Video Orasinya Dianggap Hina Banser, Advokat Ini Dipolisikan

– Sebuah video viral yg berisikan penghinaan yg mencemarkan nama baik korps Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dilaporkan ke Polda Jawa Tengah oleh GP Ansor.

Dalam video itu terlihat kegiatan orasi dalam Parade Ukhuwah
memperingati tahun baru Hijriah di Ngarsopuro, Solo, Minggu, 1 September 2019,
kemarin. Sebagai pembicara ketika itu ialah M Taufiq, yg merupakan seorang
advokat.

Taufiq ketika itu mengatakan ‘banci serem’. Pihak Ansor
menduga perkataan Taufiq tersebut bermaksud mengejek Banser.

Pihak GP Ansor lewat Koordinator GP Ansor Solo Raya Marzuki,
telah melaygkan laporannya ke polisi melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) PW
Ansor Jawa Tengah. Mereka menilai orasi M Taufiq telah menyinggung korpsnya.

Baca Juga:  Gelar Apel 10.000 Pasukan, Banser Tolak Kehadiran Sunda Empire

“Kami menyaygkan adanya orasi provokatif dan ujaran
kebencian dalam Parade Ukhuwah. Orasi tersebut sungguh mencederai makna ukhuwah
persaudaraan,” kata Marzuki, dikutip dari Detik, Selasa, 3 September 2019.

Marzuki mengungkapkan, bnyak dari anggota GP Ansor yg
tersulut emosinya ketika mendengar orasi Taufiq.

“Sebenarnya mungkin dalam orasi tersebut tak menyebut
nama Banser, tapi mungkin mengarah ke sana. Ini membuat banyak anggota Banser
tersinggung dan marah,” ujar Marzuki.

Sementara itu, M Taufiq mengaku tak mempermasalahkan
laporan tersebut. Bahkan, dirinya menyatakan siap buat menjalani proses hukum.

“Saya tak ada masalah, sebab tak satu pun saya
menyebut nama ormas Banser. Apalagi Banser itu singkatannya Barisan Ansor
Serbaguna NU, saya sama sekali tak menyebut,” kata Taufiq.

Baca Juga:  Arab Saudi Buka Kembali Aktivitas Ekonomi dan Perkantoran

Terkait video orasinya yg viral tersebut, ia mengaku tidak
pernah merekam ataupun menyebarkannya. Dia justru mau melaporkan pembuat video
itu.

“Justru saya mau melaporkan pembuat video itu. Dalam
UU ITE, orang yg mengedit atau memotong video yg mengandung fitnah dapat
dipenjara 12 tahun,” ujarnya.





PBNU Dukung Wacana Penguasaan Bahasa Mandarin di Madrasah Aliyah

– Wacana terkait penguasaan Bahasa Mandarin di Madrasah Aliyah mendapat dukungan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Wakil
Sekretaris Jenderal PBNU Masduki
Baidlowi mengatakan, penguasaan Bahasa
Mandarin bukan hal baru di beberapa pesantren dan Madrasah Aliyah naungan NU.

“Saya
kira bagus, telah banyak itu dilaksanakan. Sebelum Pak Menteri Agama
menghimbau, NU telah melakukannya sejak lama, seperti itu banyak di Jawa Timur,
pesantren dan Aliyah,” ujar Masduki, dikutip dari CNN Indonesia, Kamis, 9
Januari 2020.

Masduki mengungkapkan bahwa penting buat mempelajari berbagai bahasa negara yg sedang
menguasai teknologi dan ekonomi ketika ini, salah satunya China. Hal tersebut
diperlukan buat meningkatkan kompetensi para siswa.

Baca Juga:  Khofifah Ajak Perempuan Muslimat NU Bebaskan Masyarakat dari Jeratan Rentenir

“Tak hanya Bahasa Mandarin, di beberapa pesantren NU juga telah mempelajari Bahasa
Inggris, Arab, dan Jepang,” ujar Masduki.

“Ya
sebab China kan negara besar, sebab ekonomi ke depan makin baik, sebagai
sebuah kekuatan ekonomi dunia, kekuatan budaya, kekuatan militernya. China
sebagai sebuah negara besar pantas [bahasanya] dipelajari banyak orang, jadi
kalau bangsa-bangsa lain tak belajar kan dapat ketinggalan,”
terangnya.

