Momentum khutbah Jumat ialah saat penting mengingatkan umat tentang pesan-pesan ketakwaan, yakni dgn tetap memperhatikan seluruh perintah buat dilaksanakan dan semua larangan buat dihindari. Termasuk sikap-sikap sosial yg menjadi perhatian Islam.
Â
Materi khutbah Jumat yg diangkat kali ini mengulas satu hadits Nabi yg memaparkan tentang empat golongan yg diharamkan masuk neraka. Keempatnya merujuk pada sikap terpuji seorang Muslim sebagai makhluk sosial. Para mustami‘ (penyimak khutbah) diharapkan dapat menghayati pentingnya sifat-sifat baik saat berhubungan dgn orang lain, seperti empati, bersikap egaliter, lembut, gemar menolong, dan sejenisnya.
Â
Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang “4 Golongan yg Diharamkan Masuk Neraka”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Â
Khutbah I
Â
اْلØَمْد٠لله٠اْلØَمْد٠لله٠الّذي هَدَانَا سÙبÙÙ„ÙŽ السّلاَمÙØŒ ÙˆÙŽØ£ÙŽÙْهَمَنَا بÙشَرÙيْعَة٠النَّبÙيّ الكَريمÙØŒ أَشْهَد٠أَنْ لَا اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا الله ÙˆÙŽØْدَه٠لا شَرÙيك لَه، Ø°ÙÙˆ اْلجَلال٠وَالإكْرام، وَأَشْهَد٠أَنّ سَيّÙدَنَا وَنَبÙيَّنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙÙ‡Ù ÙˆÙŽ رَسولÙه، اللّهÙمَّ صَلّ٠و سَلّÙمْ وَبارÙكْ عَلَى سَيّÙدÙنا Ù…ÙØَمّد٠وَعَلَى الÙÙ‡ وَأصْØابÙه٠وَالتَّابÙعينَ بÙØ¥Øْسان٠إلَى يَوْم٠الدّÙين، أَمَّا بَعْدÙ: ÙَيَاأيّÙهَا الإÙخْوَان، أوْصÙيْكÙمْ ÙˆÙŽ Ù†ÙŽÙْسÙيْ بÙتَقْوَى الله٠وَطَاعَتÙه٠لَعَلَّكÙمْ تÙÙْلÙØÙوْنْ، قَالَ الله٠تَعَالىَ ÙÙÙŠ اْلقÙرْان٠اْلكَرÙيمْ: أَعÙوْذ٠بÙالله٠مÙÙ†ÙŽ الَّشيْطَان٠الرَّجÙيْم، بÙسْم٠الله٠الرَّØْمن٠الرَّØÙيْمْ: يَاأَيّÙهَا الَّذÙينَ Ø¢ÙŽÙ…ÙŽÙ†Ùوا اتَّقÙوا الله ÙˆÙŽÙ‚ÙولÙوا قَوْلًا سَدÙيدًا، ÙŠÙصْلÙØÙ’ Ù„ÙŽÙƒÙمْ أَعْمَالَكÙمْ وَيَغْÙÙرْ Ù„ÙŽÙƒÙمْ Ø°ÙÙ†ÙوبَكÙمْ وَمَنْ ÙŠÙØ·Ùع٠الله وَرَسÙولَه٠Ùَقَدْ Ùَازَ Ùَوْزًا عَظÙيمًا. وقال تعالى: يَا اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا اتَّقÙوْا اللهَ Øَقَّ تÙقَاتÙه٠وَلاَ تَمÙوْتÙنَّ Ø¥Ùلاَّ وَأَنْتÙمْ Ù…ÙسْلÙÙ…Ùوْنَ.
Â
صَدَقَ الله٠العَظÙيمْ
Â
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Setelah melaksanakan shalat lima waktu, kita terbiasa berdoa seperti doa yg ada pada surat Al-Baqarah ayat 201:
Â
رَبَّنا آتÙنا ÙÙÙŠ الدّÙنْيا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙŠ الْآخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنا عَذابَ النَّارÙ
Â
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa neraka.”
Â
Pertanyaannya, bagaimana supaya kita terhindar dari siksa neraka? Tentu kita mau menjawabnya sesuai dgn tuntunan Rasulullah Nabi Muhammad ï·º. Beliau telah memberikan beberapa penjelasan, yg mau menghindarkan kita dari siksa neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih yg diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab musnadnya Juz 7 halaman 53 sebagaimana berikut:
Â
ØÙرّÙÙ…ÙŽ عَلَى النَّار٠كÙلّ٠هَيّÙن٠لَيّÙن٠سَهْل٠قَرÙيب٠مÙÙ†ÙŽ النَّاسÙ
Â
“Diharamkan atas api neraka, setiap orang yg rendah hati, lemah lembut, mudah, serta dekat dgn manusia†(HR Ahmad).
