Serahkan Zakat, Haruskah Memberi Tahu Penerima Itu Zakat?

Zakat merupakan salah satu elemen penting dalam syariat Islam, ia merupakan rukun Islam yg ketiga setelah membaca syahadat dan mendirikan shalat. Salah satu hikmah disyariatkannya zakat ialah membantu dan menyejahterakan pihak-pihak yg membutuhkan.

Terdapat 8 asnaf (golongan) yg berhak menerima zakat, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah subhanahu wata’ala:

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ 

“Zakat-zakat hanya diberikan kepada orang-orang fakir, miskin, pengelola zakat, para muallaf, para budak, orang-orang yg berhutang, orang yg berada di jalan Allah dan orang yg tengah berada di jalan (bepergian), hal tersebut sebagai kewajiban dari Allah. Allah maha mengetahui dan bijaksana” (QS al-Taubah: 60).

Berdasarkan ayat tersebut, alokasi zakat wajib tepat sasaran, harus diberikan kepada salah satu delapan golongan, tak sah diberikan kepada selainnya. Kedelapan kelompok yg berhak menerima zakat ini biasa disebut mustahiq.

Permasalahan muncul ketika muzakki (pihak yg berzakat) tak memberitahukan kepada mustahiq bahwa harta yg diterimanya ialah zakat, dapat jadi sebab menjaga perasaan pihak penerima, tak mau pamer, menyembunyikan identitas, atau tujuan lainnya.

Pertanyaannya kemudian, sahkah alokasi zakat apabila pihak mustahiq tak mengetahui harta yg diterimanya berstatus zakat?

Pemberian harta disesuaikan dgn tujuannya: bila harta diberikan dgn niat zakat maka menjadi zakat, bila diniati kafarat (denda) maka berstatus kafarat, bila diniati nazar maka menjadi nazar, demikian dan seterusnya. Harta yg telah diniati zakat dan diterima oleh mustahiq telah mencukupi dan sah sebagai zakat, tanpa harus diucapkan atau diberitahukan kepada mustahiq bahwa harta tersebut atas nama zakat. 

Para pakar fiqih menegaskan bahwa yg mendasar dalam pelaksanaan zakat ialah niatnya, tak disyaratkan melafalkan niat zakat, bahkan mengucapkan lafadh niat tanpa diniati dalam hati hukumnya tak sah.

Contoh niat zakat: “ini ialah zakatku”, “ini ialah zakat mal saya”, dan lain-lain. Niat zakat sendiri dapat dilakukan saat memisahkan harta yg hendak ditunaikan sebagai zakat, dapat juga saat memberikan kepada wakil atau pengelola zakat (‘amil) (Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Nihayah al-Zain, hal. 173).

Lebih tegas lagi apa yg dikemukakan oleh Syekh Syarafuddin Yahya al-Nawawi al-Damasyqi, beliau menjelaskan dalam kitab al-Majmu’ bahwa pemberian harta oleh muzakki kepada mustahiq atau kepada pengelola zakat tak harus disertai informasi bahwa harta yg ditunaikan ialah zakat. Asalkan telah diniati zakat maka sah sebagai zakat.

Ulama pakar fiqih mazhab Syafi’i tersebut menegaskan:

 (الثانية) إذا دفع المالك أو غيره الزكاة الي المستحق ولم يقل هي زكاة ولا تكلم بشئ أصلا أجزأه ووقع زكاة هذا هو المذهب الصحيح المشهور الذى قطع به الجمهور 

“Permasalahan yg kedua. Bila pemilik harta atau lainnya menyerahkan zakat kepada mustahiq, dan ia tak mengatakan ini ialah zakat, tak pula berkata apapun, maka mencukupi dan sah sebagai zakat. Demikian menurut pendapat yg sahih yg dipastikan (disepakati) oleh mayoritas ulama.” 

وقد صرح بالمسألة امام الحرمين في باب تعجيل الزكاة وآخرون وهى مفهومة من تفاريع الاصحاب وكلامهم وفى كلام المصنف في هذا الباب وغيره مواضع كثيرة مصرحة بذلك

“Imam al-Haramain menjelaskan permasalahan ini dalam bab mempercepat zakat, demikian pula ulama lain. Permasalahan ini dipahami dari cabang-cabang permasalahan para ashab (ulama penganut mazhab Syafi’i) dan komentar mereka. Di dalam ucapan sang pengarang (Syekh Abu Ishaq al-Syairazi) dalam bab ini dan lainnya terdapat beberapa tempat yg menjelaskan hal demikian” (al-Imam al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, juz 7, hal. 278).

Al-Imam al-Nawawi yg mengkritik keras pendapat sebagian ulama yg mensyaratkan pemberitahuan status harta zakat oleh muzakki kepada mustahiq dgn argumen analogi kepada akad hibah. Kritikan tersebut dikutip oleh al-Nawawi dari statemen Syekh Abu al-Qasim bin Kaj. Dalam lanjutan referensi di atas al-Nawawi berkata:

وقال القاضى أبو القاسم بن كج في آخر قسم الصدقات من كتابه التجريد إذا دفع الزكاة الي الامام أو الفقير لا يحتاج أن يقول بلسانه شيئا قال وقال أبو علي بن أبي هريرة لابد من أن يقول بلسانه كالهبة وهذا ليس بشئ فنبهت عليه لئلا يغتر به والله تعالى اعلم

“Dan berkata Syekh Abu al-Qasim bin Kaj di akhir bab pembagian sedekah-sedekah dari kitabnya “al-Tajrid”, bila seseorang menyerahkan kepada Imam atau orang faqir, maka ia tak butuh mengucapkan apapun dgn lisannya. Dan berkata Abu Ali bin Abi Hurairah, wajib berkata dgn lisannya seperti akad hibah (pemberian). Pendapat ini bukan sesuatu yg dianggap, maka aku ingatkan supaya orang lain tak terbujuk dgnnya. Wallahu a’lam.” (al-Imam al-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, juz 7, hal. 278).

Bahkan dalam khazanah fiqih Maliki ditegaskan bahwa memberitahukan kepada mustahiq tentang status harta zakat yg diberikan hukumnya makruh sebab dapat membuat orang faqir yg menerimanya sedih dan berkecil hati.

Syekh Ahmad bin Muhammad al-‘Adawi mengatakan: 

ولا يشترط إعلامه أو علمه بأنها زكاة بل قال اللقاني: يكره إعلامه لما فيه من كسر قلب الفقير وهو ظاهر خلافا لمن قال بالاشتراط

“Tidak disyaratkan memberitahukan mustahiq atau mengetahuinya mustahiq bahwa harta yg diberikan ialah zakat. Al-Luqani mengatakan makruh memberitahukan status harta zakat kepada mustahiq sebab dapat menyengsarakan hati orang faqir, ini ialah pendapat yg jelas (kuat), berbeda menurut ulama yg menyaratkannya (memberitahu status harta zakat).” (Syekh Ahmad bin Muhammad al-‘Adawi al-Maliki, al-Syarh al-Kabir, juz 1, hal. 500).

Kesimpulannya, sepanjang telah dilaksanakan niat sesuai aturan fiqih, zakat yg ditunaikan kepada mustahiq hukumnya sah, tanpa harus diketahui oleh mustahiq statusnya sebagai zakat. Demikian penjelasan yg dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.

 

Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina pesantren Raudlatul Quran Geyongan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.