Wacana tersebut sebelumnya diungkapkan
oleh Direktur Kurikulum Sarana Prasarana
Kesiswaan dan Kelembagaan Madrasah Kemenag, Ahmad Umar.

Ahmad mengatakan bahwa Menteri Agama mengmaukan penguasaan bahasa asing, Bahasa Mandarin dikuasai oleh
murid Madrasah Aliyah.

“Hal tersebut merupakan wacana Menag yg meminta kemampuan berbahasa
Mandarin yg digunakan bangsa China dapat dikuasai siswa Madrasah Aliyah,
selain bahasa Inggris dan Arab,” kata Ahmad.

Baca Juga:  PBNU Tanggapi Kasus Dokter Gigi Romi yg Ditolak Jadi PNS Gegara Penyandang Disabilitas

“Hal itu buat meningkatkan daya saing lulusan sekolah tersebut,”
pungkasnya.





Ketemu Jokowi, Ini Harapan Kiai Said Untuk Presiden & Wapres

– Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bertemu dgn Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil. Namun, dalam pertemuan itu membahas soal menteri Kabinet Kerja jilid II.

“Ketemu kan
biasa. Senin kemarin. Enggak bilang apa-apa tuh. Ketawa-ketawa aja,” kata Kiai
Said usai menghadiri pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan
Ma’ruf Amin di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip
Jawapos, Senin, 21 Oktober 2019.

Terkait kabar dirinya yg disebut-sebut menjadi menteri pada pemerintahan
periode kedua, hal itu kata Kiai
Said hanya isu yg berkembang.

Dia menampik
dalam pertemuan itu memperbincangkan soal posisi menteri bersama mantan
Gubernur DKI Jakarta itu.

Baca Juga:  Duh, FPI Sebut Pemerintahan Jokowi Terlalu Banyak Makan Utang China

“Enggak ada
bakat, enggak ada potongan saya,” ujarnya.

Pada pertemuannya dgn Jokowi, Kiai Said juga mengutarakan harapannya. Ia mengmaukan supaya Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin dapat memprioritaskan buat membangun sumber daya manusia (SDM) yg unggul.

Menurutnya,
hal itu penting sebab sebagai modal menghadapi era revolusi industri keempat
dan persaingan global.

Pidato Jokowi usai dilantik menjadi Presiden, kata Kiai Said, juga sangat baik sebab mengutarakan target yg
tinggi. Namun, Jokowi juga harus mampu mengingatkan rakyatnya buat mampu menghadapi
tantangan yg mau dihadapi.

Oleh
sebabnya, pihaknya meminta Jokowi-Amin
buat dapat berkonsentrasi membangun mutu SDM.

“Hal itu merupakan faktor penting dalam menghadapi tantangan masa depan
dan NU telah mempersiapkannya dgn program santri melek teknologi. Itu
penting sebab selain memahami ajaran agama, santri juga wajib paham teknologi,”
ujarnya.

Baca Juga:  Jubir FPI Sebut Pemerintahan Jokowi Sebagai Rezim Zalim

“Ke depan,
kita masuk era yg menantang, era revolusi industri 4.0, tentu SDM harus kita
dorong, supaya tak kalah dgn negara tetangga. Kita semuanya harus melek
teknologi, terutama kami di NU yg telah menggalakkan hal itu buat para
santri di pesantren,” tandasnya.





Viral, Biarawati Katolik Nyanyikan Lagu Islami Idul Fitri

– Viral di media sosial video yg memperlihatkan para Biarawati Katolik menyanyikan lagu bernuansa Islam di ketika momen Idul Fitri.

Video tersebut viral usai diunggah oleh akun Twitter @KatolikG, Minggu, 24 Mei 2020.

Berdasarkan informasi @KatolikG, Biarawati atau suster Katolik dalam video itu berasal dari Jember, Provinsi Jawa Timur.

“Suster-suster di Jember bernyanyi dan menari ikut bersukacita merayakan dan mengucapkan Idul Fitri,” cuit akun Twitter @KatolikG.

