Pondok Pesantren Nuris Jember Kembali Terima 13 Santri Asal Thailand

– Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Kecamatan Sumbersari Jember, Jawa Timur, baru-baru ini menerima kehadiran 13 santri baru dari Thailand.

Ketiga belas santri asal negeri gajah putih ini terdiri dari
6 laki-laki dan 7 perempuan. Mereka berasal dari 4 provinsi di Thailand, yaitu
Pattani, Yala, Narathiwat, dan Songkhla. Para santri ini nantinya mau menuntut
ilmu di MTs. Unggulan dan MA Unggulan Nuris.

Kehadiran pelajar asal Thailand itu disambut secara resmi oleh pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Gus Robith Qashidi di Masjid Baitunnur, kompleks pesantren Nuris.

 â€œKedatangan para
pelajar Thailand itu merupakan tindaklanjut dari program pertukaran pelajar
antara Nuris dan sejumlah lembaga di Thailand di bawah naungan Nuris
International Office (NIO),” ungkap Gus Robith, dikutip dari situs resmi NU,
Sabtu, 3 Agustus 2019.

Baca Juga:  PBNU Tolak RUU Tentang Sumber Daya Air, Ini Alasannya

Program pertukaran pelajar tersebut, kata Gus Robith, telah
berlangsung selama 5 tahun.

“Jadi setiap tahun sejumlah pelajar Thailand memang datang
buat menuntut ilmu di Nuris. Begitu juga sebaliknya, sejumlah pelajar Nuris
dikirim ke Thailand buat belajar dan mengajar soal Ahlussunnah wal Jamaah
(Aswaja),” terangnya.

 Gus Robith juga
mengatakan, pertukaran pelajar tersebut diperlukan buat meningkatkan wawasan
global para santri.

“Tidak cuma itu, misi penting lainnya ialah menebar ajaran
Aswaja lintas negara. Bagi santri Nuris yg ditugaskan ke Thailand, mereka
diberi tugas tambahan, yaitu mengajar Aswaja kepada pelajar dan warga setempat.
Sedangkan bagi pelajar Thailand yg berada di Nuris, setelah kembali ke
kampung halamannya kelak diharapkan dapat menjadi pejuang Aswaja di daerahnya
masing-masing,” jelasnya.

Baca Juga:  Gus Yahya: Masalah Uighur Mirip dgn Gerakan Separatisme di Papua

 â€œJadi pertukaran
pelajar ini strategis sekali,” tambahnya.

Ketiga belas santri asal Thailand tersebut mau dibimbing lebih
dulu oleh para tentor buat memudahkan mereka beradaptasi dgn lingkungan
pesantren.

“Bahasa itu penting buat membuka komunikasi. Tapi rata-rata
mereka telah paham bahasa Inggris,” ujar Kepala NIO, Ilzamunnabil.





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.