Membahas tentangWafatnya Ulama, Kematian Alam Semesta

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangWafatnya Ulama, Kematian Alam Semesta,

Oase.id- Wafatnya ulama ialah matinya alam semesta. Istilah ini seringkali diucapkan orang-orang untuk menggambarkan betapa gawatnya kepergian seorang ulama. Betapa tak, lantaran ulama ialah para pewaris nabi. Melalui lisan merekalah risalah dakwah Rasulullah Muhammad Saw tersebar hingga kini.

Para Nabi tak mewariskan dinar dan dirham, melainkan hanya mewariskan ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

“Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mau mempermudah jalannya ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan kepada penuntut ilmu. Orang yg berilmu mau dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yg ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama ialah pewaris para nabi. Para nabi tak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yg banyak.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).

Ketika seorang ulama wafat, seolah-olah alam semesta juga mati. Karena para ulama wafat membawa ilmu berupa cahaya yg menerangi hati manusia. Ilmu itulah yg pada akhirnya mampu membedakan manusia dgn makhluk lainnya. 

Dengan ilmu, manusia terjaga dari perilaku jahiliyah. Juga dgn ilmu, alam semesta mau terpelihara dari kerusakan manusia.

 

Allah Swt tak mencabut ilmu begitu saja dari pikiran dan hati seseorang. Kepunahan ilmu justru terjadi sebab wafatnya para ulama. Sebab, ketika wafat, para ulama turut membawa segenap ilmunya.

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tak mencabut ilmu sekaligus dari seorang hamba, mau tetapi Allah mencabut ilmu dgn cara mewafatkan para ulama. Hingga bila ulama tak tersisa, maka manusia mau mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Ketika ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari Muslim)

Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari menyatakan, maksud dari hadis ini ialah anjuran belajar dan mengajarkan ilmu. Karena ilmu tak hilang kecuali sebab wafatnya ulama. Selama ada orang yg mempelajari ilmu, maka ilmu tak mau hilang dari muka bumi.

Masih dalam kitab yg sama, Ibnu Mundzir berkata, “Hilangnya ilmu dari dada seseorang dapat saja terjadi atas kehendak Allah, namun hadis ini menyatakan itu tak terjadi (sebab mengandung makna lainnya).”

Bahkan, dalam riwayat lainnya disebutkan Rasulullah Saw bersabda, “Kematian ulama ialah musibah yg tak tergantikan, sebuah kebocoran yg tak dapat ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yg padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku ketimbang meninggalnya satu orang ulama.” (HR Al-Baihaqi)

Tak berlebihan bila menganalogikan wafatnya ulama ialah kebocoran yg tak dapat ditambal. Ketika satu ulama berpulang ke pangkuan Ilahi, memang mau ada generasi berikutnya yg menjadi pengganti, mau tetapi tetap saja tak dalam karakter dan tingkat keilmuan yg setara. 

Masing-masing generasi memiliki ciri khas tersendiri.

Ketika para ulama menutup usia, manusia tak hanya bersedih sebab kehilangan sosok mereka. Tetapi juga berduka oleh rasa sesal yg muncul sebab merasa belum maksimal mereguk ilmu para warasatul anbiya. 

Sumber: Disarikan dari beberapa hadis riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Bukhari, dan Muslim. Serta keterangan dari Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Hajar Al-Atsqalani.

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangWafatnya Ulama, Kematian Alam Semesta . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.