Dilihat dari video berdurasi 1.30 menit tersebut, tampak sebanyak 6 Biarawati itu tengah menyanyikan lagu yg banyak didengungkan umat Islam ketika momen Idulfitri yakni lagu “Minal Aidin Wal Faidzin.”

“Minal Aidin Wal Faidzin, selamat lahir dan batin,” demikian lirik yg dinyanyikan para Suster tersebut.

Baca Juga:  IPNU Kota Serang Menyaygkan Pelajar Ikut Demonstrasi RUU KUHP

Dalam video, empat suster ini mengenakan pakaian seragam Biarawati berwarna putih. Sementara dua lainnya memakai seragam hitam.

Mereka pun tampak senang ketika menyanyikan lagu itu. Bahkan, mereka terdengar sangat fasih menyanyikan lagu tersebut.

Aksi yg dilakukan keenam Biarawati ini patut diapresiasi. Pasalnya, aksi yg mereka lakukan menunjukkan sikap saling toleransi beragama yg selama ini sangat dijaga oleh masyarakat Indonesia.





Bentuk Divisi Media, GP Ansor Gamping Lawan Virus Radikalisme di Internet

– Gerakan Pemuda (GP) Ansor Gamping Kabupaten Sleman, Yogyakarta, bertekad memanfaatkan media dalam penyebaran informasi buat menghalau paham radikalisme di Indonesia.

Hal itu diperlihatkan GP Ansor Gamping dgn membentuk
divisi media yg konsen pada sosialisasi program ke media dan meng-counter
paham paham radikal dan intoleran yg terus berkembang akibat dari penggunaan
internet dan media sosial yg disalahgunakan.

“Marak terjadi penyebaran di internet terkait dgn kiprah
Ansor dalam pengabdian masyarakat ataupun cermin nasionalisme yg kemudian
dikomentari buruk. Bahkan, seolah-olah negara Indonesia ialah musuh,” Kata Ketua
Ansor Gamping Mochammad Sinung Restendy, dikutip dari situs resmi NU, Jumat, 6
September 2019.

Menurut Sinung, virus yg berbahaya bagi bangsa dimulai
dari intoleransi, ketidakpercayaan, kelompok sumbu pendek, dan ujaran
kebencian. Akibatanya mau muncul radikalisme yg dapat membawa kerusakan bukan
hanya keutuhan keluarga atau masyaraka, tapi juga Indonesia.

Baca Juga:  Gus Miftah dan Ganjar Pranowo Ajak Milenial Jaga NKRI

“Jadi mengantisipasi itu, Ansor Gamping membentuk
divisi media supaya lebih dapat fokus mengarahkan warganet yg belum faham
literasi media yg baik dan melawan paham paham yg dapat memecah keutuhan
NKRI,” ujarnya.

Dalam kepengurusan Ansor Gamping yg baru dinahkodainya,
lanjut Sinung, banyak sekali catatan di antaranya pekerjaan rumah yg besar
buat dapat terus mengembangkan dan menghidupkan Ansor Banser di Gamping. Serta,
menyatukan visi dan bergerak buat kuatnya sebuah organisasi.

“Pekerjaan rumah yg banyak itu seperti penyiapan
kaderisasi Ansor melalui Diklat Terpadu Dasar, rutinitas mujahadah dan program
inovasi Ansor. Dalam waktu dekat ini kepengurusan baru Ansor Gamping
mematangkan administratif struktur kepengurusan bersama tim formatur yg
ditunjuk,” ujarnya.

Baca Juga:  Kyai Nawawi: Radikalisme Sudah Menyebar Luas di Provinsi Banten

Sinung mengungkapkan, maksimal 30 hari setelah Ketua Ansor
Gamping terpilih, administratif kepengurusan harus diupayakan beres dan direkomendasikan
oleh PC Ansor Sleman buat dikeluarkan Surat Keputusan oleh Ketua PW Ansor DIY.





Gus Mis: Tak Boleh Ada Paksaan Terkait Potongan Zakat dari Gaji PNS

– Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi atau Gus Mis mengapresiasi kebijakan Pemerintah mau menarik zakat 2,5 persen dari gaji aparatur sipil negara (ASN) muslim.

