Membahas tentangRizky Febian Sedih Sang Ibunda Meninggal Dunia. Bagaimana Batasan Duka Ditinggal Orang Tercinta dalam Ajaran Islam?

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangRizky Febian Sedih Sang Ibunda Meninggal Dunia. Bagaimana Batasan Duka Ditinggal Orang Tercinta dalam Ajaran Islam?,

Oase.id- Berita duka datang dari keluarga penyanyi dan aktor Rizky Febian Ardiansyah Sutisna. Sang ibu pelantun lagu “Kesempurnaan Cinta” itu, Lina Zubaidah dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu, 4 Januari 2020, dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Al Islam, Bandung, Jawa Barat. 

Meskipun tampak tetap tegar, namun atmosfer kesedihan putra komedian Entis Sutisna alias Sule ini tak terelakkan muncul saat melepas orang yg paling dicintainya ke pemakaman. 

 

Duka itu wajar, asal tak berlebihan

Perasaan sedih dan pecahnya tangisan mengiringi sebabak perpisahan ialah sesuatu yg wajar. Namun, bagaimanakah batas kesedihan ditinggal keluarga yg meninggal dunia menurut kacamata Islam?

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Muhammad Saw memberikan batasan untuk tak meluapkan kesedihan secara berlebihan. Ketika ditinggal wafat anggota keluarga atau orang yg paling dicintai, Nabi melarang umatnya untuk melampiaskan rasa duka dgn mengamuk, menampari muka sendiri, berteriak, menjambaki rambut, dan perilaku-perilaku yg tak wajar lainnya.

 

Rasulullah bersabda, “Bukanlah bagian dari umatku yg menampari pipi (ketika ditimpa kematian), merobek-robek baju, dan meratapi mayat sebagaimana ratapannya orang-orang jahiliyah,” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Meratapi mayit secara berlebihan memang menjadi tradisi khas masyarakat Arab sebelum Islam datang. Meskipun begitu, dalam redaksi hadis yg lain, Rasulullah juga menyebut empat kebiasaan buruk jahiliyah yg masih saja kerap dilakukan umat Islam.

“Ada empat perkara khas jahiliyah yg masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya. Yakni, membanggakan jasa (kelebihan atau kehebatan) nenek moyg, mencela nasab (garis keturunan), menisbatkan hujan disebabkan oleh bintang tertentu, dan niyahah (meratapi mayit),” (HR. Muslim).

Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi atau masyhur disebut Imam Nawawi dalam Al-Adzkar An-Nawawiyah menjelaskan, ketika seseorang tertimpa musibah maka diperbolehkan menangis asal tak disertai dgn ratapan yg berlebihan.

Menurut Imam Nawawi, menangis bukan merupakan hal tercela lantaran masih merupakan sifat yg manusiawi. Imam Nawawi mengisahkan, Rasulullah Saw pun menangis ketika ditinggal putra tercintanya bernama Ibrahim. Akan tetapi, kematian anak yg dikasihinya itu menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok yg kian ikhlas dan penyabar.

Dalam Al-Fawaid Al-Muntaqah min Syarhi Kitab Al-Tauhid, Abu Abdullah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Sulaiman bin Abdur Rahman Al-Utsaimin atau lebih masyhur dgn nama Syeikh Al-Utsaimin menerangkan sebab-sebab dilarangnya meratapi mayit secara berlebihan.

Syeikh Utsaimin menyebutkan, niyahah hanya mau menambah kesedihan yg berlarut-larut, memicu kemurkaan Allah Swt sebab tak menerima apa yg telah ditakdirkan, menimbulkan orang lain ikut berkabung dalam kesedihan, dan tak memberikan manfaat atau tak dapat mengembalikan ketentuan yg telah diputuskan Allah Swt. 

 

Hikmah kematian

Dalam surat Ali Imran ayat 185, Allah Swt berfirman:

“Tiap-tiap yg berjiwa mau merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tak lain hanyalah kesenangan yg memperdayakan.”

Rasulullah menyebut di antara hikmah kematian ialah sebagai bahan pengingat. Nabi Muhammad memasukkan mereka yg senantiasa mengingat kematian dan bersiap untuk menghadapinya dgn sebutan orang-orang yg paling cerdas dan berakal.

Dalam sebuah hadis, Nabi pernah ditanya seorang sahabat, “Orang beriman manakah yg paling berakal?”, Rasulullah menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yg berakal”. (HR. Ibnu Majah).

Allah Swt juga memasukkan kematian sebagai bagian dari ujian. Dalam Al-Baqarah 155-157 Allah Swt berfirman;

“Dan sungguh mau Kami berikan cobaan kepadamu, dgn sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yg sabar. (yaitu) Orang-orang yg apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un'. Mereka itulah yg mendapat keberkatan yg sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yg mendapat petunjuk.”

Dalam hadis yg diriwayatkan Annas RA, Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman: “Ketika Aku menimpakan cobaan dan musibah kepada seorang hamba-Ku, dgn cucuran dua air matanya (sebab ada yg meninggal dunia), lalu dia bersabar, maka aku mau mengganti cucuran dua air mata itu di surga kelak.”

 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Ibnu Majah, serta sedikit penjelasan dalam Al-Adzkar An-Nawawiyah karangan Imam Nawawi dan Al-Fawaid Al-Muntaqah min Syarhi Kitab Al-Tauhid karangan Syeikh Al-Utsaimin. 

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangRizky Febian Sedih Sang Ibunda Meninggal Dunia. Bagaimana Batasan Duka Ditinggal Orang Tercinta dalam Ajaran Islam? . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.