Membahas tentangKomuji, Nada dan Dakwah ala Kikan eks Cokelat

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangKomuji, Nada dan Dakwah ala Kikan eks Cokelat,

Oase.id- Musik dan syiar keagamaan dipahami sebagai sesuatu yg dapat dikompromikan. Itulah yg tengah dilakukan Kikan Namara, mantan vokalis grup band yg pernah ngehits di sepanjang tahun 2000an, Cokelat.

Musik, menurut Kikan, dapat dijadikan sebagai media saling berbagi. Baik inspirasi, juga pengetahuan. Termasuk, soal-soal keislaman.

“Inilah yg melatarbelakangi saya berkegiatan di Komuji (Komunitas Musisi Mengaji) Chapter Jakarta,” kata Kikan kepada Oase.id di kawasan Ampera Raya, Jakarta, 27 November 2019.

Menurut dia, Komuji bermula dari gerakan beberapa musisi di Bandung. Mereka mau menekankan bahwa beragama bukanlah sebuah halangan bagi seseorang yg mau tetap berkarya. Khususnya, di bidang musik.

Para penggagas Komuji melihat, naiknya minat anak muda perkotaan terhadap wacana keagamaan merupakan fenomena menarik. Akan tetapi, di sisi lain gairah itu justru memunculkan pandangan ekslusif terhadap kegiatan bermusik.

Kikan menyebut, ada kecenderungan ketika orang telah punya niat mendalami agama kemudian meninggalkan musik bahkan mengharamkannya. 

“Kami berpedoman, memang ada sebagian ulama yg mengharamkan musik. Akan tetapi, tak boleh juga menutup mata bahwa ada sebagian ulama yg memperbolehkan musik, bahkan dijadikan sebagai bagian dari dakwah,” kata Kikan. 

Terbuka bagi siapa saja

Kikan menyebut dua orang penting di balik pendirian Komuji. Yakni, vokalis band The Panas Dalam Alga Indria, dan musisi Bandung Yadi Fauzi.

“Teman-teman musisi lainnya, seperti Che Cupumanik, Sandy Canester, Imel Ten 2 Five, atau Kholil Efek Rumah Kaca (ERK) juga pernah terlibat di kegiatan Komuji. Sisanya, kami sangat terbantu dgn keberaddaan volunteer,” jelas Kikan.

Di setiap bulannya, Komuji menggelar kajian keagamaan yg diiringi pentas musik. Komuji, menjadi pilihan titik kumpul bagi anak-anak muda di wilayah Jakarta. 

“Ke depan, kami mau juga menggelar agenda dan program lain. Seperti teman-teman di Bandung yg telah punya kelas bahasa, atau aneka macam kursus dan kegiatan sosial lainnya,” jelas dia.

Meskipun memakai kata “musisi” sebagai akronim komunitas, namun Kikan menekankan, Komuji tak hanya diperuntukkan bagi praktisi industri musik belaka. Komuji, diharapkan dapat menjadi tempat saling berbagi pengetahuan keislaman dgn nuansa yg menggembirakan.

“Sebenarnya, kita semua ialah musisi. Hanya bedanya, ada yg profesional ada yg tak. Sebagai makhluk yg dinamis, semua manusia pengapresiasi musik alias musisi,” kata Kikan. 

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangKomuji, Nada dan Dakwah ala Kikan eks Cokelat . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.