Kebijakan tersebut mau diperkuat lewat peraturan presiden (perpres).

Menurut alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini, kebijakan tersebut buat meningkatkan pentingnya zakat bagi mereka yg telah memenuhi syarat dan rukun buat menunaikan zakat.

Karena tegas dia, umat Islam harus secara sadar dan sukarela menunaikan ajaran Islam, termasuk soal zakat.

“Itu bagus buat meningkatkan pentingnya zakat bagi mereka yg telah memenuhi syarat dan rukun buat menunaikan zakat,” ujar Gus Mis, Rabu (7/2/2018).

Intinya, menurut Gus Mis seperti Menteri Agama hari ini tegaskan bukan kewajiban, tapi hanya memfasilitasi zakat bagi PNS Muslim.

Baca Juga:  Muazin yg Ditusuk di Masjid Raya London Maafkan Pelaku

“Intinya, tak boleh ada paksaan sebab di dalam Islam tak diperbolehkan adanya pemaksaan,” tegas Gus Mis.

Sebelumnya diberitakan Keputusan Presiden (Keppres) terkait pungutan 2,5 persen dari gaji apatur sipil negara (ASN) beragama Islam buat zakat, mau segera dikeluarkan.

“Sedang dipersiapkan mudah-mudahan waktu yg tak lama (akan dikeluarkan Keppres),” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di komplek Istana Negara, Jakarta, Senin (5/2/2018).

Menurut Lukman, pungutan 2,5 persen hanya berlaku bagi ASN beragama Islam dan pihak yg keberatan dapat mengajukan permohonan, sebab pungutan ini bukan bersifat paksaan.

“Bagi yg keberatan, dapat mengajukan keberatan, menyampaikan permohonan, ini lebih kepada himbauan,” tutur Lukman.

Lukman melihat, potensi zakat dari hasil pungutan‎ sangat besar, dimana ASN di seluruh Indonesia sekarang tercatat lebih dari 4 juta orang.

Baca Juga:  Buru Sisa-sisa Teroris ISIS, Pasukan Irak Sisir Provinsi Timur Diyala

“‎Pontensi zakat besar sekali, Baznas mengeluarkan data dapat sampai Rp 270-an teriliun, (dari ASN sendiri) sekarang sedang dihitung,” ujar Lukman.

Sementara pengelola zakat dari pungutan gaji ASN, kata Lukman, nantinya ditangani oleh Badan Zakat Nasional (Baznas) dan kemudian disalurkan pihak yg berhak menerima zakat.

“Kita ini potensi ini dapat diaktualisasikan, sehingga lebih banyak masyarakat dapat manfaat dari dana zakat‎,” ucap Lukman

Source: Tribunnews.com





Ikuti Makesta, 160 Mahasiswa Unisma Ditanamkan Memiliki Jiwa Sosial Tinggi

, Kota Batu – 160 mahasiswa dari Universitas Islam Malang (Unisma) dibidik menjadi kader Ikatan Pelajar Nahdatul ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU) lewat Makesta atau Masa Kesetiaan Anggota. Mereka juga diarahkan memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan sosial.

Kegiatan
berlangsung selama dua hari sejak Sabtu hingga Ahad (5-6/10) di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Pesantren Rakyat Darul Ulum Kota Batu, Jawa Timur.

Ketua pelaksana
kegiatan Yoga Klody Arianto mengatakan peserta makesta dicetak supaya memiliki karakter
Ahlussunnah wal Jamaah.

“Kaderisasi ini
buat membentuk penerus yg berkarakter Ahlussunnah wal Jamaah atau Aswaja
an-Nahdliyah,” kata Yoga Klody Arianto, Ahad (6/10/2019) dikutip Nu Online

Baca Juga:  Gp Ansor Optimis Siap Kembangkan Ekonomi Digital Kerakyatan

Yoga Klody
Arianto menjelaskan bahwa para peserta pada periode sebelumnya tergabung dalam
Pengurus Komisariat Perguruan Tinggi atau PKPT IPNU-IPPNU dan perkaderan ini
merupakan yg pertama.

