami terima ini. Jika Allah mempersatukan mereka di bawah kepimpinanmu, maka tak ada orang yg lebih perkasa ketimbang Engkau!”

Kemudian mereka pulang dan berjanji kepada Rasulullah saw buat bertemu lagi pada musim haji berikutnya. (Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sîratin Nabawiyyah, [Bairut, Darul Fikr: 2013], halaman 130-131).

Peristiwa keislaman suku Khazraj pun tersebar di Madinah. Kemudian banyak masyarakat Arab dan Madinah yg masuk Islam. Pada musim haji berikutnya, 12 laki-laki kota Madinah mendatangi Rasulullah saw di Aqabah. Inilah Baiat Aqabah Pertama. Menurut cattan Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, peserta Baiat Aqabah pertama saat itu antara lain ialah As‘ad bin Zurarah, Rafi’ bin Malik, Ubadah bin Ash-Shamit dan Abu Al-Haitsam bin At-Tihan. (Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Rahîqul Makhtûm, [Qatar, Wazâratul Auqâf, 2007], halaman 147).

Pada momentum itu, Rasulullah saw bersabda:

 

تَعَالَوْا بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوا بِاللهِ شَيْئًا، وَلَا تَسْرِقُوا وَلَا تَزْنُوا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ، وَلَا تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ، وَلَا تَعْصُونِي فِي مَعْرُوفٍ. فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ. وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ بِهِ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ لَهُ كَفَّارَةٌ. وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَسَتَرَهُ اللهُ فَأَمْرُهُ إِلَى اللهِ، إِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ وَإِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ. (رواه البخاري)

 

Artinya, “Kemarilah kalian berbaiat kepadaku buat tak menyekutukan Allah dgn apa pun, tak mencuri, tak berzina, tak membunuh anak-anak kalian, tak berdusta buat menutup-nutupi apa yg ada di depan atau di belakangmu, dan tak membangkang perintahku dalam kebaikan. Barangsiapa memenuhi baiatnya maka pahalanya mau diberikan oleh Allah. Barangsiapa melanggar sesuatu dari baiatnya lalu dihukum di dunia, maka hukuman itu menjadi penebus dosa baginya. Barangsiapa melanggar sesuatu dari baiatnya lantas Allah menutupi aibnya, maka urusannya terserah kepada Allah, apakah mengazabnya ataukah memaafkaannya.” (HR al-Bukhari).

 

Setelah itu mereka berbaiat kepada Rasulullah saw buat berjanji mengikuti semua perintahnya.

 

Dari peristiwa baiat yg dilakukan masyarakat Madinah ini diambil pelajaran, dakwah yg dilakukan Rasulullah saw tak sebatas mengajari dua kalimat syahadat kemudian membiarkan mereka melafalkannya berulang-ulang, sementara mereka tetap melakukan kezaliman, penyimpangan, dan berbuat kerusakan. Memang benar, seseorang disebut Muslim setelah mempercayai dua kalimat syahadat, menghalalkan yg halal, mengharamkan yg haram, dan memercayai segala kewajiban. Namun, perilaku yg didasari kepercayaan pada keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad saw merupakan kunci buat membangun komunitas manusia, mewujudkan segala aturan dan prinsipnya, serta menjadikan keputusan hukum dalam segala urusan sebagai wewenang Allah semata. Iman pada keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad saw harus disempurnakan dgn iman pada keputusan Allah dan keharusan mengikuti syariat serta aturan-Nya.

Sebelum kaum Khazraj pulang ke Madinah, Rasulullah saw menugaskan sahabat Mush‘ab bin Umair ra buat pergi bersama mereka guna membacakan Al-Quran dan membantu mereka memahami Islam secara lebih dalam. Karena tugas inilah, Mush‘ab bin Umair dijuluki Muqri’-ul Madînah (Pembaca Al-Quran bagi Penduduk Madinah). (Al-Buthi, al-Buthi, Fiqhus Sîrah, halaman 131).

Keislaman masyarakat Madinah yg kemudian dikenal dgn sahabat Anshar tak hanya tentang mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka memadukan ketetapan hati dan pengucapan lisan, kemudian berbaiat secara lebih detail kepada Rasulullah saw. Dengan begitu, mereka siap mewarnai perilaku mereka dgn ajaran Islam, berpegang teguh pada aturan, akhlak, dan semua prinsip Islam. Rasulullah saw menerima baiat mereka buat tak menyekutukan Allah dgn apa pun, tak mencuri, tak berzina, tak membunuh anak-anak mereka, tak berdusta buat menutup-nutupi apa yg ada di depan atau di belakang mereka, serta tak mengingkari Rasulullah saw dalam segala kepatutan yg ia perintahkan.

Hikmah 
Menurut Syekh Al-Buthi, ada pelajaran penting yg perlu diperhatikan pada kisah di atas. Yaitu bagaimana awal mula perkembangan dakwah Rasulullah saw setelah sekian tahun dari kenabiannya. Kesabaran dan kerja keras telah membuahkan hasil. Ladang dakwah mulai tumbuh subur dan memberikan hasil yg mengembirakan.

Namun perlu diperhatikan dan dijadikan pelajaran,  sebelum terwujud hasil yg mengembirakan ini, kesabaran Rasulullah saw sangat besar dalam menghadapi semua kesulitan dan penderitaan. Rasulullah saw tak hanya berdakwah kepada kaumnya, Quraisy, yg tak pernah berhenti menimpakan derita dan siksaan kepadanya, namun pada setiap musim haji beliau juga terjun menemui berbagai suku yg datang dari luar Makkah, dari segala penjuru daerah. Tak henti-hentinya Rasulullah saw mondar-mandir ke sana kemari melakukan semua itu tanpa seorang pun menyambut seruannya.

11 tahun Rasulullah saw berjuang menghadapi berbagai rintangan dan penderitaan yg sangat berat tanpa mengenal istirahat dan ketenangan. Setiap saat kaum Quraisy terus mencari peluang buat menyakiti bahkan membunuhnya. Namun, semua itu tak mengurangi tekadnya dan tak pula melemahkan semangat juangnya.

 

11 tahun Rasulullah saw menderita keterasingan di tengah kaumnya sendiri dan di antara suku-suku sekitar Makkah. Namun, beliau tak berputus asa. Semua itu tak mempengaruhi tekadnya dan tak mengurangi kedekatannya kepada Allah. Rasulullah saw selalu bersabar. Semua itu merupakan “harga” dan “jalan” bagi tumbuh kembangnya Islam ke seluruh penjuru bumi.

 

Tanpa kesabaran, dan jerih payah, sebenarnya mudah bagi Allah buat menciptakan masyarakat Islam. Namun, inilah sunnatullah yg berlaku pada hamba-Nya. Dia menghendaki supaya penghambaan kepada-Nya terwujud dalam diri Rasulullah saw secara suka rela, didorong dgn tekad dan perjuangan sendiri. (Al-Buthi, Fiqhus Sîrah, halaman 132).

Sunnatullah, Pengajar di Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop, Bangkalan.
 





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.