Â
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Golongan pertama orang yg tak masuk neraka ialah orang yg rendah hati, tak sombong, dan tak meremehkan orang lain. Menurut Abu Hatim dalam kitab Raudlatul Uqala’ wa Nuzhatul Fudlala’, wajib bagi orang yg berakal buat rendah hati (tawadhu’) dan menjauhi sikap sombong terhadap orang lain. Orang yg rendah hati mau selalu meningkat derajat dan posisinya. Hal tersebut sesuai dgn Sabda Nabi:
Â
وَمَا تَوَاضَعَ Ø£ÙŽØَدٌ Ù„Ùلَّه٠إÙلَّا رَÙَعَه٠اللَّه٠عَزَّ وَجَلَّ
Â
“Tiada orang yg rendah hati sebab Allah kecuali Allah mau mengangkat derajatnya†(HR Ahmad).
Â
Berbeda dgn orang sombong, orang yg menganggap dirinya melebihi terhadap orang lain, merasa dirinya paling benar, ia tak mau dapat merasakan surga Allah ï·». Sebagaimana Sabda Nabi yg diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz 1:
Â
لَا يَدْخÙل٠الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ ÙÙÙŠ قَلْبÙÙ‡Ù Ù…Ùثْقَال٠ذَرَّة٠مÙنْ ÙƒÙبْرÙ
Â
“Tidak mau masuk surga seseorang yg di hatinya terdapat seberat biji kesombongan.â€
Â
Mengapa orang yg sombong tak dapat masuk surga? Menurut Syekh Abdul Aziz dalam kitabnya Mawaridu Dham’an li Durusiz Zaman juz 2, sebab sombong menjauhkan seseorang dari akhlak seorang mukmin. Orang sombong tak dapat mengasihi orang mukmin seperti ia mencintai diri sendiri. Ia tak memiliki sikap rendah hati, erat dgn ujaran kebencian, sikap dendam, marah, iri, dengki, bahkan ekstremisme. Ia juga sulit menerima nasihat kebaikan, tak dapat menahan diri dari amarah, mudah mengumpat, dan meremehkan orang lain. Orang sombong dekat dgn sikap tercela. Sebagaimana sabda Nabi yg diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya:
Â
الْكÙبْر٠بَطَر٠الْØَقّÙØŒ وَغَمْط٠النَّاسÙ
Â
“Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain†(HR Muslim).
Â
Agar terhindar dari kesombongan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyisihkan hartanya setiap hari satu dirham buat memberi makan kepada umat Islam yg membutuhkan serta makan bersama mereka. Selain itu, Gus Baha’ juga memiliki cara supaya tak sombong, yaitu membelanjakan uang pemberian orang fakir, berapa pun jumlahnya, buat membeli kebutuhan pokok. Hal itu dilakukan supaya beliau mengingat pernah makan uang orang fakir. Itu cara beliau supaya dapat terhindar dari kesombongan.
Â
Kedua, layyin, yaitu orang yg lemah lembut dan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Menurut Imam At-Thabari dalam kitabnya Tafsir At-Thabari juz 6, beliau menyampaikan bahwa sifat lemah lembut dan kasih sayg merupakan rahmat dari Allah ﷻ buat umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159:
Â
ÙَبÙمَا رَØْمَة٠مÙÙ†ÙŽ اللَّه٠لÙنْتَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ وَلَوْ ÙƒÙنْتَ Ùَظًّا غَلÙيظَ الْقَلْب٠لَانْÙَضّÙوا Ù…Ùنْ ØَوْلÙÙƒÙŽ
Â
“Dengan rahmat dari Allah ï·» engkau (Nabi Muhammad) lemah lembut terhadap umat, seandainya engkau kaku dan keras hati niscaya umat mau menyingkir darimu.â€
Â
Imam At-Thabari menjelaskan bahwa dgn rahmat dan kasih sayg Allah terhadap Nabi dan umatnya, Rasulullah menjadi pribadi yg penuh kasih sayg, mudah, dan penuh dgn kebaikan. Nabi selalu menahan diri dari kaum yg menyakitinya, mengampuni orang yg berdosa, dan bersikap lunak terhadap umatnya. Seandainya Nabi bersikap keras dan kaku, tentu umat mau meninggalkan Nabi. Namun Allah memberikan rahmat-Nya kepada Nabi dan umatnya, sehingga dgn rahmat Allah, Nabi mengasihi terhadap umatnya.