“Kali ini ialah
pendidikan dan pelatihan perdana buat tingkat Pengurus Anak Komisariat
Perguruan Tinggi atau PAKPT,” ujarnya.

Keberadaan PAKPT,
imbuh Yoga Klody Arianto, sangat dibutuhkan buat kemudahan konsolidasi.

“Kita
bentuk PAKPT ini bertujuan buat memudahkan pengawasan. Karena kami merasa PKPT
terlalu banyak dan susah buat mengondisikan anggota,” imbuhnya. 

Makesta yg
digelar ini tak hanya membahas tentang persoalan NU dan materi kaderisasi
seperti biasanya, para peserta juga diberikan kegiatan yg berbeda dari diklat
yg telah ada. 

Baca Juga:  Dinilai Tidak Adil, PBNU Dampingi Samirin yg Dituntut 10 Bulan Karena Getah Karet

“Kami
agendakan indoor dan outdoor agar mereka
tidak bosan digempur materi terus menerus,” ungkapnya. Karena itu, kegiatan
sengaja dipusatkan di Batu, sehingga peserta sekaligus dapat lebih fresh sebab
hawanya yg lumayan dmau, lanjutnya. 

Selain dgn
kegiatan indoor dan outdoor, kader IPNU-IPPNU yg mengikuti Makesta juga
ditanamkan jiwa bermasyarakat. 

“Kami ada kegiatan semacam pengabdian masyarakat. Kegiatan labelling tanaman dan outbond. Jadi Makesta kali ini berbasis lingkungan dan sosial,” jelasnya.

Untuk diketahui, hadir pada kesempatan kali ini, Haikal Atiq Zamzami selaku Ketua Pengurus Wilayah (PW) IPNU masa khidmah 2015-2018. Selain itu ada anggota Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Malang, Ketua Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (PCIPPNU) Batu, dan alumni PKPT IPNU-IPPNU Unisma. 

Baca Juga:  Plt Camat Pagerbarang Tegal: IPNU dan IPPNU Solusi Kenakalan Remaja





Satu Peserta Jemaah Tabligh di Kulonprogo Positif Corona

– Kasus positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kulonprogo meningkat selama dua hari berturut-turut. Saat ini jumlah kasus positif Covid-19 di Kulonprogo mencapai tujuh orang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kulonprogo Baning Rahayujati menyampaikan penambahan kasus tersebut satu orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dinyatakan positif setelah menjalani tes swab.

“Kasus positif Kulonprogo ke-7 (KP-7) merupakan pria berusia 49 tahun asal Kapanewon Sentolo,” ujar Baning, dikutip dari Harianjogja.com, Sabtu, 9 Mei 2020.

Baning menjelaskan pasien KP-7 ialah salah satu peserta Jemaah Tabligh Jakarta pada pertengahan Maret 2020.

“Dia (pasien KP-7) bersama dua rekan lainnya dari Kulonprogo dan keluarganya telah menjalani Rapid Diagnostic Test (RDT) pertama dgn hasil non-reaktif,” ujarnya.

Baca Juga:  Soal Fatwa Haram Vape, PBNU Tunggu Keputusan Musyawarah Ulama

Tracing (penyelidikan epidemiologi), kata Baning, masih dilanjutkan kepada satu anggota yg masih berada di pondok dan dari hasil RDT dinyatakan reaktif.

“Rencananya orang tersebut juga mau dirujuk ke RSUD Wates buat pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Baning.

“Tracing juga dilakukan kepada keluarga dan orang kontak erat kasus positif KP-6,” sambungnya.

Lanjut Baning, tracing juga ditelusuri kepada masyarakat yg sempat mengunjungi supermarket IG buat dilakukan skrining terhadap risiko tertular.

Pihaknya pun mengimbau buat yg orang berisiko tinggi buat melakukan rapid test di Dinkes Sleman.

“Sementara itu buat orang yg melakukan kontak dgn orang yg sempat pergi ke IG diminta buat melakukan karantina mandiri di rumah, baik yg telah tes maupun yg belum tes,” ujarnya.

