Makna Isa sebagai ‘Kalimah’ & ‘Ruh’ dari Allah

Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa: (1) Isa ialah ‘kalimah’ dari Allah yg diberikan kepada Maryam (QS Ali Imran: 45); (2) Pernyataan bahwa Isa ialah ‘kalimah Allah’ (QS An-Nisa’: 171); dan (3) Isa ialah ‘ruh dari Allah’ (QS An-Nisa’: 171).

 

Di samping itu, Al-Qur’an juga menegaskan sisi manusiawi Isa. Sebagaiamana disebut dalam QS Ali Imran: 59 berikut ini:

 

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

 

Artinya, “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah ialah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Jadilah (seorang manusia)!’ Maka jadilah dia.”

 

Pada dasarnya QS Ali Imran: 59 ini merupakan penegasan tentang kemanusiawian Isa Al-Masih. Hal ini buat menjelaskan dan menolak kesalahpahaman masyarakat Nasrani mau keilahian Isa. Kesalahpahaman ini dari perspektif Al-Qur’an disebabkan oleh sebab Isa lahir dgn ajaib tanpa adanya percampuran benih dari ayah dan ibu. Beliau lahir hanya dari ibu saja, yakni Siti Maryam.

 

Namun demikian, beberapa pernyataan Al-Qur’an mengenai Isa Al-Masih di dalam Al-Qur’an disinyalir menyepakati keilahiannya seiring waktu. Misalnya, dgn penarikan kesimpulan logis bahwa: (1) Karena Isa ialah kalimah (firman) Allah (sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an yg dijelaskan di atas), dan (2) Firman itu sebagaimana pula Allah, ialah Allah itu sendiri, maka meniscayakan (3) Isa ialah Allah. Hal ini tentu saja bertentangan dgn misi Al-Qur’an dan agama Islam yg mau menegaskan kemurnian tauhid. Di dalam Islam, keesaan Allah ialah mutlak dan bukan sebagaimana persepsi sebagian kalangan Nasrani yg menyatakan bahwa keesaan Allah itu berada dalam 3 (tiga) pribadi namun satu hakikat.

 

Memang kita menjumpai bahwa di dalam QS Ali Imran: 45 dijelaskan bahwa Maryam diberikan kabar gembira oleh Allah dgn ‘kalimah dari-Nya’ yg bernama Al-Masih Isa bin Maryam:

 

إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

 

Artinya, “(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dgn kelahiran seorang putra yg diciptakan) dgn kalimat (yg datang) ketimbang-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yg didekatkan (kepada Allah).”

 

Jika kita mengamati ayat dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’: 171, kita mau menjumpai hal yg seakan-akan kontradiksi bila kita menerima penjelasan logis di atas. QS An-Nisa’: 171 berisikan penolakan mau sikap orang Yahudi yg menghina Isa Al-Masih, dan sikap orang Nasrani yg berlebihan di dalam memuliakannya sehingga mempertuhankannya. Ayat tersebut dimulai dari seruan: “Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yg benar.” Kemudian dilanjutkan dgn pernyataan: “Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu, ialah utusan Allah dan “kalimat-Nya” yg disampaikan-Nya kepada Maryam, dan “ruh dari-Nya.” Dari penjelasan di atas, maka hal ini terlihat kontradiksi, sebab ayat tersebut dimulai dgn penolakan pemahaman ketuhanan Isa namun kemudian diikuti dgn pernyataan bahwa ia ialah “kalimah-Nya” dan “ruh dari-Nya.” Hal ini terjadi ketika kita menyetujui bahwa bila Isa ialah kalimah (firman) Allah dan firman Allah itu ialah Allah, maka niscaya Isa itu ialah Allah itu sendiri. Naudzubillah.

 

Lalu bagaimana para penafsir menjelaskan kedua ayat ini, yakni QS Ali Imran: 45 dan QS An-Nisa’: 171?

 

Makna “Kalimah Allah”

Melalui penafsiran ayat dgn ayat (tafsir Al-Qur’an bil Al-Qur’an) maka penjelasan “kalimah Allah” sebagaimana dalam QS Ali Imran: 45 dan QS An-Nisa’: 171 dijelaskan melalui QS Ali Imran: 59 ini. Ar-Razi misalkan di dalam Mafatih Al-Ghayb menjelaskan bahwa yg dimaksud dgn ‘kalimah Allah’ di sini ialah pernyataan Allah sebagaimana dalam QS Ali Imran: 59 ini yakni: pernyataan Allah: “jadilah!”.

 

“Kalimah-Allah” kemudian disandangkan sebagai gelar bagi Isa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ar-Razi setaknya disebabkan alasan: bahwa setiap hal pada dasarnya terjadi atas kehendak Allah namun secara alamiah terjadi atas sebab akibat. Namun kejadian Isa ialah terlepas dari sebab alamiah tersebut. Dari sini dapat dikatakan bahwa fenomena yg terjadi pada diri Nabi Isa ialah fenomena yg benar-benar menyatakan kebesaran dan kemahakuasaan Allah.

 

Berdasarkan penafsiran ini maka pernyataan Al-Qur’an sebagaimana dalam QS Ali Imran: 45 ditafsirkan sebagai: “Sesungguhnya Allah memberikan kabar bagimu dgn pernyataan Allah “jadilah!”, seorang anak yg bernama Al-Masih Isa.” Demikian pula terjemah dari QS An-Nisa’: 171 menjadi: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dgn kalimah Allah (jadilah!) yg disampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya.”

 

Makna “Ruh Allah”

Adapun mengenai penafsiran tentang ‘ruh Allah’, para penafsir berbeda-beda dalam memberi penjelasan. Diantaranya ialah:

 

Pertama bahwa dalam kebiasaan masyarakat, istilah ruh identik dgn kecucian dan kemurnian. Maka ketika Isa itu tercipta tanpa adanya benih dari seorang lelaki manapun, dan tercipta dgn lantaran tiupan dari Jibril, hal ini menegaskan bahwa terciptanya Isa ialah atas dasar kesucian dari Allah. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 ialah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dgn kalimah Allah (jadilah!) yg disampaikan kepada Maryam dan atas dasar kesucian dari-Nya.”

 

Kedua bahwa Allah merupakan suatu sebab kehidupan beragama setiap makhluk. Dan Isa sebagai utusan menjadi jalan dari Allah bagi kehidupan beragama umatnya. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 ialah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dgn kalimah Allah (jadilah!) yg disampaikan kepada Maryam dan menjadi jalan kehidupan bergama dari-Nya.”

 

Ketiga bahwa kata ruh ditafsirkan sebagai rahamat (kasih sayg). Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 ialah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dgn kalimah Allah (jadilah!) yg disampaikan kepada Maryam dan merupakan bentuk kasih sayg dari-Nya.”

 

Keempat bahwa yg dimaksud dgn pernyataan ‘ruh dari-Nya’ ialah tiupan dari Jibril. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 ialah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dgn kalimah Allah (jadilah!) yg disampaikan kepada Maryam dan tiupan dari Jibril.”

 

Kelima bahwa yg dimaksud dgn ‘ruh’ di sini ialah kemuliaan. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 ialah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dgn kalimah Allah (jadilah!) yg disampaikan kepada Maryam dan merupakan kemuliaan dari-Nya.”

 

 

R. Ahmad Nur Kholis, Pegiat Kajian Ulum Al-Qur’an; Pengajar Mata Pelajaran Fiqih dan Ushul Fiqih di Pondok Pesantren PPAI Al-Fithriyah; dan Ketua LBM NU Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.