Â
Tidak hanya itu, sikap lemah lembut dan kasih sayg merupakan prinsip dan pokok dari sebuah kebaikan. terbukti orang yg tak memiliki sikap lemah lembut dan kasih sayg, ia terhalang buat melakukan kebaikan. sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim juz 4 hlm 2003:
Â
مَنْ ÙŠÙØْرَم٠الرّÙÙْقَ، ÙŠÙØْرَم٠الْخَيْرَ
Â
“Barangsiapa tiada memiliki kelembutan, baginya tiada kebaikan†(HR Muslim)
Â
Maksudnya orang tak memiliki sikap lemah lembut dan kasih sayg, ia mau terhalang dari segala kebaikan. sebab kebaikan tiada dapat dilakukan kecuali dgn kelembutan dan kasih sayg.
Â
Ketiga, sahlun, yaitu orang yg mudah, tak sulit, ringan baginya memberikan bantuan terhadap orang lain, baik dgn tenaga, pikiran, maupun harta. Ia ringan memberikan sebagian hartanya buat membantu saudaranya yg membutuhkan, apalagi di masa banyak terjadi musibah saat ini. Bantuan dapat disalurkan secara langsung atau melalui lembaga terpercaya, seperti LAZISNU, BAZNAS, atau lainnya. Tujuannya ialah meringankan saudara kita yg tengah terkena musibah.
Â
Mengapa orang yg ringan membantu saudaranya diharamkan masuk neraka? Karena orang mau memudahkan dan membantu kesulitan orang lain, mau diberikan kemudahan oleh Allah ï·», baik di dunia maupun di akhirat kelak, termasuk kemudahan masuk surga dan terhindar dari neraka. Sebagaimana hadits yg diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim Juz 4 halaman 2074, Nabi bersabda:
Â
 قَالَ رَسÙول٠الله٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ: «مَنْ Ù†ÙŽÙَّسَ عَنْ Ù…ÙؤْمÙÙ†Ù ÙƒÙرْبَةً Ù…Ùنْ ÙƒÙرَب٠الدّÙنْيَا، Ù†ÙŽÙَّسَ الله٠عَنْه٠كÙرْبَةً Ù…Ùنْ ÙƒÙرَب٠يَوْم٠الْقÙيَامَةÙØŒ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى Ù…ÙعْسÙرÙØŒ يَسَّرَ الله٠عَلَيْه٠ÙÙÙŠ الدّÙنْيَا وَالْآخÙرَةÙØŒ وَمَنْ سَتَرَ Ù…ÙسْلÙمًا، سَتَرَه٠الله٠ÙÙÙŠ الدّÙنْيَا وَالْآخÙرَةÙØŒ وَالله٠ÙÙÙŠ عَوْن٠الْعَبْد٠مَا كَانَ الْعَبْد٠ÙÙÙŠ عَوْن٠أَخÙيهÙ
Â
“Barangsiapa menghilangkan kesusahan dari orang mukmin, Allah mau menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa membantu orang yg kesulitan, Allah mau memudahkannya urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim, Allah mau menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah mau selalu melindungi hambanya selama hambanya menolong saudaranya† (HR Muslim).
Â
Keempat, qarib, yaitu akrab, dekat, mengeluarga, pandai berkomunikasi, menyenangkan, dan murah senyum. Selalu menebar salam bila bertemu dgn orang lain. Banyak ajaran Islam yg mengajarkan supaya manusia saling akrab, dekat, dan mengeluarga. Sebagaimana Sabda Nabi yg diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Kitab Shahih al-Bukhari, Juz 1 hlm 12:
Â
لاَ ÙŠÙؤْمÙن٠أَØَدÙÙƒÙمْ، Øَتَّى ÙŠÙØÙبَّ Ù„ÙØ£ÙŽØ®Ùيه٠مَا ÙŠÙØÙبّ٠لÙÙ†ÙŽÙْسÙÙ‡Ù
Â
“Tidak sempurna iman dari kalian hingga kalian mencintai apa-apa bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai apa-apa bagi diri sendiri†(HR al-Bukhari).
