Membahas tentangMengingat Kembali Syarat-syarat Berpuasa

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangMengingat Kembali Syarat-syarat Berpuasa,

Oase.id- Puasa merupakan salah satu rukun Islam yg wajib dilaksanakan ketika datang bulan Ramadan.  Akan tetapi, ibadah yg mulai diperintahkan pada tahun kedua hijriyah ini tak langsung dibebankan begitu saja. Ada syarat-syarat tertentu yg menjadikan seseorang wajib berpuasa.

Syarat puasa terbagi menjadi dua macam. Pertama, syarat wajib. Kedua, syarat sah. 

 

Syarat wajib 

Ahmad Sarwat dalam Puasa, Rukun, Syarat dan yg Membatalkan (2019) menjelaskan, yg dimaksud syarat wajib ialah hal-hal yg membuat seseorang menjadi wajib melaksanakan puasa.

Apabila salah satu syarat ini tak terpenuhi, maka puasa Ramadan tak diwajibkan bagi dirinya. Bahkan sebaliknya, saum Ramadan dapat berubah hukum menjadi mubah, sunah, atau justru haram.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu mengemukakan lima syarat diwajibkannya puasa, yaitu;

Baca: Bijak Memaknai Hadis 'Bau Mulut Orang Puasa Lebih Wangi dari Kasturi'

 

– Muslim

Puasa Ramadan hanya diwajibkan bagi umat Muslim. Hal ini dilandaskan pada khitab perintah puasa dalam QS. Al-Baqarah: 183 yg didahului dgn sapaan kepada orang-orang beriman (Yaa ayyuhal ladzina aamanu).

Berdasarkan Madzhab Hanafi, Islam ialah syarat wajib, sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa Islam ialah syarat sah.

Lalu, apa bedanya?  

Jika menganggap Islam ialah syarat wajib, maka nonmuslim memang tak diwajibkan berpuasa Ramadan oleh Allah. Artinya, di akhirat kelak ia tak mau ditagih dan tak dianggap berdosa sebab meninggalkan puasa.

Sebaliknya, bila mengkategorikan Islam sebagai syarat sah, sebagaimana dinyatakan mayoritas ulama, maka orang yg kafir sejatinya tetap wajib berpuasa. Hanya saja, puasanya tak mau dianggap sah sebelum ia memeluk Islam.

Di akhirat, kelak orang-orang kafir itu dimintai pertanggung-jawaban sebab telah meninggalkan puasa.

 

– Balig

Seorang Muslim yg telah mencapai usia balig diwajibkan berpuasa. Tanda balig bagi laki-laki ialah mimpi basah. Sedangkan tanda bagi perempuan ialah menstruasi.

Oleh sebab itu, anak kecil yg belum mencapai usia balig tak diwajibkan berpuasa. Namun, orangtua perlu melatih supaya anak-anaknya mengenal dan membiasakan diri dgn ibadah puasa.

Meski tak wajib, puasa anak kecil yg mumayyiz tetap sah.

 

– Berakal

Hanya Muslim berakal saja yg diwajibkan berpuasa. Artinya, orang gila, orang yg pingsan, mabuk, dan lainnya yg tak berakal, tak dituntut untuk berpuasa.

Berdasarkan Mazhab Syafi’i, orang yg pingsan, murtad (kemudian masuk Islam lagi), dan orang mabuk wajib mengqada puasa yg ditinggalkannya.

Sementara muallaf dan orang gila tak diwajibkan mengqada puasa yg ditinggalkan ketika dia masih dalam status kafir atau hilang akal.

 

– Sehat dan mampu

Puasa Ramadan diwajibkan bagi Muslim yg sehat dan mampu. Allah Swt memberikan keringanan bagi orang yg sakit untuk tak berpuasa, kemudian menggantinya di hari lain saat ia telah sehat.

Demikian pula orang yg telah sangat tua dan lemah, ia boleh tak berpuasa dan menggantinya dgn fidyah.

 

– Mukim

Orang yg bermukim atau tak sedang melakukan perjalanan tak dijatuhkan kewajiban saum. Akan tetapi orang yg sedang melaksanakan perjalanan tetap diwajibkan mengganti puasa yg ditinggalkannya di hari lain.

Allah Swt bersabda;

“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yg ditinggalkannya itu, pada hari-hari yg lain. (QS. Al-Baqarah: 185)

 

Syarat sah puasa

Masih dalam buku yg sama, Ahmad Sarwat menyatakan, yg dimaksud syarat sah ialah syarat yg harus dipenuhi supaya puasa yg dilakukan seseorang menjadi sah hukumnya di hadapan Allah Swt. 

Dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu dicantumkan syarat sah puasa menurut empat mazhab, yaitu;

 

– Mazhab Hanafi

Dalam mazhab Hanafi, syarat sah puasa ada tiga, yakni, niat, bebas dari hal yg dilarang berpuasa seperti haid dan nifas, serta bebas dari hal yg membatalkan puasa.

 

– Mazhab Maliki

Syarat sah puasa dalam Mazhab Maliki ada empat. Yaitu, niat, suci dari haid dan nifas. beragama Islam, dan dilaksanakan di waktu yg diperbolehkan puasa, artinya tak sah bila dilaksanakan di waktu haram berpuasa, misalnya hari Idulfitri.

Mazhab Maliki juga memasukkan keharusan “berakal” dalam syarat sah puasa.

Baca: Ini Surat yg Dibaca Nabi Muhammad saat Melaksanakan Salat Witir

 

Mazhab Syafi’i

Syarat sah puasa dalam Mazhab Syafi’i ada empat, yakni: Islam, berakal, suci dari haid dan nifas, dan niat. 

 

Mazhab Hanbali

Sementara bagi mazham Hanbali, syarat sah puasa terdiri dari tiga hal, yaitu, beragama Islam, niat, serta suci dari haid dan nifas

 

Sumber: Disadur dari keterangan dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili serta Puasa, Rukun, Syarat dan yg Membatalkan (2019) karya Ahmad Sarwat.

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangMengingat Kembali Syarat-syarat Berpuasa . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.