Membahas tentangUmar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangUmar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir,

Oase.id- Khalifah Umar bin Khattab dan pasukannya menuju Syam. Akan tetapi, misi yg hendak ditunaikannya itu tiba-tiba harus terjeda di wilayah Saragh, dekat perbatasan Hijaz.

Umar dan rombongan terhenti oleh seseorang bernama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Komandan perang itu menginformasikan kepada khalifah bahwa kota yg mau ditujunya telah menjadi pusat wabah penyakit menular. 

 

Perdebatan

Setelah mendengar laporan Abu Ubaidah, Umar terdiam sejenak. Muncul kemauan di benaknya untuk menghentikan perjalanan dan kembali pulang. Akan tetapi, ia lebih memilih bermusyawarah. Lantas, dipanggillah para petinggi untuk dimintai pendapat.

Umar berkata, “Panggil para pendahulu kalangan Muhajirin!”

Mereka pun berdiskusi seru. Satu perwakilan Muhajirin berpendapat, ” Apakah Anda mau keluar untuk urusan penting ini? Kami berpendapat, tak selayaknya Anda pulang begitu saja.”

Baca: Isolasi, Cara Nabi Memerangi Wabah dan Epidemi

 

Akan tetapi, rupanya kalangan Muhajirin pun tak satu suara. Perwakilan lain mempertimbangkan, “Anda membawa rombongan besar, yg di sana juga terdapat para sahabat Rasulullah Muhammad Saw. Saya tak sependapat bila Anda menghadapkan mereka pada wabah ini.”

Umar merasa butuh masukan dan pertimbangan lain, ia berkata, “Panggil orang-orang Anshar!”

Setelah menghadap dan diajak berdiskusi, Khalifah Umar pun mendapatkan dua pendapat bertentangan, selayaknya silang debat kalangan Muhajirin.

“Panggil para pemimpin Quraisy yg turut hijrah sebelum penaklukan Mekah,” perintah Umar, lagi.

Setelah datang dan diberikan waktu memaparkan saran, satu pemimpin Quraisy bilang, “Kami berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan. Jangan menghadapkan mereka dgn wabah ini.”

Akhirnya, dgn mantap Umar pun memutuskan untuk pulang, urung meneruskan perjalanan.

“Baiklah, besok pagi-pagi aku mau kembali. Karena itu, bersiap-siaplah,” imbau Umar.

 

Dari satu takdir, ke takdir lain

Namun rupanya, keputusan Umar pun harus kembali mendapatkan pertentangan. Abu Ubaidah mengungkapkan ketak-puasannya.

“Wahai Amirul Mukminin, apakah kita hendak lari dari takdir Allah?” kata Abu Ubaidah. 

Baca: Pernah Suatu Ketika, Cuma Nabi yg Tak Terserang Wabah

 

Mendengar pertanyaan Abu Ubaidah, Umar sedikit heran. Dia berkata, “Mengapa kau, Ubaidah? Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah yg lain.”

Demi memberikan pencerahan untuk keputusan bulatnya, Umar menganalogikan, bila seseorang memiliki seekor unta lalu turun ke lembah yg mempunyai dua sisi. Yang satu subur, dan yg lain tandus. 

“Jika engkau menggembalakan untamu di tempat tandus ialah takdir Allah, maka Bukankah bila engkau mengembalakannya di tempat yg subur, berarti engkau menggembala dgn takdir Allah juga? Tegas Umar. 

Setelah Umar menejelaskan, datanglah Abdurrahman bin Auf menghadap. Dia berkata, “Aku mengerti masalah ini.”

Abdurrahman pun mengabarkan bahwa ia pernah mendengar bahwa Rasulullah pernah bersabda;

“Jika kalian mendengar ada wabah di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Dan apabila kalian berada di wilayah yg terkena wabah, janganlah kalian keluar dan lari darinya. (HR Bukhari dan Muslim)

 

Semua rombongan mengamini. Sesuai keputusan yg diambil Umar, mereka pun segera bersiap berbalik menempuh perjalanan pulang.

 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis di Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, serta kisah dari Qashash Al-Anbiya karya Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i atau masyhur disebut Imam Ibnu Katsir. 

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangUmar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.