Membahas tentangKeutamaan Ilmu dan Ulama dalam Islam

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangKeutamaan Ilmu dan Ulama dalam Islam,

Oase.id – Islam menempatkan ilmu dan ulama sebagai kedudukan mulia. Sebagaimana Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tanqih al-Qaul al-Hatsits fi Syarhi Lubab al-Hadits mengutip ayat Al Quran. 

Allah SWT berfirman: 

“Mengapa tak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.” (QS at-Taubah: 122). 

Ayat ini membimbing umat Islam untuk membagi tugas dgn menegaskan bahwa tak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semua ke medan perang, mau tetapi sebagian umat Islam lainnya juga dianjurkan untuk memperdalam pengetahuan tentang agama.  

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) bersabda, 
“Kelebihan orang berilmu atas orang beribadah seperti kelebihan rembulan di malam purnama atas bintang-bintang yg lain.” (HR. Abu Naumi dari Muadz bin Jabal). 

Allah Swt juga berfirman:

شهد الله انّه لااله الّاهو والملئكة واولو العلم. ال عمران

Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tak ada tuhan melainkan Dia, yg menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yg berilmu (juga menyatakan yg demikian itu).”

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana Allah SWT memulai dgn diri-Nya, yg kedua dgn para malaikat, dan ketiganya dgn para ahli ilmu. Hal tersebut sebab suatu kemuliaan dan keutamaan. 

Nabi ï·º bersabda kepada Abdullah bin mas’ud Radiyallahu anhu (RA):

يا ابن مسعود, جلوسك ساعة فى مجلس العلم لاتمسّ قلما ولاتكتب حرف خيرلك من عتق الف رقبة ونظرك الى وجه العلم خيرلك منالف فرش تصدّقت بها فى سبيل الله , وسلامك على العلم خيرلك من عبدة الف سنت

Artinya: “Hai Ibnu Mas’ud, dudukmu satu jam di majlis ilmu engkau tak menyentuh pena dan tak menulis satu huruf saja, ialah lebih baik bagimu ketimbang memerdekakakan serbu budak. Dan memandangmu pada muka orang alim, ialah lebih baik bagimu ketimbang bersedekah seribu kuda di jalan Allah, dan salamu kepada orang alim ialah lebih baik dari pada beribadah seribu tahun.”

Artinya, bahwa menuntut ilmu di majelis pengajian satu jam di waktu malam atau siang tanpa membawa pulpen dan tak mencatat apa yg diajarkan ialah lebih baik pahalanya dari pada memerdekakan seribu budak atau hamba sahaya. 

Selanjutnya, memandang wajah orang alim sebab rasa cinta lebih baik dari pada menyedekahkan seribu kuda di jalan Allah untuk berjihad melawan orang-orang kafir dalam menegakkan agama Allah Swt. Serta mengucapkan salam untuk orang alim lebih baik dari pada beribadah seribu tahun. 

Selaras, apa yg di sebutkan oleh Al Hafidh Al Mundziri dalam Durratul Yatimah dan dari sahabat Umar bin Khattab Radiyallahu anhu (RA) berkata, Aku telah mendengar Rasulullah ï·º bersabda:

من مشى الى حلقة عالم كان له بكلّ خطوة مائة حسنة, فاذا جلس عنده واستمع ما يقول كان له بكلّ كلمة حسنة 

Artinya: “Siapa yg berjalan (pergi) ke sarasehan (majlis pengajian) orang alim, ia memperoleh pahala setiap satu langkah seratus kebaikan, apabila ia duduk di sisinya dan mendengarkan apa yg diajarkan, maka baginya berpahala dari setiap kalimat satu kebaikan.”

Senada yg disampaikan Imam An Nawawi dalam Riyadhus shalihin, bahwa Nabi ï·º bersabda:

فقيه واحد متورّع اشدّ على الشيطان من الف عابد مجتهد جاهل ورع

Artinya: “Seserang alim fiqih yg perwirah ialah lebih berat bagi setan dari pada seribu orang ahli ibadah yg tekun yg bodoh lagi perwira.”

Maksudnya bahwa seseorang yg alim dgn ilmu syari’ah yg wira’i dan dibebani meninggalkan segala yg diharamkan ialah lebih berat bagi setan untuk menggodanya dari pada seribu orang yg ahli ibadah tetapi bodoh dan wira’i. 

Hal tersebut dikemukakan Al Azizi mengutip dari At-Thibi dan dalam riwayat Turmudzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas: “seseorang faqih lebih berat bagi syetan dari pada seribu orang ahli ibadah”.

Selanjutnya, Nabi ï·º bersabda:

فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب

Artinya: “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh bintang-bintang.”

Maksudnya, seorang alim di atas ialah orang alim yg mengamalkan ilmunya lebih utama dari pada ahli ibadah yg bodoh bagaikan keutamaan bulan di malam purnama atas bintang-bintang. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Mu’adz bin Jabal Radiyallahu anhu (RA).

Riwayat lain juga menjelaskan dari Al Harits bin Abu Usamah dari Abu Sa’id Al Khudri Radiyallahu anhu (RA), Nabi ï·º bersabda: 

فضل العالم على العابد كفضلى على امّتى

Artinya: “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas umatku.”

Maksudnya bahwa kemuliaan seorang alim dibandingkan kemuliaan seorang ahli ibadah, ialah seperti kemuliaan Nabi ï·º atas kemuliaan orang yg berada dibawah Nabi yaitu para sahabat.

Begitu halnya, Nabi ï·º bersabda:

من انتقل يتعلّم علما غفرله قبل ان يخطو

Artinya: “Siapa berpindah (pergi) menuntut ilmu maka dosanya diampuni sebelum ia melangkah.”

Maknanya, orang yg berpindah atau pergi dari suatu tempat ke tempat yg lain untuk menuntut ilmu dari ilmu-ilmu syari’at, maka dosa-dosa kecil yg telah lalu diampuni sebelum ia melangkahkan kakinya dari tempat tinggalnya. Hadis tersebut diriwayatkan oleh As-Syairazi dari A’isyah Radiyallahu anha (RA).

Sumber: Disarikan dari keterangan Tanqihul Qaul karya Syekh Nawawi Al-Bantani

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangKeutamaan Ilmu dan Ulama dalam Islam . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.