Membahas tentangMemaknai Ajaran Nabi Muhammad Soal Keutamaan Silaturahmi

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangMemaknai Ajaran Nabi Muhammad Soal Keutamaan Silaturahmi,

Idulfitri merupakan momen yg cocok untuk berkumpul dgn sanak keluarga. Kendati terhalang mudik sebab pandemi Covid-19, silaturahmi virtual masih tetap dapat dilakukan.

Silaturahmi berasal dari bahasa Arab yakni Shilah yg berarti hubungan dan Ar- rahim yg artinya kerabat atau saudara. Kata Rahim diambil dari rahim perempuan, yg menunjukkan sebuah hubungan karib kerabat keturunan.
 
Kata silaturahim diserap ke dalam bahasa Indonesia yakni silaturahmi yg artinya tali persahabatan (persaudaraan), dan bersilaturahmi yg artinya mengikat tali persahabatan (persaudaraan). 

Senada, Imam Nawawi mengatakan, silaturahmi ialah berbuat baik kepada karib kerabat sesuai dgn keadaan orang yg menghubungkan dan orang yg dihubungkan. Terkadang menggunakan harta, adakalanya dgn memberi bantuan tenaga, sekali waktu dgn kunjungan, atau dgn memberi salam, dan lain sebagainya.

Nabi Muhammad ï·º bersabda:

 Ù„َيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Orang yg menyambung silaturahmi bukanlah yg memenuhi (kebutuhan), melainkan orang yg menyambung hubungannya kembali ketika tali silaturrahmi itu sempat terputus.” (HR. Bukhari)
 
Suatu ketika diceritakan dalam sebuah riwayat, disebutkan kisah mengenai silaturahim Asma binti Abu Bakar dgn Qutailah binti Abdul Uzza, ibundanya yg non-muslim.

Suatu ketika umat Muslim dan kafir Quraisy dalam suasana gencatan senjata melalui perjanjian Hudaibiyah. Saking rindunya sang ayah kepada anaknya, Qutailah mengunjungi Asma di Madinah. Ia membawakan beberapa makanan untuk putri tersaygnya.

Usai Qutailah tiba di Madinah, Asma ragu untuk menemui dan menerima hadiah dari ibu kandungnya yg non-muslim itu. Karena keraguannya akhirnya Asma bertanya kepada Rasulullah ï·º.

“Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku dan dia sangat mau aku berbuat baik padanya, apakah aku harus tetap menjalin hubungan dgn ibuku?”

“Ya, sambunglah silaturahim dgnnya,” tutur Rasulullah ï·º.

Demikianlah, hubungan Asma binti Abu Bakar dan Qutailah sempat terputus lantaran perempuan berjuluk Dzatu Nithaqain ini muallaf (masuk Islam), sedangkan ibundanya tetap memeluk agama yg dianut nenek moygnya.

Keduanya juga terpisah jarak yg cukup jauh setelah Asma dan ayahnya hijrah ke Madinah. Akan tetapi Rasulullah memerintahkan Asma untuk tetap bersilaturahmi meskipun ibu kandungnya seorang non-muslim.

Di Indonesia sendiri, istilah silaturahmi dimaknai lebih luas, tak hanya untuk memperbaiki hubungan yg sempat terputus, tetapi juga ikatan yg dari awal memang telah terjalin baik. Dalam artian, tak hanya ditujukan kepada karib kerabat saja, melainkan kepada siapapun. 

Keutamaan silaturahmi

Silaturahmi ialah hal istimewa yg dianjurkan Nabi. Bahkan, Rasul pernah memberi peringatan bahwa orang yg memutus silaturahim tak mau masuk surga.

Di samping itu, silaturahim juga memiliki berbagai keutamaan, beberapa di antaranya dapat memudahkan rezeki dan memanjangkan umur.

Sebagaimana tertuang dalam sabda Nabi Muhammad ï·º:

“Barangsiapa mau dibentangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan sisa umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Fathul Bari menjelaskan, arti dibentangkan rezekinya ialah ditambahkan keberkahannya. Karena bersilaturahim dgn kerabat termasuk sedekah, dan sedekah dapat menambah harta.

Sementara, Ibnu Bathal dalam Syarh Shahih Al-Bukhari mengemukakan, ada 2 pendapat mengenai maksud dipanjangkan umurnya, yakni;

1. Orang yg bersilaturahmi mau diingat kebaikannya meskipun telah tutup usia. Seakan-akan ia belum meninggal.

2. Saat ditetapkan umur seseorang di dalam kandungan, dituliskan bahwa apabila ia bersilaturahmi maka umurnya mau dipanjangkan.

Begitupun dalam riwayat lain, Rasulullah ï·º bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Atsqalani, Syarif Shahih Bukkhari dan Muslim

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangMemaknai Ajaran Nabi Muhammad Soal Keutamaan Silaturahmi . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.