Baca Juga:  Sempat Ikut Ijtima Gowa, 16 Jemaah di Brebes Positif Corona





GP Ansor Sulsel Desak Polisi Segera Tangkap Pelaku Penyerangan Sekret PMII Makassar

– Terkait peristiwa penyerangan Sekretariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Makassar yg dilakukan oleh Orang Tidak Dikenal (OTK) dan menyebabkan kerusakan pada markas kader mahasiswa NU ini serta melukai sejumlah kadernya, Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU Sulsel mengutuk dan mengecam pelakunya.

Melalui Wakil Ketua Bidang Humas PW GP Ansor Sulsel Mawardy Siradj, Ansor Sulsel menyatakan bahwa tindakan anarkis seperti itu apapun motifnya tak dapat dibenarkan baik dari sisi sosial budaya, hukum atau institusi kenegaraan, terlebih lagi pandangan agama.

“Karenanya, Ansor Sulsel mendesak pihak aparat keamanan dalam hal ini Polda Sulsel dan Polrestabes Makassar supaya segera mengusut sampai tuntas peristiwa kekerasan dan tindakan kriminal ini, dan menindak pelakunya sesuai Hukum yg berlaku,” tegas Wardy.

Baca Juga:  Umat Muslim Indonesia Berduka, Habib Mustofa Al Jufri Meninggal Dunia

Selain itu, Wardy Siradj juga meminta dan mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat khususnya Jamaah Nahdlatul Ulama dan kader PMII supaya menahan diri dan tetap tenang serta tak mudah terpancing.

“Mari kita percayakan dan support pihak kepolisian buat bekerja cepat mengungkap kasus ini,” ajaknya.

“Selain itu, kami juga mengimbau dan meminta seluruh jamiyyah NU dan adik adik PMII buat mendoakan sahabat kita yg menjadi korban kebiadaban OTK, semoga lekas diberi kesembuhan dan kesehatan, dan tetap menjaga soliditas dan solidaritas organisasi dgn mendukung terciptanya suasana damai dan tenang di tengah masyarakat, sebab itulah yg diajarkan oleh kiai, ulama dan Anregurutta di NU,” imbuh Wardy Siradj.

Baca Juga:  Melalui GP Ansor, IMNU Sulsel Salurkan Bantuan Untuk Korban Gempa Sulbar





Ini Tanggapan MUI Soal Kemunculan Agama Baru di Solok

– Publik belum lama ini dihebohkan dgn kemunculan aliran agama baru di Kabupaten Solok, Sumatera Utara yakni ‘Agama Muslim’.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Sholahuddin Al Aiyub menjelaskan bahwa ada sejumlah tahapan buat menentukan apakah sebuah aliran baru masuk ke dalam ajaran sesat atau tidak.

“Pertama harus diketahui secara pasti terkait informasi ajaran dari aliran tersebut, ini juga harus dari data primer bukan data sekunder saja, kemudian data tersebut harus di validasi, dikonfirmasi dgn aliran yg bersangkutan,” kata Sholahuddin dalam program taygan iNews TV, Minggu, 25 Juli 2020 seperti dikutip dari Okezone.com.

Baca Juga:  Ceramahnya Tentang Masa Kecil Nabi Viral, Ini Klarifikasi Gus Muwafiq

Sholahuddin mengatakan, MUI setempat harus melakukan pengkajian apakah ada indikasi penyimpangan atau tidak.

“Kalau dalam kajian tersebut indikasi bahwa aliran itu menyimpang ada tahapan lagi yaitu ajak mereka kembali keajaran yg benar,” ujarnya.
  
Langkah-langkah tersebut, kata Sholahuddin, merupakan SOP tang ada di MUI yg harus dilaksanakan sebelum mengeluarkan fatwa apakah aliran tersebut sesat atau tidak.

Namun menurutnya, fatwa MUI ialah pilihan terakhir bila para pihak yg menjalankan aliran baru tersebut tak mau kembali kepada ajaran yg benar.

“Kira tak melakukan pendekatan fatwa tapi pendekatan dakwah, kita ajak lagi supaya mereka memiliki pengetahuan yg cukup sebelum mereka menjatuhkan pilihan dan meyakini aliran tersebut,” ujar Sholahuddin.

Baca Juga:  Fatwa Khalid Basalamah: Mengucapkan Kata Sayyidina Itu Menurunkan Derajat Nabi