– Aksi demo yg dilakukan kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 dinilai oleh Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta, hanya buat terus mencari eksistensi guna menyerang pemerintah.
Mereka, kata Stanilaus, mencari semua isu buat digoreng.
Ia pun mencontohkan, isu korupsi yg kini menjadi sarana mereka melakukan aksi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Sebagai kelompok oposisi 212 mau terus melakukan gerakan buat mengkritisi pemerintah,” kata Stanislaus, dikutip dari merahputih.com, Jumat, 21 Februari 2020.
Menurutnya, dalam suatu sistem politik, adanya oposisi juga penting sehingga ada penyeimbang.
“Namun, oposisi dalam melakukan kritik harus faktual,” ujar Stanislaus.
Saygnya, kata dia, kelompok 212 cenderung mengeluarkan kritik yg cenderung menyerang pribadi dan berbau SARA. Seperti mengungkit rekam jejak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
“Dalam aksi ini, kelompok 212 masih nampak dominan melakukan serangan secara personal kepada Ahok dgn kritik yg kurang substansial,” ujarnya.
Ia pun merasa khawatir bila aksi PA 212 dilakukan secaran intens dan dapat menaMbah massa secara signifikan, tentu mau berdampak sebab mau menberikan tekanan secara politik.
Diketahui sebelumnya, massa Aksi 212 melakukan orasi di Pintu Barat Monas dekat Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta.
Salah seorang orator dalam aksi tersebut, yakni dari Forum Ukhuwah Islamiah Sulawesi Selatan (Sulsel) Abdullah Maher meminta supaya praktik-praktik korupsi di Indonesia disikat habis.
Selain itu, Abdullah juga meminta supaya koruptor ditindak sesuai hukum yg berlaku.
“Kami dari Sulsel alhamdulillah pada waktu yg lalu melakukan aksi yg sama di depan gedung DPRD Sulsel menuntut para koruptor yg ada di Jiwasraya, Asabri, dan lainnya buat ditegakkan hukum sesuai dgn hukum yg berlaku,” tegasnya.