Takut kepada Allah merupakan sikap terpuji. Takut kepada Allah dapat melahirkan kebaikan-kebaikan. Takut kepada Allah membuat seseorang berhati-hati dalam menjalani kehidupan supaya tak melanggar larangan agama.
Â
Takut kepada Allah yg Terpuji
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa takut merujuk pada hati yg “luka†dan “terbakar†sebab memikirkan sesuatu yg tak menyenangkan di masa mendatang. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 162).
Â
Takut kepada Allah mendapat apresiasi dari Allah swt. Pada ayat ini takut kepada Allah terbatas pada kalangan ulama atau mereka yg mengetahui kebesaran dan kuasa-Nya.Â
اÙنَّمَا يَخْشَى اللٰهَ Ù…Ùنْ عÙبَادÙه٠الْعÙلَمٰۤؤÙاۗ
Artinya, “Di antara hamba-hamba Allah yg takut kepada-Nya, hanyalah para ulama,†(Surat Fathir ayat 28).
Â
Rasulullah saw dalam berbagai riwayat juga mengakui bahwa dirinya ialah orang yg paling takut kepada Allah.
أنا أخوÙكم لله
Artinya, “Aku orang di antara kalian yg paling takut kepada Allah.†(HR al-Bukhari).
Rasulullah saw dalam riwayat ini menyatakan bahwa dirinya ialah orang yg paling takut dan bertakwa kepada Allah.Â
والله إني لأخشاكم لله وأتقاكم لهÂ
Artinya, “Demi Allah, ku orang di antara kalian yg paling takut dan paling bertakwa kepada Allah.†(HR al-Bukhari).
Adapun pada riwayat berikut Rasulullah saw menyatakan hubungan ilmu atas kebesaran Allah dan ketakwaan kepada-Nya.
والله إني لأعلمهم بالله وأشدهم له خشية
Artinya, “Aku orang di antara kalian yg paling tahu dan paling takut kepada Allah.†(HR al-Bukhari dan Muslim).
Â
Takut kepada Allah yg Tercela
Imam Al-Ghazali mengatakan, takut kepada Allah merupakan sikap terpuji sejauh ketakutan itu menjadi motivasi bagi seseorang buat meningkatkan amal saleh dan ilmunya. Tetapi ketika ketakutan kepada Allah tak membuahkan ilmu dan amal saleh, maka rasa takut hanya menjadi penyesalan, takut yg tercela kepada Allah.
اعلم أن الخو٠مØمود وربما يظن أن كل ما هو خو٠مØمود Ùكل ما كان أقوى وأكثر كان Ø£Øمد وهو غلط بل الخو٠سوط الله يسوق به عباده إلى المواظبة على العلم والعمل لينالوا بهما رتبة القرب من الله تعالى
Artinya, “Ketahuilah, takut kepada Allah ialah hal terpuji. Tetapi,  kadang orang mengira, ketika semua rasa takut itu terpuji, maka kebanyakan dan kekuatan rasa takut dari sewajarnya menjadi lebih terpuji, ini justru keliru. Takut kepada Allah merupakan pecut-Nya yg memotivasi hamba-Nya buat tetap menambah ilmu dan amal saleh supaya dgn keduanya mereka dapat mendekatkan diri kepada-Nya,†(Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H]: juz IV/164).
Â
Â
Takut kepada Allah yg Ideal
Binatang dan anak-anak, kata Imam Al-Ghazali sebagai ilustrasi, tentu memerlukan “cambuk†buat memotivasi mereka. Tetapi bukan berarti kebanyakan “pukulan,†“cambukanâ€, ancaman, atau hukuman menjadi hal yg terpuji. Itu justru menjadi rasa takut yg tercela.
Rasa takut kepada Allah memiliki takaran. Ada rasa takut seseorang yg rendah kepada Allah, ada yg berlebihan, dan ada yg sewajarnya. Rasa takut yg terpuji dan ideal ialah takut kepada Allah yg wajar, proporsional, dan moderat (al-I’tidal wal wasath). (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H]: juz IV/164).
Â
Rasa takut seseorang pada (siksa, azab, dan hukuman) Allah yg berlebihan dari sikap sewajarnya sehingga menimbulkan putus asa, padahal putus harapan ialah rasa takut yg tercela. Rasa takut yg tercela ini dapat mencegah orang buat menambah ilmu dan amal salehnya.
Dengan demikian rasa takut yg terpuji dan ideal kepada Allah ialah rasa takut sewajarnya yg membangkitkan semangat orang buat menambah ilmu dan amal salehnya secara wajar. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Â
Â