Â
Nabi juga menganjurkan umatnya buat saling memberi hadiah. Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Adabul Mufrad, juz 1. Nabi bersabda:
Â
تَهَادÙوا تَØَابّÙوا
Â
“Salinglah memberi hadiah, kalian mau saling mengasihi†(HR al-Bukhari).
Â
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin juz 2 menjelaskan bahwa memberikan hadiah kepada saudaranya sangat dianjurkan oleh agama dgn tujuan buat merekatkan persaudaraan dan kasih sayg. Merekatkan persaudaraan dan persahabatan merupakan salah satu ajaran agama Islam.
Â
Dari sini dapat disimpulkan bahwa anjuran Rasulullah supaya kita tak masuk neraka ialah selalu menjadi manusia yg rendah hati, lemah lembut, memberikan kemudahan, dan akrab dgn orang lain. Semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah supaya kita menjadi manusia yg haram masuk neraka dan dimasukkan surga Allah ï·». Aamiin.
Â
باَرَكَ الله٠لÙيْ وَلكمْ ÙÙÙŠ القÙرْآن٠العَظÙيْمÙØŒ ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙَعَنÙيْ ÙˆÙŽØ¥ÙيّاكÙمْ بÙالآيات٠وذÙكْر٠الØÙŽÙƒÙيْمÙ. إنّه٠تَعاَلَى جَوّادٌ كَرÙيْمٌ Ù…ÙŽÙ„ÙÙƒÙŒ بَرٌّ رَؤÙوْÙÙŒ رَØÙيْمٌ
Â
Khutbah II
Â
اَلْØَمْد٠لله٠عَلىَ Ø¥ÙØْسَانÙه٠وَالشّÙكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙيْقÙه٠وَاÙمْتÙنَانÙÙ‡Ù. وَأَشْهَد٠أَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَالله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَأَشْهَد٠أنَّ سَيّÙدَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ إلىَ رÙضْوَانÙÙ‡Ù. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وÙعَلَى اَلÙه٠وَأَصْØَابÙه٠وَسَلّÙمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙثيْرًا
Â
أَمَّا بَعْد٠Ùَياَ اَيّÙهَا النَّاس٠اÙتَّقÙوااللهَ ÙÙيْمَا أَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكÙمْ بÙأَمْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙدْسÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى Ø¥Ùنَّ اللهَ وَمَلآئÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَسَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلّÙمْ وَعَلَى آل٠سَيّÙدÙناَ Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ وَرÙسÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙمَّ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ أَبÙÙ‰ بَكْر٠وَعÙمَر وَعÙثْمَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØَابَة٠وَالتَّابÙعÙيْنَ وَتَابÙعÙÙŠ التَّابÙعÙيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙاÙØْسَان٠اÙلَىيَوْم٠الدّÙيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يَا أَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
Â
اَللهÙمَّ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَاْلمÙؤْمÙنَات٠وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَاْلمÙسْلÙمَات٠اَلاَØْيآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙمَّ أَعÙزَّ اْلإÙسْلاَمَ وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°Ùلَّ الشّÙرْكَ وَاْلمÙشْرÙÙƒÙيْنَ وَانْصÙرْ عÙبَادَكَ اْلمÙÙˆÙŽØÙ‘ÙدÙيَّةَ وَانْصÙرْ مَنْ نَصَرَ الدّÙيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ دَمّÙرْ أَعْدَاءَ الدّÙيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدّÙيْنÙ. اللهÙمَّ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙتْنَة٠وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً وَسَائÙر٠اْلبÙلْدَان٠اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ اْلآخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْÙÙرْ لَنَا وَتَرْØَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ اْلخَاسÙرÙيْنَ. عÙبَادَالله٠! Ø¥Ùنَّ اللهَ يَأْمÙرÙنَا بÙاْلعَدْل٠وَاْلإÙØْسَان٠وَإÙيْتآء٠ذÙÙŠ اْلقÙرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØْشآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ وَاذْكÙرÙوا اللهَ اْلعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ وَاشْكÙرÙوْه٠عَلىَ Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠أَكْبَرÙ
Â
Dr. Rustam Ibrahim, Dosen IAIN Surakarta, Wakil Katib Syuriah PCNU Boyolali
Baca naskah khutbah Jumat lainnya:
- Khutbah Jumat: Tiga Kunci Utama Pintu Surga
- Khutbah Jumat: Mewaspadai Virus Takabur
- Khutbah Jumat: Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah
Â